Sejarah Cirebon

Melongok Masjid Keramat Megu, Jejak Pertarungan Ki Buyut Atas Angin Melawan Pangeran Cakrabuana

Selain memiliki sejarah dan beberapa peninggalan asli, kuncen di masjid itu juga harus merupakan keturunan langsung dari Ki Buyut Megu.

Penulis: Sitimasithoh | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Siti Masithoh
Juru kunci Masjid Kramat Megu, M Misko, menjelaskan soal sejarah masjid kramat Megu. 

Laporan Wartawan Cirebon, Siti Masithoh

TRIBUNCIREBON.COM - Apabila kita tengah melintasi Jalan Raya Desa Megu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, bakal menemukan tugu merah bertuliskan Tugu Masjid Keramat Megu. Dari tugu merah menuju masjidnya, sekitar 30 meter saja.

Di sana akan tampak sebuah masjid yang temboknya dikelilingi bata merah. Di sampingnya ada beberapa pintu yang tingginya hanya sekitar 70 sentimeter. Sehingga saat memasukinya, badan harus sedikit merunduk.

Di bagian dalam, ada halaman yang cukup luas dan rindang yang diteduhi sebuah pohon besar. Di samping pohon, ada sebuah bangunan sekitar 5 meter x 2 meter. Atapnya terbuat dari bambu yang diganti setiap satu tahun sekali.

Misko, juru kuncen Masjid Keramat Megu, mengatakan, tempat tersebut dulunya dipakai sebagai petilasan dan atapnya rutin diganti setiap tahun.

"Ganti atap ini mirip dengan Buka Sirap di Makam Kramat Buyur Trusmi, Blok Jeruk, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, yang rutin digelar. Kalau di sini setahun sekali," katanya saat ditemui di Masjid Keramat Megu, Desa Megu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Rabu (3/4/2019).

Memasuki masjid, ada sebuah ruangan yang dikelilingi tembok bata merah. Di sampingnya ada pula sebuah pintu yang tingginya hanya sekitar 50 sentimeter saja.

Di dalam ruangan tersebut ada makam pendiri Masjid Keramat Megu, yaitu Ki Buyut Megu, Nyai Buyut Megu, dan Pangeran Arya Atas Angin. Menurut pengakuan kuncen, Masjid Keramat Megu sendiri dibangun pada  abad ke 17 Masehi. 

"Kalau pintu di sini rata-rata pendek, itu melambangkan adab manusia ketika memasuki masjid harus mempunyai sopan santun. Salah satunya dengan merundukkan sedikit badan," kata Misko kepada Tribun Jabar.

Dari beberapa sumber, disebutkan bahwa Ki Buyut Atas Angin adalah orang sakti mandraguna.  kuwumeguged.blogspot menyebutkan beliau adalah panglima perang kerajaan Pajajaran.

Ia diutus oleh Pajajaran untuk menjemput Pangaeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon kembali ke Pajajaran karena telah memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan sendiri di Cirebon.

Rupanya Pangeran Cakrabuana yang telah mengetahui kedatangan Ki Buyut Atas Angin berdasarkan informasi dari prajurutnya. Sehingga ia bisa mengatur siasat untuk menghadapi panglima Pajajaran tersebut.

Diantara benda kesaktian Ki Buyut Atas Angin adalah sumur kramat dan comberan (saluran pembuangan air). Dua tempa tersebut yang bisa menjadikan ia bertahan dan kebal dari berbagai macam senjata.

Maka terjadilah pertarungan antara Pangran Cakrabuana dan Ki Buyut Atas Angin. Ketika panglima Pajajaran mulai terdesak, ia berlari menuju sumur kramat.

Pangeran Cakrabuana sudah mengetahui gelagat tesebut, maka sumur tersebut ditutupya. Ki Buyut Atas Angin semakin terdesak, maka ia pun hendak bersembunyi di parit kecil dan parit kecil itu pun ditimbun oleh Pangeran Cakrabuana.

Saat itulah Ki Buyut Atas Angin tidak bisa berbuat apa-apa dan minta ampun serta minta hidup kepada Pangeran Cakrabuana.

Pangeran Cakrabuana mau mengampuni dengan syarat yaitu Ki Buyut Atas angin harus masuk isam. Setelah masuk islam ia tidak berani kembali ke Pajajaran dan minta menetap di Cirebon.

Beliau diminta mengurus daerah bernama Megu/ di tempat sumur kramat itulah kemudian dibangun sebuah Masjid.

Sementara di depan makam, ada bangunan inti masjid yang mempunyai sembilan pintu. Tiga pintu di depan, tiga pintu di samping kanan, dan tiga pintu di samping kiri. Sembilan pintu tersebut melambangkan Sembilan Wali.

Di dalamnya, ada empat tiang jati yang masih asli beserta mimbar dan tongkat yang masih utuh peninggalan Ki Buyut Megu.

Misko menjelaskan, dulunya Ki Buyut Megu mengajak masyarakat untuk masuk Agama Islam. Lambat laun, semakin banyak umat Islam, dia berinisiatif untuk mendirikan sebuah masjid.

"Dulu juga sudah ada tembok. Kami hanya melakukan penambahan antara masjid utama dan makam saja," kata Misko.

Sembilan pintu utama masjid pun, kata Misko, masih asli dan terawat. Pintunya terbuat dari kayu jati. Biasanya, saat hari besar Islam seperti pelaksanaan Salat Ied, sembilan pintu itu dibuka. Kadang-kadang, saat Salat Jumat pun kerap dibuka.

Bangunan masjid berukuran 47 meter x 38 meter itu, di depannya memiliki atap yang tidak begitu tinggi. Sehingga benar-benar akan terasa seperti bangunan zaman dahulu.

Di samping kanan masjid, ada sebuah sumur keramat yang dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit dan hajat setiap orang.

Sumur tersebut memiliki kedalaman sembilan meter dan airnya tidak pernah surut. Uniknya, pembuangan air dari sumur tersebut ada di Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon yang lokasinya sekitar 10 kilometer.

"Dari dahulu pembungannya memang di sana, karena masjid merupakan tempat yang suci," tambah Misko.

 Masjid Keramat Megu sendiri sudah didaftarkan Dusbudparpora Kabupaten Cirebon untuk dijadikan salah satu situs Cagar Budaya.

Selain memiliki sejarah dan beberapa peninggalan asli, kuncen di masjid itu juga harus merupakan keturunan langsung dari Ki Buyut Megu.

"Dalam sejarah memang tidak disebutkan Ki Buyut Megu mempunyai berapa anak. Tapi selama ini sih yang jadi kuncen harus keturunannya. Saya sendiri keturunan ke-41. Soal apa akibatnya jika bukan keturunan yang jadi kuncen, saya tidak tahu. Alhamdulillah sih selalu keturunan langsung, jadi tidak keliru dalam penjelasannya," ucapnya. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Sejarah Masjid Keramat Megu di Cirebon, Kuncennya Harus Keturunan Langsung Ki Buyut Megu, https://jabar.tribunnews.com/2019/04/03/sejarah-masjid-keramat-megu-di-cirebon-kuncennya-harus-keturunan-langsung-ki-buyut-megu?page=all.
Penulis: Siti Masithoh
Editor: Ichsan

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved