"Kalaupun Meninggal Dunia, Kita Mati Syahid" Ucap Ketua BEM UIN Aceh Sebelum Maut Menjemputnya
Kalimat jangan takut mati dan kalaupun meninggal akan mati syahid ini diucapkan almarhum Wahyu kepada Farah Munadia, salah seorang rekan korban.
TRIBUNCIREBON.COM - Peristiwa kecelakaan maut terjadi di di Jalan Nasional Dusun Rikit, Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Kecelakaan maut itu menewaskan Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Wahyu Ziahul Haq (22).
“Farah, Farah jangan takut mati dek, Farah jangan takut mati. Kita ke sini niat kita baik dek. Kalaupun kita meninggal dunia, kita mati syahid,” demikian kalimat yang terucap dari bibir Wahyu Ziahul Haq (22) sesaat sebelum kecelakaan.
Korban meninggal dunia Selasa (25/2/2020) siang tadi dalam kecelakaan lalulintas di Jalan Nasional Dusun Rikit, Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Kalimat jangan takut mati dan kalaupun meninggal akan mati syahid ini diucapkan almarhum Wahyu kepada Farah Munadia, salah seorang rekan korban.
Pasalnya, sejak mobil dikemudikan almarhum, Farah mengaku menangis ketakutan sepanjang jalan.
Farah mengaku ketakutan karena laju kendaraan itu harus digas untuk menghindari mogok di tanjakan.
Farah mengaku menangis dan menyampaikan tidak mau mati dalam perjalanan.
Sebab, kata Farah almarhum mengemudikan mobil harus tekan gas kalau tidak maka mundur di tanjakan.
• Sempat Dirawat di Ruang Isolasi RSHS, Ketiga Pasien Suspect Corona Dinyatakan Negatif Virus Corona
Nah, karena Farah terus menerus menangis ketakutan lalu almarhum memotivasi agar tidak takut mati.
Sebab kalaupun harus meninggal dunia menurut almarhum akan mati syahid karena perjalanan mereka dengan niat baik untuk misi kemanusiaan.
Ketiga kali kalimat jangan takut mati terucap di bibir almarhum lalu rekan-rekan Farah memvideokannya mengguyon karena terus menangis
Kata Farah, ada tiga kali ucapan tersebut disampaikan almarhum untuk memotivasi dia yang terus menangis ketakutan.
”Waktu yang ketiga itu kawan-kawan kan videoin, ha Farah nangis-nangis. Abang tu bilang pokoknya kita kesini itu niat kita baik, kalau meninggalpun kita syahid enggak sampai lima detik pas mau belok kan dikiranya jalannya lurus, jadi abang tu ambil jalan taunya belok ke kiri pak jadi banting setir ke kiri, banting ke kanan, putar-putar jatuh," tutur Farah menceritakan detik-detik sebelum mobil yang mereka tumpang terguling ke jurang.
"Mobil nyangkut terus posisi abang tu terjepit. Kawan saya di depan aturannya kena kayu tapi dia loncat ke belakang jadi selamat,” katanya.
• Dokter Cantik Kerap Berpakaian Seksi Dianggap Meresahkan Pemerintah Hingga Izin Praktiknya Dicabut
Farah terjepit karena dihimpit oleh temannya yang sebangku di bagian belakang sopir.
Farah pun terhindar dari kaca dan benturan karena melindungi kepalanya dengan bantal.
Farah mengaku sempat menyampaikan ke kawan-kawannya yang semula memotivasinya ingat Allah.
Maka seharusnya kata Farah saat kecelakaan itulah mereka mengingat Allah.
Saat kejadian ini kata Farah dia menanyakan kawannya karena tidak mengingat Allah.
Sebab, kata Farah selain ada ucapan mati syahid.
• 6 Anak Jadi Yatim Piatu, Ayah Meninggal saat Jenazah Ibu Sedang Dimandikan, Si Bungsu Usia 1 Bulan
Nyaris sepanjang perjalanan rekan-rekannya mengucapkan bahasa kematian.
Farah menayakan jika hampir sepanjang perjalanan rekan-rekannya membaca ayat-ayat kematian.
Semua baca kullu nafsin dzaiqatul maut yang artinya Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian kerap pula terucap kalimat Innalillahi wa inna ilaihi rajiun artinya "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali,”.
Kalimat tersebut menurut Farah acap diucapkan rekannya kecuali dia.
Farah tidak mengucapkan kalimat terkait lantaran selalu menangis ketakutan.
• BREAKING NEWS Belasan Rumah Warga dan Musala di Majalengka Rusak & Hancur Akibat Pergerakan Tanah
Dalam situasi panik, Farah termasuk yang paling tenang dan meminta rekan-rekannya tidak banyak gerak sebab mobil dalam posisi rusak.
Sebab Farah takut jika dia dan rekannya banyak bergerak maka mobil yang posisinya kala itu nyangkut di pohon jatuh ke jurang hingga meledak dan bisa berakibat fatal.
Farah juga menceritakan waktu mobil dalam posisi kecelakaan dan tersangkut teman-temannya pula menangis sementara dia tidak bisa menangis lagi.
Beberapa saat muncul rekannya yang semula meluncur di belakang menolong sehingga dapat keluar dari dalam mobil.
Sebagaimana berita sebelumnya, kepergian Wahyu Ziahul Haq Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh meninggalkan kesedihan mendalam bagi orang-orang terdekatnya dan teman-temannya.
Adik kandung Lisma Hasbi, istri Iskandar Alfarlaky, anggota DPR Aceh meninggal dunia Selasa (25/2/2020) siang tadi dalam kecelakaan lalulintas di Jalan Nasional Dusun Rikit, Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
• 10.000 Lebih Rumah di Karawang Terendam Banjir, Bupati Cellica Tetapkan Status Tanggap Darurat
Almarhum berangkat dengan sepuluh rekan sefakultasnya dalam rangka membawa bantuan untuk korban kebakaran di Desa Ujung, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil.
Wahyu yang akrab disapa Bang Zai atau Pak Gub itu menghembuskan napas terakhirnya beberapa saat pascakecelakaan di lokasi kejadian.
Semasa hidupnya, Zai dikenal sebagai mahasiswa yang aktif berorganisai dan sosok peduli satu sama lain.
“Apa saja kegiatan di fakultas kami dialah motor penggeraknya, dia rela berkorban demi terlaksananya kegiatan,” kata Farah Munadia (19) rekan almarhum Zai mahasiswi ilmu Alquran dan tafsir.
Farah yang ikut dalam rombongan mobil Toyota Avanza nomor polisi BL 1847 JL duduk tepat di belakang almarhum Zai.
Sebenarnya, kata Farah, Zai awalnya mengemudikan mobil Toyota Innova BL 295 AB warna putih namun belakangan sementara mobil avanza disopiri rekannya Annaya Syazza Zainuddin.
• Perampok Mobil Sewaan Kejar-kejaran Dengan Polisi, Penumpang Jengkel Gigit Telinga Pelaku
Namun karena kondisi mobil Avanza kerap mogok sehingga tepat di sekitar gapura perbatasan Aceh Selatan dengan Kota Subulussalam.
Farah menceritakan awal mereka menggalang bantuan hingga almarhum Zai mengupayakan mobil transportasi mereka.
Kata Farah, saat akan berangkat sudah ada tanda-tanda kerusakan mobil Avanza yakni sebelah lampunya padam.
Namun mereka tetap melanjutkan perjalanan.
Kemudian di Calang mobil berulah dan dilaporkan ke pemilik rental.
Pihak rental menjawab agar para mahasiswa ini mendahulukan uangnya untuk biaya perbaikan.
Di sisi lain mahasiswa kekurangan biaya operasional dan almarhum tidak mau memakai uang bantuan untuk kebutuhan perjalanan mereka.
• Pria di Makassar Ini Diduga Stres, Bawa Anak Istri Pakai Mobil Lalu Tabrak 10 Motor, Diamuk Massa
Mobil Avanza yang semula disopiri Annaya tersebut menurut Farah memang kerap mogok saat sedang melaju di jalanan menanjak.
”Dari Calang mobil sudah sering bermasalah, kalau menanjak sering mogok sehingga harus didorong, jadi bang Zai itu lah bawa dan dia langsung tancap gas,” terang Farah Munadia, salah seorang rekan korban
Namun para mahasiswa ini tetap keukeuh untuk melanjutkan perjanalan mengantar bantuan ke Singkil.
Mereka mengaku tidak dapat menunda lantaran mengejar waktu dan tak ingin berbenturan dengan tugas kuliah.
Proses pergantian sopir mobil dilakukan di sekitar gapura perbatasan Aceh Selatan dengan Kota Subulussalam.
Sejak perbatasan itu, mobil avanza naas dikemudikan almarhum.
Menurut Farah, almarhum mengemudikan mobil itu dengan menancap gas dari bawah.
Ini agar mobil bisa menaiki jalan menanjak.
• Ruben Onsu Ancam Balik Penghina Betrand Peto, Ucapan Suami Sarwendah Bikin Iis Dahlia Kaget
Sebab, jika tidak digas sejak dari bawah, mobil tidak dapat menanjak mulus.
Sayangnya, kata Farah, hanya berselang setengah jam, mobil hilang kendali tepat di turunan menikung menjelang Jembatan Rikit, Desa Namo Buaya.
Farah yang duduk tepat di belakang sopir mengatakan jika almarhum semula mengira jalan tersebut lurus.
Taunya, kata Farah, jalanan menikung ke sebelah kiri dan menurun tajam.
Almarhum pun bersusaha membanting setir ke sebelah kiri untuk menghindari jurang di sebelah kanan.
Tapi lanjut Farah, mobil tiba-tiba oleng dan setir memutar ke kanan serta jalanan agak bergelombang hingga mobil terjungkal ke arah kanan badan jalan.
Saat itu seluruh penumpang menjerit ketakutan.
Misbahul Muzi yang duduk tepat disamping almarhum spontan melombat ke bagian belakang sehingga selamat dalam musibah.
Sebab jika saja tidak melompat Misbahul Muzi bakal terancam karena ada sepotong kayu yang menancap ke dalam mobil.
Sementara Farah dan dua rekan wanitanya sempat terhimpit.
• Video Detik-detik Wakil Menteri Kesehatan Iran Positif Terjangkit Virus Corona, Awalnya Pucat
Mereka pun akhirnya ditolong rekannya yang naik di mobil Toyota dan melaju belakangan.
Farah menambahkan, mereka baru bisa keluar dari mobil setelah memecahkan kaca bagian belakang.
Sebab pintu samping sudah terhimpit dan bagian depan juga tertancap potongan kayu.
Mahasiswa ini juga sempat terjebak di mobil karena bagian belakang diisi berbagai barang bantuan.
”Karena di belakang itu ada barang jadi kami posisinya terkurung di mobil, maka satu-satunya cara keluar pecahkan kaca,” ujar Farah
Dalam situasi panik itu beberapa masyarakat tiba termasuk aparat kepolisian lalulintas Polres Subulussalam.
Mereka pu terpukul kala mendapati salah seorang rekannya yakni Zai ternyata sudah tidak bernyawa lagi. Para mahasiswa ini menangis sejadinya atas kepergian almarhum Zai yang merupakan sosok pengayom mereka.
Yah, menurut Farah dan teman-temannya Zai merupakan sosok paling bertanggungjawab. Dia menjadi figure pengayom bagi rekan-rekan sefakultasnya dalam berbagai kegiatan selalu terdepan alias memotori.
Bahkan, bantuan untuk korban kebakaran di Singkil juga merupakan inisiatif almarhum Zai termasuk dalam mencari transportasi dua unit mobil yang ditumpangi para mahasiswa.
Farah dan para mahasiswa lainnya selalu aktif dalam kegiatan kampus mengikuti arahan almarhum Zai. Almarhum Zai sendiri baru saja pulang dari Bireuen mengikuti kunjungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Pascamusibah kebakaran di Desa Ujung, Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, almarhum Zai berinisiatif menggalang bantuan untuk disumbangkan.
Selain uang ada sejumlah bantuan berupa pakaian layak pakai, seragam sekolah hingga alquran.
Namun taqdir berkata lain, Wahyu Ziahul Haq mahasiswa semester delapan ini dipanggil Yang Maha Kuasa sebelum bantuan yang mereka galang tiba ke korban kebakaran di Singkil.
Selamat jalan Wahyu Ziahul Haq, sang pengayom mahasiswa dan aktivis sosial.
Sebagaimana berita sebelumnya, satu unit mobil jenis Toyota Avanza nomor polisi BL 1847 JL mengalami kecelakaan, Selasa (25/2/2020) di jalan nasional, Dusun Rikit, Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam.
Mobil naas itu ditumpangi empat mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dalam rangka misi kemanusiaan ke Kabupaten Aceh Singkil
Kapolres Subulussalam, AKBP Qori Wicaksono yang dikonfirmasi melalui Kasatlantas AKP Wietdasmara membenarkan peristiwa tersebut.
Dalam peristiwa ini Wahyu Ziahul Haq yang mengemudikan kendaran tersebut dilaporkan meninggal dunia.
Wahyu merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
”Benar, sopirnya yang juga kalangan mahasiswa meninggal dunia,” kata Kasatlantas AKP Wietdasmara
Informasi yang dihimpun Serambinews.com mobil yang ditumpangi mahasiswa ini mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menuju Aceh Singkil.
Adapun korban meninggal dunia merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Menurut Kasatlantas AKP Wietdasmara, korban meninggal dunia adalah mahasiswa sekaligus yang menyopiri mobil naas.
Mobil avanza berwarna hitam yang ditumpangi mahasiswa ini kecelakaan sekitar pukul 12.30 WIB, di jalan Nasional Subulussalam-Tapaktuan Desa Namo Buaya Kecamatan Sultan Daulat Kota Subulussalam.
”Kami sedang evakuasi kendaraan dan barang-barangnya ke Mapolres Subulussalam,” kata Kasatlantas AKP Wietdasmara
Dijelaskan, mobil dikemudikan Wahyu Ziahul Haq (22) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) asal Kota Langsa.
Rombongan mahasiswa ini berangkat dari Banda Aceh sekitar pukul 23.30 WIB tadi malam.
Mereka hendak berangkat ke Aceh Singkil dalam sebuah misi kemanusiaan via Tapaktuan melintasi Kota Subulussalam.
Rombongan mahasiswa membaha sejumlah bantuan untuk korban kebakaran di Desa Ujung, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil yang terjadi beberapa hari lalu.
Mobil berjalan dengan kecepatan sedang namun setiba di Tempat Kejadian Perkara (TK) hilang kendali hingga terguling di sebuah turunan menikung.
Akibatnya pengemudi dan penumpang terjepit di dalam mobil tersebut. (*)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul “Kalau Meninggal, Kita Mati Syahid,” Kalimat yang Terucap di Bibir Almarhum Wahyu