Anak Tukang Becak Lulus Cum Laude dari ITB, S2 Cuma 10 Bulan, Langsung Diminta Jadi Dosen di Banten

Hera mengatakan kerja kerasnya selama ini tidak lepas dari dukungan kedua orangtuanya.

Editor: Machmud Mubarok
KOMPAS.com/ ACEP NAZMUDIN
Herayati dan kedua orang tuanya saat ditemui di kediamannya di Kota Cilegon, Rabu (24/7/2019). 

TRIBUNCIREBON.COM - Anak pengayuh becak asal Cilegon, Banten, Herayati, akhirnya bisa menggapai cita-cita menjadi seorang dosen.

Lulusan dengan predikat cum laude dari Institut Teknologi Bandung ( ITB) itu dipinang menjadi dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ( Untirta), sebuah kampus ternama di Banten. Menjadi dosen, adalah cita-citanya sejak kecil.

"2018 lalu saya diminta datang ke Untirta, tapi saat itu saya baru lulus S1, sementara jadi dosen minimal S2," kata Hera, kepada Kompas.com, di kediamannya di Jalan Masigit-Sumur Menjangan, Grogol, Kota Cilegon, Banten, Rabu (24/7/2019).

Rina Nose Foto Bareng Lucinta Luna, Rina Dibilang Cantik, Lucinta Disebut Ganteng, Ini Penampakannya

Niat Pamer Foto Tua di FaceApp, Lucinta Luna Malah Diejek, Dibilang Terlihat Jelas Jakun di Leher

S1 dia selesaikan 4 tahun dengan nilai IPK 3,77. Hera yang kebetulan mengambil program fast track di ITB melanjutkan kuliah S2 di sana, yang ditempuhnya dalam waktu kurang dari satu tahun. Dia lulus dengan predikat cum laude dengan IPK 3,8.

Setelah lulus S2, pihak Kampus Untirta kembali memanggil Hera, dan langsung diberi amanah untuk mengabdi sebagai dosen luar biasa di Jurusan Teknik.

"Maunya jadi dosen tetap, tapi harus PNS, sambil menunggu penerimaan, jadi dosen luar biasa dulu sementara di teknik untuk kimia dasar, mulai ngajar bulan September ini," kata perempuan kelahiran 17 April 1997 itu.

Apa yang dicapai oleh Hera saat ini bukan sesuatu yang bisa didapat dengan mudah. Perjalanan Hera menggapai prestasinya ini dalam keadaan ekonomi orangtua yang terbatas.

Barbie Kumalasari Terciduk Makan di Resto Cepat Saji Sendirian, Netizen: Mungkin Ada Menu Ikan Asin

Ayah Hera, Sawiri, hanyalah seorang pengayuh becak di Cilegon. Sementara ibunya tinggal di rumah mengurus rumah tangga.

Dengan penghasilan yang tidak menentu, sulit dipercaya bahwa Hera bisa menyabet gelar sarjana dan magister di ITB.

Impian sejak SMP Hera mengatakan, impian untuk masuk ke ITB sudah muncul sejak dirinya SMP.

"Saya emang udah punya keinginan masuk ITB sejak kelas 9 MTS, di MTs Negeri Pulomerak waktu itu saya sekolah," kata Hera.

"Itu ada guru saya yang menceritakan ada alumni MTs yang kuliah di ITB dengan beasiswa. Saya ingin kuliah yang ada beasiswanya, jadi waktu itu saya tahunya cuma di ITB, maka saya pengin kuliah di ITB gitu," tambahnya.

Anak bungsu dari empat bersaudara ini mulai belajar untuk mempersiapkan tes masuk ITB sejak duduk di bangku SMA. Hera belajar secara mandiri, hingga pada akhirnya mendapat beasiswa di salah satu lembaga bimbel karena prestasinya.

"Waktu masuk MAN, saya mulai merintis perjuangan, mulai belajar buat tes masuk ITB. Kelas 10 dan 11 saya belajar otodidak, sendiri, ya paling di sekolah ya dibimbing sama guru saja, tapi kalau di rumah saya sendiri, ga ikut bimbel," ujarnya.

Selepas lulus SMA, Hera pernah gagal masuk ITB di seleksi pertama lewat jalur undangan.

Tidak patah semangat, dia mengikuti seleksi berikutnya lewat tes tertulis dan lolos di Teknik Kimia.

Walau berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas, Hera tidak pernah ragu untuk tetap melanjutkan kuliahnya.

Dia tetap melaju dengan optimistis. Pada awal tahun kuliahnya, Hera mendapat sejumlah beasiswa, di antaranya dari program bidik misi dan bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon.

Namun, beasiswa tersebut terkadang masih kurang untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Sementara, mengandalkan kiriman dari orangtuanya juga mustahil.

"Akhirnya saya cari tambahan, mulai dari jadi asisten dosen, hingga ngajar bimbel," kata dia.

Hera akhirnya berhasil lulus S1 pada Juli 2018 lalu dan menjadi salah satu lulusan ITB terbaik dengan predikat cum laude.

Prestasi Herayati tak berhenti sampai di situ. Ia pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Asia Pasific Future Leader Conference pada 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Satu bulan setelah lulus, Hera lantas mengambil magister untuk memenuhi syarat menjadi dosen di Untirta. Dari target lulus satu tahun karena program fast track, Hera mampu menyelesaikannya dalam waktu 10 bulan saja.

 Itu pun setengah masa kuliahnya dihabiskan di Chulalongkorn University Thailand lewat program student exchange.

Hera mengatakan kerja kerasnya selama ini tidak lepas dari dukungan kedua orangtuanya. Kendati mereka tidak mampu membiayai kuliah, dukungan dan doanya tidak pernah berhenti.

"Walaupun tidak punya, Bapak dan Mama tidak pernah melarang, walaupun diam, tapi tidak pernah bilang jangan, selalu mendukung, walaupun tidak lewat materi, tapi doanya luar biasa," kata dia. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Pengayuh Becak Lulusan ITB Dilamar Jadi Dosen Luar Biasa Untirta", https://regional.kompas.com/read/2019/07/25/09251731/anak-pengayuh-becak-lulusan-itb-dilamar-jadi-dosen-luar-biasa-untirta?page=all. 

Penulis : Kontributor Banten, Acep Nazmudin
Editor : Robertus Belarminus

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved