Khutbah Jumat

Materi Khutbah Jumat Singkat Mengenai Pahala Surga Bagi yang Menahan Amarah

Bagi umat muslim Hari Jumat sendiri diyakini sebagai hari yang penuh berkah, karenanya banyak orang memilih berbagi di waktu jumat.

Tribunjabar.id/Kiki Andriana
Bos Persib Bandung, Wa Haji Umuh Muchtar saat memberikan sambutan, dilanjutkan dengan melaksanakan Salat Idul Adha 2022 di Masjid As-Syifa di Dusun Ciluluk, Desa Margajaya, Tanjungsari, Sumedang. Hari ini, Minggu (10/7/2022). 

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati oleh Allah

Mengikuti dan meneladani semua yang dilakukan oleh Rasulullah merupakan cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, salah satunya adalah bersikap kasih sayang dan anti kekerasan. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat Imam al-Baihaqi, bahwa ia diutus sebagai pembawa kasih sayang,

إِنَّ اللهَ لَمْ يَبْعَثْنِى طَعَّانًا وَلَا لَعَّانًا وَلَكِنْ بَعَثَنِى دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اَللّٰهُمَّ اهْدِ قَوْمِى فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya, “Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah! Berilah hidayah untuk kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR Al-Baihaqi).

Tidak hanya riwayat di atas, mari kita ingat bersama-sama, ketika terdapat salah seorang laki-laki datang kepada Rasulullah untuk meminta pesan dan nasihat, di mana ia memiliki jiwa pemarah, kemudian pesan Rasulullah kepadanya adalah memerintahkannya untuk selalu meredamkan kemarahannya. Riwayat ini sebagaimana disebutkan oleh sahabat Abu Hurairah, yaitu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ: أَوْصِنِي، قَالَ: لَا تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لَا تَغْضَبْ

Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa terdapat seorang laki-laki yang berkata kepada nabi: Berilah wasiat kepadaku, kemudian Nabi bersabda: Janganlah engkau marah. Dia mengulanginya beberapa kali. Nabi bersabda: Janganlah engkau marah.” (HR Bukhari).

Sebagaimana jamak diketahui bersama, bahwa kekerasan berawal dari amarah yang tinggi karena ketidakmampuan diri sendiri untuk mengontrol amarah tersebut, sehingga menjadikan setiap orang melakukan hal-hal yang bisa saja membahayakan terhadap orang lain. Tentu, tindakan-tindakan semacam ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sangat anti terhadap kekerasan.

Oleh karena itu, Imam Ibnu Daqiqil Id dalam kitab Syarhul Arba’in an-Nawawiyah menjelaskan, bahwa latar belakang Rasulullah berwasiat untuk tidak marah kepada laki-laki tersebut sebagaimana hadits di atas, karena Rasulullah benar-benar tahu bahwa ia memiliki perangai yang suka marah-marah, hingga sangat mudah baginya untuk melakukan kekerasan.

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati oleh Allah

Kiranya hadits di atas perlu untuk kita cermati bersama, bahwa kekerasan tidak bisa dibenarkan perspektif Islam dalam konteks apapun. Karenanya, Rasulullah berwasiat dengan kalimat di atas agar laki-laki tersebut tidak terbiasa meluapkan kemarahannya dengan melakukan kekerasan. Oleh karena itu, Allah swt menjanjikan pahala terhadap orang-orang yang bisa menahan amarahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, yaitu:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ، الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِين

Artinya, “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali ‘Imran [3]: 133-134).

Pada ayat di atas, terdapat beberapa golongan yang Allah sediakan pahala besar berupa surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yaitu: (1) orang yang berinfak dalam keadaan apa saja, baik di waktu lapang maupun sempit; (2) orang-orang yang bisa menahan dan mengontrol amarahnya; dan (3) orang yang bisa memaafkan (kesalahan) orang lain. Dengan demikian, adanya pahala besar yang telah Allah sediakan di atas, mudah-mudahan bisa menjadi motivasi bagi kita semua, terkhusus kepada diri saya pribadi dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupa agar bisa menahan dan mengontrol amarahnya, sehingga tidak lagi terjadi kekerasan di mana-mana.

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved