Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON- Ribuan pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kota Cirebon menyulap kawasan Stadion Bima menjadi panggung sejarah, Minggu (17/8/2025).
Sebanyak 2.500 siswa tampil dalam drama kolosal yang memvisualisasikan perjalanan sejarah Cirebon hingga menuju kemerdekaan Indonesia.
Drama kolosal itu digelar usai upacara pengibaran bendera Merah Putih dalam peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI tingkat Kota Cirebon.
Baca juga: SPEKTAKULER, Taman Safari Bogor Persembahkan "The Forest Carnival" dalam Rangka HUT RI ke-80
Ribuan masyarakat tumpah ruah menyaksikan pementasan, mulai dari kisah Prabu Siliwangi, peran Sunan Gunung Jati, hingga detik-detik lahirnya kemerdekaan bangsa.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon, Kadini mengatakan, seluruh peserta merupakan perwakilan dari SMP se-Kota Cirebon yang dipilih khusus untuk mengisi pementasan tersebut.
“Persiapan berlangsung singkat, kurang dari dua pekan."
"Latihan dilakukan di sekolah masing-masing agar tidak mengganggu kegiatan belajar."
Baca juga: ANJLOK LAGI, Harga Emas Antam Hari Ini 17 Agustus 2025 di Indramayu dan Kuningan Turun Segini
"Setiap sekolah mendapat peran sesuai konsep cerita, ada yang membawa umbul-umbul, penampil jemparing, hingga memerankan tokoh tertentu dalam drama,” ujar Kadini, Minggu (17/8/2025).
Menurut Kadini, keterlibatan ribuan pelajar ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga media pembelajaran sejarah dan pembentukan karakter kebangsaan.
“Anak-anak belajar tentang sejarah Cirebon sekaligus nilai perjuangan yang bisa mereka teladani.” ucapnya.
Sementara itu, Ecep Taryana, penulis skenario drama.mengungkapkan, tantangan terbesar terletak pada koordinasi latihan karena jumlah peserta yang sangat banyak dan berlatih di tempat terpisah.
Baca juga: POTRET Bendera Merah Putih Raksasa Berkibar di RTH Jatibarang Indramayu, Warga Teriak Merdeka
“Untuk menyiasati hal itu, kami menurunkan koreografer yang disebar ke sekolah-sekolah agar penampilan tetap selaras dengan skenario."
"Dukungan sekolah dan guru pendamping membuat pementasan berjalan lancar, bahkan mendapat apresiasi dari masyarakat,” jelas Ecep.
Ia menyebut, drama kolosal ini menjadi bukti semangat kebersamaan siswa.