Bisnis Peternakan Ayam Petelur di Indramayu Sama Sekali Tak Terdampak Covid-19
Para peternak mengaku, selama pandemi tidak mendapat hambatan apapun baik dari sisi harga dipasaran maupun penjualan telur.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Salah satu sektor ekonomi yang tidak terdampak Covid-19 di Kabupaten Indramayu adalah sektor peternak ayam petelur.
Para peternak mengaku, selama pandemi tidak mendapat hambatan apapun baik dari sisi harga dipasaran maupun penjualan telur.
Hal tersebut disampaikan salah satu peternak ayam petelur, Sunapah (41) saat ditemui Tribuncirebon.com di Peternakan Tegalsembadra Eco Farming di Desa Tegalsembadra, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Rabu (2/9/2020).
Sunapah mengatakan, selama pandemi Covid-19 penjualan telur di tingkat peternak justru semakin baik, harga pun stabil di kisaran Rp 23 ribu per kilogram.
"Selama musim corona di peternakan saya dari segi pemasukan mungkin gak ada kendala," ujar dia.
Alasan peternak ayam petelur tidak terdampak Covid-19, dijelaskan Sunapah tidak terlepas dari semakin meningkatnya konsumsi produk lokal selama pandemi.
Jika sebelum pandemi Sunapah harus bersaing dengan peternakan ayam petelur lainnya dari daerah Jawa Timur. Di masa pandemi sekarang, mayoritas pembeli justru lebih memilih telur lokal.
Dalam seharinya, Sunapah bahkan mampu menghabiskan 110 kilogram telur ayam untuk didistribusikan ke pasar.
"Cuma memang pertengahan bulan puasa kemarin harga jatuh sampai Rp 16 ribu, tapi itu memang rutin setiap tahunnya. Seminggu menjelang Idul Fitri bagus lagi harganya," ucapnya.
• Ada Apa? Ganjar Pranowo Berani Tegur Anya Geraldine, Artis yang sedang Dekat dengan Rizky Febrian
• Kabur Sudah Hampir 4 Bulan, Buron Kasus Pembunuhan & Perampokan di Kuningan Berhasil Diciduk Polisi
• Vicky Prasetyo Yakin Fiki Alman Simpan Pakaian di Kamar Angel Lelga, Sebelumnya Pakai Training
Ia juga mengaku memiliki cicilan di bank. Di masa pandemi sekarang, semua bank menawarkan releksasi untuk meringankan beban para nasabah.
Meski mendapat tawaran, Sunapah justru menolaknya. Ia beranggapan masih mampu membayar cicilan karena stabilnya harga ayam.
Terlebih, peternakan milik Sunapah adalah peternakan modern sehingga kualitas telur yang dihasilkan pun mampu bersaing dengan peternakan-peternakan besar lainnya dalam memenuhi kebutuhan pasar.
"Kita punya kreditan di bank. Bank juga mengajukan untuk relaksasi tapi kita gak ambil," ujar Sunapah.
Ayam Pedaging Anjlok
Sementara itu, harga ayam broiler di kalangan peternak mengalami penurunan alias anjlok. Hal itu terjadi sejak awal bulan Agustus 2020 hingga sekarang.
"Di Kabupaten Kuningan, mayoritas peternak merugi hingga ratusan juta," kata Heri Rukmana salah seorang peternak ayam broiler di Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Selasa (1/9/2020).
Dia mengatakan bahwa untuk saat ini, harga ayam jauh dibawah harga Break Event Point (BEP) yakni sebesar Rp 17 ribu per kilogram.
"Kalau harga hari Senin kemarin satu kilonya Rp 13 ribu untuk ayam bobot 2 kilogram keatas. Sedangkan untuk ayam dengan bobot 1,5 kilogram harganya Rp 14 ribu," ujarnya.
Masa terparah, kata Heri, harga ayam pernah mencapai Rp 9.500 satu kilonya beberapa waktu lalu.
"Namun hal itu tidak berlangsung lama karena harga mulai mengalami kenaikan meski tetap dibawah harga BEP," katanya.
Termasuk anjlognya harga ayam disebabkan masih rendahnya daya beli masyarakat. "Selain itu melimpahnya stok di pasaran semakin memperparah keadaan," katanya.
Akibatnya, kata Heri mengaku mengalami kerugian yang tidak sedikit. "Dalam sehari, saya memiliki peternakan di beberapa tempat ini bisa merugi hingga Rp 40 juta," katanya.
Dia mengatakan, kalau panen 10 ton sehari sudah kelihatan 40 juta ruginya. "Jadi dalam sebulan ini jelas ruginya mencapai ratusan juta," katanya.
Mengenai pemasaran ayam, kata Heri, pihaknya mengaku tetap berjalan dan biasa mengirim ayam untuk wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan serta Bandung dan Jakarta.
Nasib Sama di Ciamis
Harga ayam ras pedaging layer jantan (pejantan) di tingkat peternak di sentra perunggasan rakyat Jabar di Ciamis pada pertengahan Agustus lalu masih di kisaran Rp 37.000/kg hidup (livebird). Namun memasuki awal bulan September ini sudah terjun bebas, terpuruk ke angka Rp 17.000/kg. Jauh di bawah biaya pokok produksi (BPP) yakni di kisaran Rp 24.000-Rp 25.000/kg.
“Sudah hampir dua minggu ini peternak pejantan di Ciamis mengalami kerugian yang cukup besar,” ujar Koordinator peternak ayam layer jantan Kerukunan Perunggasan Priangan Timur, H Komar Hermawan kepada Tribun Rabu (2/9).
Menurut H. Komar, harga ayam pejantan di tingkat peternak di Ciamis yang pertengahan Agustus lalu masih dikisaran Rp 37.000/kg. Namun selama dua minggu terakhir terus menerus turun.
“Penurunan harga rata-rata Rp 1.000 tiap harinya selama dua minggu terakhir. Bahkan kadang lebih. Dua hari ini harga ayam pejantan di kandang hanya Rp 17.000/kg. Sementara BEP (BPP)nya masih di kisaran Rp 24.000-Rp 25.000/kg. Kondisi saat ini berat di modal,” katanya.
Dengan tingkat harga Rp 17.000/kg di kandang tersebut katanya, harga ayam pejantan hidup diterima di Jabodetabek di kisaran Rp 20.000/kg.
“Penyebab utama anjloknya harga ayam pejantan ini karena daya serap pasar melemah. Padahal tidak terjadi over stok atau kelebihan pasokan. Stok malah berkurang dari kondisi normal. Tingkat produksi sekarang paling hanya di kisaran 60-70%. Jatuhnya harga karena rendahnya daya serap pasar,” ujar H Komar yang juga pemilik Kawali Poultry Shop (PS) tersebut.
Sementara itu menurut Sekretaris Perkumpulan Peternak Ayam Priangan (P2AP) Ir H Kuswara Suwarman MBA, menjelang akhir Agustus tidak hanya harga ayam pedaging jenis broiler (BR) yang turun terus menerus, tetapi juga harga ayam layer jantan dan telur.
Realisasi harga ayam BR di tingkat peternak di Ciamis dan Tasikmalaya, Senin (31/8) di kisaran Rp 14.000-Rp 14.500/kg hidup.
Sementara ayam layer jantan (pejantan) di kisaran Rp 18.000-Rp 20.000/kg. Dan telur dari Rp 22.000/kg turun jadi Rp 20.000/kg. “Itu realisasi harga yang terpantau Pinsar hari Senin (31/8),” ujar H Kuswara.
Penurunan harga ayam BR, pejantan dan telur tersebut tidak hanya terjadi di Ciamis dan Tasikmalaya saja.
Tetapi terjadi secara nasional. Anjloknya tersebut katanya membuat para peternak dari sejumlah daerah menggelar unjuk rasa di depan Kantor Kementan di Jakarta, Selasa (1/9). Peternak berunjuk rasa sembari membagi-bagikan ayam secara gratis kepada pengguna jalan. (*)