BACA Doa Ini Agar Utang Bisa Segera Lunas Berikut Tips Terhindar dari Lilitan Utang
Tambahkan segala upaya dan usaha dengan mengamalkan doa melunasi utang sehingga hati terasa lebih tenang dan Tuhan pun mengabulkan
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
TRIBUNCIREBON.COM - Perjalanan hidup manusia seperti rollcoaster, kadang naik kadang turun. Begitu pula dalam urusan ekonomi, kadang kita punya, kadang tidak. Biasanya saat tidak punya, jalan lain ditempuh yaitu dengan berutang.
Jika tidak benar menata utang, bisa-bisa sulit membayar dan jatuh bangkrut. Ketika dalam kondisi itu, biasanya manusia baru ingat kepada Tuhannya, memohon pertolongan Yang Maha Kuasa.
Kaum muslimin sudah diajarkan untuk selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT, termasuk dalam hal utang. Tak heran, doa untuk melunasi utang pun sudah diajarkan Nabi SAW kepada para sahabat dan meneruskannya secara turun temurun hingga akhirnya doa itu sampai kepada kita.
Dilansir dari nahimunkar.com, dikisahkan bahwa seseorang yang sedang terhimpit utang datang kepada sahabat Ali bin Abi Thalib- Radhiyallahu anhu- mengeluhkan kondisinya lalu beliau mengatakan,” Maukah kamu aku ajari doa yang pernah Rasulullah- Shalallahu ‘alaihi wa salam- ajarkan kepadaku, Seandainya utangmu sebesar gunung shir (gunung terbesar di kota yaman) Allah akan membantu melunasi utangmu , Maka ucapkanlah :
اَللّٰهُمَّ اكْفِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah, cukupilah aku dengan rezeki-Mu yang halal (hingga aku terhindar) dari yang haram. Perkayalah aku dengan karunia-Mu (hingga aku tidak minta) kepada selain-Mu.” HR. At-Tirmidzi 5/560 dan lihat kitab Shahiihut Tirmidzi 3/180.
• 8 Faktor Pendorong Seseorang Selingkuh, Media Sosial & Perjalanan Dinas Bisa Menjadi Penyebabnya
• Peneliti Kaget Saat Autopsi Jenazah Korban Virus Corona, Organ Dalam Korban Kondisinya Mengerikan
Sementara dari rumaysho.com, ada doa lain yang bisa diamalkan untuk melunasi utang dan dibaca sebelum tidur.
Telah diceritakan dari Zuhair bin Harb, telah diceritakan dari Jarir, dari Suhail, ia berkata, “Abu Shalih telah memerintahkan kepada kami bila salah seorang di antara kami hendak tidur, hendaklah berbaring di sisi kanan kemudian mengucapkan,
اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَاْلإِنْجِيْلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ اْلآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُوْنَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
Allahumma robbas-samaawaatis sab’i wa robbal ‘arsyil ‘azhiim, robbanaa wa robba kulli syai-in, faaliqol habbi wan-nawaa wa munzilat-tawrooti wal injiil wal furqoon. A’udzu bika min syarri kulli syai-in anta aakhidzum binaa-shiyatih. Allahumma antal awwalu falaysa qoblaka syai-un wa antal aakhiru falaysa ba’daka syai-un, wa antazh zhoohiru fa laysa fawqoka syai-un, wa antal baathinu falaysa duunaka syai-un, iqdhi ‘annad-dainaa wa aghninaa minal faqri.
Artinya:
“Ya Allah, Rabb yang menguasai langit yang tujuh, Rabb yang menguasai ‘Arsy yang agung, Rabb kami dan Rabb segala sesuatu. Rabb yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Rabb yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya (semua makhluk atas kuasa Allah). Ya Allah, Engkau-lah yang awal, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang lahir, tidak ada sesuatu di atasMu. Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu yang luput dari-Mu. Lunasilah utang kami dan berilah kami kekayaan (kecukupan) hingga terlepas dari kefakiran.” (HR. Muslim no. 2713)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa maksud utang dalam hadits tersebut adalah kewajiban pada Allah Ta’ala dan kewajiban terhadap hamba seluruhnya, intinya mencakup segala macam kewajiban.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 33).
Tips Terhindar Dari Lilitan Utang
Tidak ada gunanya terus berdoa agar utang Anda lunas jika Anda tidak mengubah kebiasaan buruk yang menjadikan Anda terjebak dalam lilitan utang. Ada baiknya untuk mengubah diri menjadi lebih baik lagi dengan menghindarkan diri dari segala sebab yang bisa membuat Anda terjerumus ke dalam jurang perutangan seperti beberapa hal berikut ini seperti dilansir uangteman.com:
- Tidak memiliki uang cadangan
Setiap hari selalu ada kemungkinan-kemungkinan yang tidak pernah terduga akan terjadi. Hal ini menjadikan Anda harus siap untuk bisa menghadapi segala kemungkinan tersebut. Beberapa hal mendadak kerap terjadi dan membutuhkan uang sebagai langkah penyelesaian seperti sakit, kecelakaan, kebakaran, bencana dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mulai menyisihkan uang sekian persen dari penghasilan Anda untuk bisa disimpan sebagai dana cadangan.
- Memilih pembayaran kredit minimal
Melakukan pembayaran minimum ketika mencicil utang di lembaga keuangan memang memudahkan Anda. Namun di balik hal ini tersimpan akibat yang luar biasa besar di mana Anda harus membayar total harga besar di akhir periode nanti sehingga akan memberatkan Anda. Penggunaan kartu kredit biasanya menggunakan cara ini sebagai langkah yang kerap dilakukan penggunanya. Selain itu, suka menunda pembayaran dalam hal cicilan kartu kredit atau cicilan hutang lain juga menjadikan Anda harus membayar bunga dalam jumlah besar nantinya yang perlu diwaspadai.
- Memiliki gaya hidup mewah di atas kemampuan
Gaya hidup mewah dan selalu ingin diakui menjadi beberapa alasan mengapa banyak orang yang terjebak dalam hutang yang tidak berkesudahan. Hal ini adalah salah Anda sendiri karena tidak mempertimbangkan kemampuan ketika menjalani gaya hidup.
Utang untuk keperluan produktif yang dilakukan banyak orang pun terkadang bisa gagal dalam pelunasan, apalagi utang hanya untuk keperluan konsumtif yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan seperti barang mewah, fashion branded, liburan ke luar negeri dan masih banyak lagi. Apa gunanya diakui oleh orang sekitar namun setiap hari Anda stres masalah hutang?
Itulah 3 alasan yang kerapkali menjadikan banyak orang berutang dan tidak mampu melunasinya. Anda perlu memahami bahwa utang bukanlah suatu pendapatan tambahan yang bisa Anda gunakan semena-mena, melainkan suatu kewajiban yang wajib untuk Anda bayarkan.
Ubah kebiasaan tersebut dan usahakan dalam berhemat dan mencari penghasilan tambahan untuk bisa melunasi utang. Tambahkan segala upaya dan usaha dengan mengamalkan doa melunasi utang sehingga hati terasa lebih tenang dan Tuhan pun mengabulkan.
Siapa yang Wajib Membayar Utang Orang Meninggal?
Utang piutang menjadi kegiatan yang KERAP dilakukan oleh masyarakat dengan segala macam faktor penyebab.
Orang yang berutang wajib melunasi utangnya.
Namun bagaimana jika orang meninggal dunia dengan masih meninggalkan utang yang belum terbayar?
Siapa yang harus menanggung utangnya?
Dosen Tafsir Fakultas Syariah IAIN Surakarta, Ahmadi Fathurrohman Dardiri mengungkapkan hukum utang piutang merupakan mubah.
"Hukum utang piutang hukumnya mubah, dibolehkan, karena termasuk kegiatan tolong menolong."
"Al Quran menerangkan tolong-menolong untuk tujuan kebaikan, tujuan taqwa, itu boleh," ungkap Ahmadi dalam program Oase Tribunnews, Jumat (27/11/2020).
Baca juga: Tanaman Hias Ini Tembus Harga Rp 80 Juta, Bahkan Satu Pot Daun Kecil Bisa Tembus Rp 15 Juta

Seperti halnya yang disebutkan dalam QS Al Maidah ayat 2 :
" ... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya."
"Mereka yang meminjamkan uangnya, menolong orang, Islam berpihak pada mereka," ungkapnya.
Ahmadi menyebut jika seseorang dua kali meminjami orang, maka satu kali dihitung sebagai sedekah.
"Inilah keberpihakan Islam, selain pada orang yang lemah, juga kepada mereka yang mampu, namun juga mau berbagi," ungkapnya.
Baca juga: Bursa Calon Kapolri Semakin Ketat, 5 Komjen Ini Dinilai Paling Berpeluang Gantikan Idham Azis
Apabila seseorang meninggal dunia dan masih meninggalkan utang, Ahmadi menyebut orang yang mengetahui agar berkomunikasi pada keluarga jenazah.
"Mestinya kita melibatkan keluarga di sini."
"Keluarga itu kan ahlul, ahlul itu bukan hanya yang ahli tapi juga yang dekat, yang punya keterhubungan," ungkapnya.
Ahmadi menyebut utang orang yang telah meninggal dunia bisa dilunasi oleh siapapun.
"Yang harus dipastikan adalah utang itu wajib dilunasi, apapun keadaannya ia harus terlunasi oleh siapapun."
"Mereka yang tahu dan mampu alangkah baiknya melunasi."
"Misalnya berat, bisa dikomunikasikan dengan orang yang dulu terlibat utang dengan almarhum," jelas Ahmadi.
Baca juga: Bursa Calon Kapolri Semakin Ketat, 5 Komjen Ini Dinilai Paling Berpeluang Gantikan Idham Azis
Ahmadi lantas mengutip penggalan hadits.
"Ada suatu kisah ketika Nabi Muhammad SAW kedatangan seorang jenazah dan nabi bertanya, 'apakah yang bersangkutan mempunyai utang?' Ketika dijawab 'tidak', beliau mau menyolati."
"Tapi suatu ketika ada jenazah lain datang, beliau bertanya lagi 'apakah ada hutang di sini?' Dijawab 'iya', maka beliau enggan menyolati. Beliau bilang ke sahabat, 'salatlah temanmu itu oleh kalian."
"Tapi tiba-tiba ada sahabat lain yang menyahut, 'Nabi, saya akan melunasi utangnya'. Lalu nabi bersedia menyolati jenazah itu," jelas Ahmadi.
Riwayat tersebut mengisyaratkan betapa utang adalah persoalan serius.
"Sampai-sampai Rasulullah agak menunda untuk mau menyolati yang bersangkutan," ungkapnya.
Baca juga: Gara-gara Keseringan Cium Bau Kaus Kakinya, Pria Ini Nyaris Meregang Nyawa, Dokter Bilang Begini
Ahmadi juga mengungkapkan dengan melihat gambaran hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW tidak terlalu suka dengan mereka yang berutang.
"Lalu apakah berutang ini kesalahan? Ya tidak, karena ini kebutuhan kemanusiaan."
"Tapi kalau sampai kebutuhan kemanusiaan ini mengambil hak kebutuhan orang lain yaitu orang yang meminjamkan itu dengan baik kepada kita tapi kita tidak mengembalikannya, maka ini sudah masuk persoalan-persoalan lain," ungkapnya.
Hadits lain disebutkan, ada 3 hal yang berbahaya yang sebaiknya tidak dilakukan seorang muslim.
"Orang yang terlepas jasadnya dari ruhnya, dia akan bebas dan masuk surga kecuali tiga, yang pertama sombong, yang kedua ghulul atau korupsi, yang ketiga utang," ungkap Ahmadi mengutip hadits riwayat Sunan at-Tirmidzi.
"Jadi orang yang potensinya masuk surga besar, bisa terhenti dengan tiga hal besar itu," ungkapnya.
"Jadi hutang ini bukan hal yang sembarangan untuk kita abaikan," tandasnya.
(Tribunnews.com/WG Putranto)