Human Interest Story
Kisah Koh Steven Jual 2 Rumah 7 Mobil & 3 Moge untuk Bantu Tenaga Medis dan Warga Terdampak Covid-19
Dia berharap langkahnya dapat diikuti oleh orang banyak. Sebab, ia memprediksi wabah ini akan berlangsung lama dan akan semakin banyak warga terdampak
"Tetapi ternyata penyakit ini naik. Terus aku coba cek tenaga medis, ternyata Indonesia sudah mengekspor hazmat atau APD-APD cukup banyak. Ya sudah, bikin hazmat. Beli alat-alatnya dari Guangzhou, China, dari sana dikirim ke Taiwan lalu ke Singapura lalu ke Indonesia," ucap dia.
Untuk bahan, Koh Steven mengimpor dari Jepang. Bahannya terbilang bagus dan tidak terlalu mahal. Koh Steven kemudian belajar dari teman-teman di WHO tentang caranya sanitizing, sterilisasi, dan bagaimana memasukkannya ke dalam bahan.
"Terus (belajar tentang) UV segala macam, beli UV Chamber, bikin ruangannya khusus untuk sterilisasi. Alhamdulillah, ya sudah akhirnya mencetak sendiri dulu," kata dia.
Kini, ada 70 lebih penjahit yang membantu memproduksi ribuan hazmat. Mesin-mesin jahit yang diimpor itu ditaruh di rumah si penjahit agar mudah dikerjakan. Koh Steven menanggung biaya listrik rumah, termasuk juga membayar puluhan penjahit tersebut. Para penjahit ini bekerja lebih dari 12 jam dan ongkos lemburnya tidak dibayar.
"Aku bilang dari awal ke mereka, ini untuk didonasikan, buat berkhidmat. Kata mereka nggak apa-apa, sekalian beramal. Mereka dibayar normal, tetapi lemburannya tidak dibayar," katanya.
Koh Steven memastikan pakaian hazmat yang diproduksi tersebut sudah berstandar WHO. "Karena aku belajar dari situ. Aku tidak jual, aku tidak mencari cuan (uang) tidak mencari untung. Jadi produksi seaman mungkin, dan aku bagikan gratis," ujarnya. (*)
