Cerita Seniman Indramayu di Tengah Pandemi, Ngamen hingga Takut Dibubarkan, Sehari Dapat Rp 15 Ribu
Ratusan aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Garut menjalani swab test di halaman Setda Garut.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Bagi para seniman di Kabupaten Indramayu, Pandemi Covid-19 diakui mereka sangat dirasakan dampaknya.
//
Terlebih saat pelarangan pentas masih diberlakukan pemerintah saat awal-awal pandemi mulai merebak beberapa bulan terakhir.
Pemilik Reog Dangdut Putra Vikar Jaya, Caswadi (52) mengatakan, karena tidak memiliki pekerjaan lain, pihaknya terpaksa mengamen saat pentas masih dilarang pemerintah.
Di jalanan mereka mereka juga harus waspada karena khawatir bakal dibubarkan paksa petugas.
"Akibat corona sangat terdampak, kita sampai ngamen ke jalan-jalan untuk kebutuhan sehari-hari," ujar dia kepada Tribuncirebon.com di sela-sela pementasan di Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Senin (10/8/2020).
Caswadi menjelaskan, dengan menggunakan kostum-kostum khas pewayangan, seperti Hanoman, Buto, Gatot Kaca dan lain sebagainya para seniman mengelilingi setiap desa untuk menghibur masyarakat.
Selebihnya hal itu dilakukan untuk mengais rezeki seribu dua ribu dari para penonton yang hadir.
Jumlah penonton yang hadir pun diceritakan dia tidak sebanyak ketika pihaknya diundang hadir dalam pementasan.
Diakui Caswadi, hasil mengamen itu pun yang didapat tidak seberapa.
Dari total personil keseluruhan berjumlah 50 orang, masing-masing personel hanya bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 15 ribu saja sehari.
"Kasian sih anak-anak, tapi alhamdulillah sekarang sudah dibolehkan pentas," ujarnya.