Hubungan Tak Lagi Harmonis, Istri Pilih Bakar Hidup-hidup Suami, Alasannya Sudah Tak Diberi Nafkah
Dimana seorang istri emosi hingga nekat membakar suaminya sendiri hidup-hidup.
TRIBUNCIREBON.COM - Seorang istri tega membakar suaminya sendiri, lantaran kesal tak diberi nafkah oleh suami.
Kalap tak diberi nafkah, sang istri melancarkan aksi untuk membakar suaminya sendiri.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bisa terjadi karena berbagai hal, satu diantaranya soal nafkah.
Dimana seorang istri emosi hingga nekat membakar suaminya sendiri hidup-hidup.
Dilansir dari Tribunnews PE (38) tega menyiram bensin dan membakar suaminya sendiri, NN (46) lantaran tidak diberi nafkah.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kasatreskrim Polres OKU Selatan, AKP Kurniawi.
"Motifnya, kerap tidak diberi nafkah dan keluarga tersebut sudah tidak harmonis lagi dan kerap bertengkar," kata Kurniawi.
Sebelumnya diketahui, pelaku membeli bensin Rp 10.000 saat perjalanan pulang dari ladang.
Namun tidak semua bensin dimasukan ke tangki bensin sepeda motornya.
Selang satu jam, pelaku keluar kamar dan langsung menyiramkan bensin tersebut ke arah suaminya.
Saat bersamaan, pelaku langsung menghidupkan sepuntung rokok dan didekat kan kearah korban, sehingga api menjalar dibadan korban, yang kemudian melarikan diri keluar rumah.
Untungnya tidak sampai meregang nyawa, suaminya itu hanya mengalami luka bakar di dada dan paha tapi harus menjalani perawatan di rumah sakit.
• Buka-bukaan John Kei soal Pertama Kali Membunuh Orang di Usia 22, hingga Perjalanan Menuju Tobat
• Kuwu Surajaya yang Terlibat Kasus Korupsi Ditahan di Kebonwaru Bandung
• Veronica Tan Bikin Pangling, Tampil dengan Busana Simpel & Tak Gunakan Makeup, tapi Lihat Hasilnya
Sementara itu, warga di sekitar lokasi segera menolong korban dengan membawanya ke rumah sakit.
Saat ini polisi telah mengamankan pelaku dan sejumlah barang bukti, antara lain satu buah korek api yang digunakan pelaku dan satu buah celana yang telah terbakar milik korban.
Perlu diketahui, penderita luka bakar apa pun penyebabnya, punya waktu 30 menit untuk mendapat pertolongan dokter.
Semakin besar dan dalam luka, semakin lambat mendapat perawatan medis, dan salah dalam memberikan pertolongan pertama, akan memperkecil peluang korban untuk dapat diselamatkan.
Dilansir dari Kompas.com, Kepala Unit Luka Bakar Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo Aditya Wardhana, mengatakan pertolongan penderita luka bakar ditentukan dari menit ke menit.
Dalam tempo kurang dari setengah jam, penderita harus mendapat cairan infus karena penguapan pada luka bakar akan sangat besar.
Potensi korban terinfeksi penyakit lain juga sangat besar.
Faktor lain yang bisa memicu kematian korban adalah luasan dan kedalaman luka bakar, ada tidaknya gangguan pernapasan, serta faktor penyerta lain.
Jika luka bakar yang terjadi lebih dari 30% dari seluruh permukaan tubuh, itu sudah termasuk kritis.
Kedalaman luka dapat memengaruhi fungsi organ tubuh bagian dalam.
Luka bakar yang dalam akan memicu munculnya racun yang menjalar secara sistemik dan tak bisa dicegah.
Racun itu dapat menempel pada organ dalam tubuh sehingga membuat fungsi organ turun dan memunculkan kegagalan fungsi multiorgan.
Kejadian ini dapat membunuh korban.
Faktor penyerta lain yang bisa memicu parahnya luka bakar, antara lain usia lanjut lebih dari 50 tahun, usia kurang dari lima tahun, serta adanya berbagai penyakit bawaan, seperti asma, jantung, dan diabetes.