Kisah Pak Tatang, Penderita Tuna Netra yang Mampu Membangun SLB untuk Anak-anak Disabilitas

di sekolah yang dibangunnya itu, para wali murid tidak dibebankan biaya. Mereka hanya membayar seikhlasnya

Editor: Machmud Mubarok
Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari
Tatang (50), pendiri SLB ABCD Caringin. 

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Pria tunanetra bernama Tatang (50) membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berlokasi di permukiman padat penduduk tepatnya di Jalan Holis, Gang Faqih RT2/9, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung bagi anak penyandang disabilitas.

Pria yang sudah berumur setengah abad ini menghabiskan 16 tahun dari umurnya merintis membangun sekolah SLB bagi anak-anak disabilitas yang diberi nama SLB ABCD Caringin.

SLB ABCD Caringin ini dibangun Tatang di bawah naungan yayasan yang didirikan bernama Yayasan Lara Adam Mulya.

SLB ABCD Caringin ini berdiri tahun 2003 dan menurut cerita Tatang sebagai pendirinya, muridnya pertama bersekolah di sini hanya terdapat lima siswa.

"Dulu masih sulit diterima masyarakat, kita pertama kali punya murid lima," ujar Tatang kepada Tribun Jabar di kantornya, Senin (15/7/2019).

BREAKING NEWS- Balon Gas Meledak di Cianjur, 9 orang Alami Luka Bakar

Saat ini, murid yang bersekolah di SLB ABCD Caringin sudah ada 40 siswa mulai tingkat SD, hingga  SMA.

Tatang yang lulusan Universitas Padjadjaran jurusan Antropologi ini menceritakan awal membangun sekolah SLB ABCD Caringin ini. Ia  merelakan rumahnya dijadikan sekolah untuk anak-anak penyandang disabilitas.

"Jadi ini (sekolah) dulunya rumah biasa, rumah saya dua gedung ini, ketika zaman kuliah, saya kuliah di Unpad jurusan antropologi, setiap pulang itu di lingkungan Kecamatan Babakan Ciparay ini belum ada sekolah. Tahun 2003 waktu itu sekolah anak-anak itu harus ke utara ke Jalan Padjadjaran," ungkapnya.

Dari sanalah hati Tatang terenyuh untuk membuat sekolah khusus bagi penyandang disabilitas dan berdiskusi bersama kakaknya bernama Ade. Namun untuk embangun sekolah, ternyata ada kendala yaitu tempat.

Tatang menjelaskan 11 ruang kelas yang dipakai untuk belajar mengajar saat ini dulunya bekas kamar yang diubah menjadi ruang kelas.

"Satu satunya yang memiliki tempat saya sendiri, saya kompromi dengan kakak akhirnya saya merelakan rumah ini dijadikan sekolah. Kelasnya juga bagaikan kamar, karena emang dulunya kamar, kamar diubah menjadi ruang kelas," ujarnya.

Misteri Hilangnya Dokter Ayu, Ini 4 Fakta Seputar Dokter di Klinik Pratama PKU Muhammadiyah Itu

Saat Tribun Jabar mengecek satu per satu ke ruang kelas, memang benar, nampak sebuah ruangan yang berukuran kurang lebih 4x3 meter ini direnovasi menjadi ruangan kelas yang berkapasitas lima siswa untuk belajar mengajar.

Selain itu, sekolah ini juga memiliki ruangan serbaguna untuk kegiatan anak-anak yang berada di lantai dua dan sebuah bangunan yang belum selesai rencananya akan dijadikan asrama bagi anak-anak yang kurang mampu untuk tinggal di sini.

"saya pengen bikin asrama ini di lantai dua, ini dari dulu sudah 16 tahun berdiri baru dicor sebagian ada rezeki dananya," ungkapnya.

Farhat Abbas Munculkan Foto Wajah Hotman Paris Jadul, Berambut Gondrong dan Keriting, Ada Apa?

Menurut Tatang, di sekolah yang dibangunnya itu, para wali murid tidak dibebankan biaya. Mereka hanya membayar seikhlasnya dan sebagian siswanya digratiskan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved