Sejarah Cirebon

Melongok Masjid Keramat Megu, Jejak Pertarungan Ki Buyut Atas Angin Melawan Pangeran Cakrabuana

Selain memiliki sejarah dan beberapa peninggalan asli, kuncen di masjid itu juga harus merupakan keturunan langsung dari Ki Buyut Megu.

Penulis: Sitimasithoh | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Siti Masithoh
Juru kunci Masjid Kramat Megu, M Misko, menjelaskan soal sejarah masjid kramat Megu. 

Saat itulah Ki Buyut Atas Angin tidak bisa berbuat apa-apa dan minta ampun serta minta hidup kepada Pangeran Cakrabuana.

Pangeran Cakrabuana mau mengampuni dengan syarat yaitu Ki Buyut Atas angin harus masuk isam. Setelah masuk islam ia tidak berani kembali ke Pajajaran dan minta menetap di Cirebon.

Beliau diminta mengurus daerah bernama Megu/ di tempat sumur kramat itulah kemudian dibangun sebuah Masjid.

Sementara di depan makam, ada bangunan inti masjid yang mempunyai sembilan pintu. Tiga pintu di depan, tiga pintu di samping kanan, dan tiga pintu di samping kiri. Sembilan pintu tersebut melambangkan Sembilan Wali.

Di dalamnya, ada empat tiang jati yang masih asli beserta mimbar dan tongkat yang masih utuh peninggalan Ki Buyut Megu.

Misko menjelaskan, dulunya Ki Buyut Megu mengajak masyarakat untuk masuk Agama Islam. Lambat laun, semakin banyak umat Islam, dia berinisiatif untuk mendirikan sebuah masjid.

"Dulu juga sudah ada tembok. Kami hanya melakukan penambahan antara masjid utama dan makam saja," kata Misko.

Sembilan pintu utama masjid pun, kata Misko, masih asli dan terawat. Pintunya terbuat dari kayu jati. Biasanya, saat hari besar Islam seperti pelaksanaan Salat Ied, sembilan pintu itu dibuka. Kadang-kadang, saat Salat Jumat pun kerap dibuka.

Bangunan masjid berukuran 47 meter x 38 meter itu, di depannya memiliki atap yang tidak begitu tinggi. Sehingga benar-benar akan terasa seperti bangunan zaman dahulu.

Di samping kanan masjid, ada sebuah sumur keramat yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit dan hajat setiap orang.

Sumur tersebut memiliki kedalaman sembilan meter dan airnya tidak pernah surut. Uniknya, pembuangan air dari sumur tersebut ada di Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon yang lokasinya sekitar 10 kilometer.

"Dari dahulu pembungannya memang di sana, karena masjid merupakan tempat yang suci," tambah Misko.

 Masjid Keramat Megu sendiri sudah didaftarkan Dusbudparpora Kabupaten Cirebon untuk dijadikan salah satu situs Cagar Budaya.

Selain memiliki sejarah dan beberapa peninggalan asli, kuncen di masjid itu juga harus merupakan keturunan langsung dari Ki Buyut Megu.

"Dalam sejarah memang tidak disebutkan Ki Buyut Megu mempunyai berapa anak. Tapi selama ini sih yang jadi kuncen harus keturunannya. Saya sendiri keturunan ke-41. Soal apa akibatnya jika bukan keturunan yang jadi kuncen, saya tidak tahu. Alhamdulillah sih selalu keturunan langsung, jadi tidak keliru dalam penjelasannya," ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Sejarah Masjid Keramat Megu di Cirebon, Kuncennya Harus Keturunan Langsung Ki Buyut Megu, https://jabar.tribunnews.com/2019/04/03/sejarah-masjid-keramat-megu-di-cirebon-kuncennya-harus-keturunan-langsung-ki-buyut-megu?page=all.
Penulis: Siti Masithoh
Editor: Ichsan

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved