Nenek Lessi Menangis Diusir Menantu, Harus Memulung Sampah, Anak Hanya Kasih Rp 25 Ribu Saat Lebaran
Nenek Lessi Menangis Diusir Menantu, Harus Memulung Sampah, Anak Hanya Kasih Rp 25 Ribu Saat Lebaran
Hingga tetangga sekitar iba dan secara terang-terangan mengajaknya untuk tinggal bersama.
"Saya kan tinggal di Gang Makmur, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Orang-orang di situ pada tahu, akhirnya ngajak saya tinggal sambil bantu bersih-bersih," ucapnya.
"Ya Allah saya mikirnya jadi orang lain yang justru perduli, tapi anak malah tega begitu," imbuhnya.
Namun, saat ini, Lessi mengatakan sudah tinggal bersama anak ketiganya.
Namun karena menumpang ia harus membantu bersihkan rumah tersebut.
"Alhamdulillah ya sekarang ditampung anak ke-3. Kan dua-duanya kerja, jadi saya bantu beres-beres.
Kalau saya capek abis mulung engga bersihin rumah, mukanya dia beda ke saya.
Tapi ini anak yang paling mendingan dari yang lain," katanya.
Tak Ada Bantuan dari Pemerintah
Di usianya yang senja dan kondisi tubuh yang mulai sakit-sakitan, Lessi sebenarnya ingin sekali beristirahat di rumah.
Namun apa daya, jika ia tak bekerja ia tak bisa makan dan membeli obat sakit kepala yang selalu dikonsumsinya setiap pagi.
"Penginnya istirahat. Kalau anak ke-3 ini kan kasihnya sekedarnya aja.
Yang lain tahu sendiri kan saya sudah cerita anak saya pada begitu semua ke saya.
Makanya kalau ada bantuan dari pemerintah saya bisa enggak terlalu capek cari uang dari pagi sampai malam," ungkapnya.
Ya, selama ini Lessi mengaku tak pernah menerima bantuan apapun.
Namun, sejauh ini dirinya sudah memberikan kelengkapan berkas penerima bantuan ke kelurahan setempat.
"Ngumpulin fotocopian doang, tapi kayak BLT aja belum pernah dapat.
Malahan yang hidupnya lebih mendingan dari saya sudah pada dapat.
Setidaknya kalau ada bantuan saya bisa cuma kerja sampai siang aja untuk pegangan harian beli obat atau kalau cucu tiba-tiba minta uang," katanya.
Meskipun begitu, ia mengaku sudah tak berharap banyak terhadap bantuan tersebut.
Selagi kakinya masih kuat melangkah, ia akan terus berkeliling mengumpulkan botol bekas dan berusaha tak bergantung pada anak-anaknya yang memiliki sikap tak baik terhadapnya.
"Saya enggak apa-apa begini.
Mau dapat bantuan atau enggak, saya masih kuat cari uang buat beli makan.
Doa saya cuma biar anak-anak pada sadar sebelum saya meninggal.
Saya ini yang berjuang buat mereka dari dulu sendirian.
Meskipun enggak dendam, tapi hati saya juga sakit lihat sikap mereka begini.
Jadi saya lebih berharap mereka cepat sadar ketimbang bantuan," tandasnya.
(Tribunnewswiki.com/Putradi Pamungkas, Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)