Gunung Tangkuban Petahu Erupsi

GUNUNG Tangkuban Perahu Kembali Meletus, Padahal Baru Dibuka untuk Wisata, Dilarang Dekati Kawah

Masyarakat di sekitar G. Tangkuban Parahu, Pedagang, Wisatawan, Pendaki agar mewaspadai meningkatnya gas vulkani

Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
BNPB
Abu vulkanik yang mengebul di gunung Tangkuban Parahu 

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Gunung Tangkuban Perahu kembali erupsi, Kamia (1/8/2019) malam sekitar pukul 20.46 WIB. Letusan itu menyebabkan kolom abu setinggi 180 meter dari dasar kawah ( 2.084 m di atas permukaan laut).

Letusan terjadi di hari pertama dibukanya kembali Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Perahu pascaletusan pada 27 Juli 2019.

Jodi Baru Pertama Kali Makan Daging Ayam, Terungkap Saat Disuapi Ibu Guru: Bu Guru Ini Apa? Enak

Begini Kisah Jodi, Bocah SD Yang Sempat Viral Bersekolah Pakai Pakaian Kotor Hingga Mandi di Sekolah

Berdasarkan laporan dari Pos Pengamatan Gunung Tangkuban Perahu, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah utara dan timur. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi ± 11 menit 23 detik.

Ketinggian abu teramati 180 dari dasar kawah.

Saat ini G. Tangkuban Parahu berada pada Status *Level I (Normal)* dengan rekomendasi:
A. Masyarakat di sekitar G. Tangkuban Parahu dan pengunjung/wisatawan/pendaki, Tidak mendekati kawah yang ada di puncak G. Tangkuban Parahu dalam radius 500m dari kawah aktif atau sekitaran sepanjang area parkir bibir kawah dan tempat berdagang.

Situasi hari pertama TWA Gunung Tangkuban Perahu dibuka kembali untuk wisata, Kamis (1/8/2019).
Situasi hari pertama TWA Gunung Tangkuban Perahu dibuka kembali untuk wisata, Kamis (1/8/2019). (Tribun Jabar/Hilman Kamaludin)

diimbau tidak berlama-lama berada disekitar kawah aktif G. Tangkuban Parahu agar terhindar dari paparan gas yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa.

Pedagang di Gunung Tangkuban Perahu membersihkan kiosnya dari sebaran abu vulkanik, Senin (29/7/2019). Karena proses pembersihan abu vulkanik belum selesai, akhirnya pembukaan kembali TWA Tangkuban Perahu batal dilakukan Senin ini.
Pedagang di Gunung Tangkuban Perahu membersihkan kiosnya dari sebaran abu vulkanik, Senin (29/7/2019). Karena proses pembersihan abu vulkanik belum selesai, akhirnya pembukaan kembali TWA Tangkuban Perahu batal dilakukan Senin ini. (Tribun Jabar/Hilman Kamaluddin)

C. Masyarakat di sekitar G. Tangkuban Parahu, Pedagang, Wisatawan, Pendaki, dan Pengelola Wisata G. Tangkuban Parahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala vulkanik yang jelas.

Masker Kunyit Ternyata Banyak Manfaatnya, Ampuh Hilangkan Bekas Jerawat Hingga Kurangi Kerutan Wajah

Waspada! Sarapan Gorengan & Minum Kopi Memang Nikmat, Tapi Bisa Sebabkan Penyakit Mematikan Ini

Sebelumnya, Gunung Tangkuban Perahu mengalami erupsi pada Jumat 27 Juli 2019 sekitar pukul 15.48 WIB. Letusan menyebabkan kepulan abu setinggi 200 meter lebih. 

Pengunjung yang tengah berada di kawasan wisata pun berhamburan lari menyelamatkan diri.

Karena kondisi TWA diselimuti abu vulkanik, TWA Tangkuban Perahu pun ditutup sementara. Pada 1 Agustus 2019, TWA Tangkuban Perahu kembali dibuka untuk umum. 

Pada hari pertama Gunung Tangkuban Perahu dibuka untuk umum, sejumlah wisatawan dari mancanegara langsung mengunjungi tempat wisata tersebut untuk melihat kondisinya pascaerupsi, Kamis (1/8/2019).

Direktur PT Graha Rani Putra Persada (GRPP), Putra Kaban selaku pengelola Gunung Tangkubanparahu, mengatakan, selain wisatawan mancanegara, wisatawan lokal juga sejak pagi terus berdatangan.

"Kalau pengunjung, pada hari pertama ini kebanyakan dari mancanegara, sehingga kami langsung melakukan sosialisasi sebelum masuk," ujarnya saat ditemui di Gunung Tangkubanparahu, Kamis (1/8/2019).

Bahkan kata Putra, para pengunjung juga sudah ada yang datang secara rombongan dengan menggunakan bis, sehingga pihaknya yakin pada hari selanjutnya akan ada peningkatan pengunjung atau wisatawan.

"Kalau pengunjung dari mancanagara asalnya macam-macam, tapi kebanyakan dari Malaysia, Eropa dan ada juga dari Timor Tengah, semuanya gabung tadi satu bus," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved