Bakal Dilaporkan ke Polisi, Babe Ridwan Saidi Minta Maaf Bikin Gaduh, Siap Datang Jika Diundang
Namun walau sudah meminta maaf, dia tidak bisa menarik ucapanya tersebut terkait arti “Galuh”.
Pernyataan tersebut tentu saja membuat geger Ciamis. Warga Tatar Galuh Ciamis merasa dilecehkan harga dirinya. Video berdurasi 12 menit 31 detik dari chanel youtube “Macan Idealis” telah membangunkan “Maung Galuh”
Sekitar 200 orang dari berbagai elemen masyarakat Ciamis berkumpul di Ruang Pascasarjana Universitas Galuh Ciamis, Kamis (13/2) sore untuk menyikapi pernyataan Babeh Ridwan Saidi tersebut.
Pada pertemuan yang digagas Rektor Universitas Galuh (Unigal) Dr H Yat Rospia Brata MSi yang juga Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis tersebut tak hanya dihadiri para akademisi, mahasiswa, tapi juga aktivis ormas/OKP, budayawan , kabuyutan, berbagai kalangan masyarakat lainnya termasuk Kepala Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disbudpora) Ciamis, Erwan Dermawan.
Saat diberi kesempatan untuk bicara, Erwan sempat meneteskan air mata tak menerima Galuh dijelek-jelekkan. Erwan meminta masyarakat Ciamis untuk tidak berlebihan menyikapi pernyataan Babeh Ridwan Saidi yang kini viral tentang Galuh dan Ciamis tersebut.
“Kami berharap Ciamis tetap kondusif,” harap Erwan.
• Saksikan Live Streaming Pertandingan Madura United vs Persebaya Surabaya Jumat Sore Ini, Derby Jatim
• Wafat Tadi Malam, Mantan Rektor Unpad dan Pemain Persib Prof Himendra Akan Dimakamkan di Cirebon
Rektor Unigal Dr H Yat Rospia Brata yang juga dosen sejarah tersebut meminta babeh Ridwan Saidi untuk membuktikan bahwa di Ciamis tidak ada kerajaan. Padahal di Ciamis banyak peninggalan kerajaan berupa situs maupun prasasti.
“Tiap jengkal tanah di Ciamis adalah situs, banyak peninggalan sejarah,” ungkap Yat.
Lebih tersinggung lagi, bila disebut galuh itu artinya brutal. “Kalau disebut galuh itu artinya brutal. Jadi Unigal ini Universitas Brutal dong. Jelas 10.000 mahasiswa dan 30.000 alumni tidak bisa menerimanya. Galuh itu sudah melekat menjadi nama di Ciamis dan daerah lainnya. Sebut saja Stadion Galuh, juga ada Brigif Galuh. Banyak lagi yang lain,” katanya.
Pertemuan yang berlangsung di Ruang Pasca Sarjana Unigal tersebut ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap; meminta babeh Ridwan Saidi datang ke Ciamis dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam untuk membuktikan omongannya. Bila tidak datang ke Ciamis, babeh Ridwan Saidi akan segera dilaporkan ke pihak berwajib.
Pertemuan tersebut juga mendesak DPRD dan Pemkab Ciamis untuk bersikap, ketika nama besar Galuh dilecehkan, ketika harga diri Ciamis dijatuhkan.
Babeh Ridwan Saidi yang juga bintang ILC tersebut ketika dihubungi wartawan di Ciamis via telepon, Kamis (13/2) malam, menyatakan siap datang ke Ciamis bila diundang oleh Bupati Ciamis. Dia berharap masyarakat dan pemerintahan setempat untuk tidak terlalu berlebihan menyikapi soal kerajaaan yang sulit dibuktikan tersebut.
• Karangan Bunga Ucapan Duka Cita Berjejer di Pemakaman Terakhir Himendra Wargahadibrata di Cirebon
• Polisi Jakarta Bongkar Praktik Aborsi Ilegal, Hampir 1.000 Janin Digugurkan, Pelaku Raup Rp 6,6 Mi
• Mendiang Himendra Wargahadibrata Punya Darah Cirebon, Almarhumah Ibunda Kerabat Keraton Kasepuhan
Beliau malah menyarankan Pemkab Ciamis untuk lebih fokus pada temuan batu susun Batu Rompe di Desa Sukaraharja Kecamatan Lumbung yang sempat viral tersebut.
Menurut Babeh Ridwan Saidi, batu susun Batu Rompe tersebut merupakan monumen luar biasa dari abad ke-5 bahwa di Ciamis pernah ada peradaban yang disebut Pariangan. Pariangan itu artinya persawahan. Pada abad ke-5 di Ciamis ada daerah yang sudah maju pertaniannya. “Ciamis harus bangga. Batu susun itu monumen yang luar biasa,” ungkap babeh Ridwan Saidi .
Babeh Ridwan Saidi juga menyebutkan kata Galuh dalam Bahasa Armenia artinya cukup jelek untuk diungkap. Beda dengan Sunda yang artinya cemerlang. Penamaan Sunda Galuh yang sekarang banyak dikenal itu katanya keliru karena galuh artinya brutal. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dikritik Keras Budayawan Ciamis, Ridwan Saidi Minta Maaf", https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/14/13475361/dikritik-keras-budayawan-ciamis-ridwan-saidi-minta-maaf?page=2.
Penulis : Walda Marison
Editor : Sabrina Asril