Human Interest Story

Kisah Koh Steven Jual 2 Rumah 7 Mobil & 3 Moge untuk Bantu Tenaga Medis dan Warga Terdampak Covid-19

Dia berharap langkahnya dapat diikuti oleh orang banyak. Sebab, ia memprediksi wabah ini akan berlangsung lama dan akan semakin banyak warga terdampak

Editor: Machmud Mubarok
TribunJabar.id/Nazmi Abdurahman
Ketua Mualaf Center Indonesia, Steven Indra Wibowo, memberikan bantuan APD untuk tenaga medis. 

Selama dua bulan belakangan, Koh Steven tinggal di Yogyakarta di sebuah rumah kontrakan bersama tim yang terdiri dari 11 orang. Sedangkan istrinya berada di Bandung tinggal bersama orang tuanya.

"Istri saya numpang di rumah mertuaku. Aku di Yogyakarta sudah dari Februari, jadi memang sudah prepare (bersiap)," ucapnya.

Sebelum memproduksi hazmat, Koh Steven terlebih dulu memproduksi masker. Total masker yang telah diproduksi dan dibagikan secara gratis sebanyak 150 ribu masker, 12 ribu di antaranya merupakan masker N95 yang tujuh lapis dan sisanya masker medis tiga lapis.

Saat ini, pun dia sedang memproduksi 60 ribu masker medis dan 8.000 masker N95. "Setelah masker, baru ke (memproduksi) hazmat, tetapi saat itu butuh uang lagi, lalu saya jual mobil satu per satu," ujar dia.

Total nilai uang yang telah Koh Steven gelontorkan untuk memproduksi APD berstandar WHO, memasang surgical gown pada APD, dan masker mencapai Rp 11,2 miliar. "Kalau sama mesin (beli impor untuk produksi) itu sekitar Rp 12,8 miliar," kata dia.

Tak hanya hazmat dan masker, Koh Steven juga membagikan gratis total 80 ribu liter hand sanitizer, ribuan paket sembako dan makanan siap saji. Hingga kini total paket sembako yang telah dibagikan sebanyak 120 ribu paket. Sedangkan total paket makanan siap santap yang dibagikan gratis ke seluruh Indonesia, 560 ribu paket.

"Di tiap wilayah aku menggerakkan warung makan lokal termasuk juga tempat fast food. Aku bagikan bukan hanya untuk Muslim saja, tetapi semua yang lapar kita kasih," jelasnya.

Koh Steven melalui Yayasan Mualaf Center Indonesia, juga membuka donasi bagi siapa pun yang ingin membantu. Untuk donasi, bisa dikirimkan ke Bank BTN Cabang Depok nomor rekening 0025-4015-0001-7445 atas nama Yayasan Mualaf Center Indonesia.

Hingga kini, total donasi yang terkumpul sudah sebesar Rp 480 juta. Jumlah ini bisa membantu orang-orang yang membutuhkan makanan.

 Apalagi dana yang dia miliki pun kian menipis. Dia berharap langkahnya dapat diikuti oleh banyak orang. Semula makanan siap saji yang dikirim itu bisa 2.000 paket sehari, tetapi kini berkurang menjadi 700 atau 1.000.

Paket sembako yang dikirim juga tidak sebanyak sebelumnya, karena kini hanya 200-300 paket sembako yang dikirim tiap hari. Total dana yang dihabiskan per hari untuk sembako dan makanan siap santap sebesar Rp 50 juta.

"Aku berharap gerakan ini diduplikasi oleh orang lain, karena kapasitasku ini akan berakhir, pasti ada ujungnya. Dan ini akan menjadi panjang dan lama. Orang lapar pasti ada terus," ujarnya.

Koh Steven juga buka-bukaan soal mengapa dia memahami pakaian hazmat yang berstandar WHO. Dia bekerja di sebuah perusahaan riset di Singapura, yang salah satu kliennya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan WHO menjadi subklien. Perusahaan riset sosial ini mengurus soal peredaran obat dan kadar gizi buruk di beberapa negara.

Pada Januari 2020, Koh Steven dan rekan kerjanya yang lain rapat bersama WHO. Saat itu disebutkan mengenai virus yang akan menjadi pandemi global, dan hanya soal waktu kapan WHO mengeluarkan pernyataan.

Semula Koh Steven mengira virus ini seperti MERS sehingga yang dibutuhkan hanya masker. Ia pun mencoba memproduksi masker sendiri dengan mengimpor alat produksi dan bahan untuk dibagikan gratis. Total biaya saat itu habis sekitar Rp 500 juta.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved