Jalan Pantai Song sampai ke Muara Karangsong pun ditutup sementara selama kegiatan berlangsung.
Acara sendiri baru dimulai pukul 07.30 WIB, Nadran ini turut dihadiri oleh pemerintah daerah.
Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin hadir membuka acara tradisi masyarakat nelayan tersebut.
Sebelum pelarungan, turut ditampilkan pula tari-tarian dan kidung untuk menambah kesakralan ritual, lalu dilanjut dengan pembacaan doa. Bau kemenyan pun turut tercium dalam acara tersebut.
Acara dilanjut dengan diaraknya Pejabat Pemda Indramayu dan pengurus KPL Mina Sumitra naik kereta kencana menuju muara Karangsong.
Setelah itu baru masuk acara inti pelarungan kepala kerbau ke tengah laut diiringi konvoi kapal-kapal nelayan.
“Tradisi ini tentu harus terus kita lestarikan,” ujar Wakil Bupati Indramayu, Syaefudin.
Pemerhati Budaya Indramayu, Nang Sadewo menjelaskan, Nadran menjadi ritual sakral bagi masyarakat nelayan untuk mengungkapkan rasa syukur mereka.
Acara puncaknya adalah pelarungan kepala kerbau ke tengah laut sejauh sekitar 2 kilometer. Upacara seperti ruwatan hingga doa bersama juga dilakukan dengan khidmat.
Menurutnya kegiatan tangkap ikan di Karangsong sudah ada sejak zaman dahulu.
Dalam catatannya, koperasi sudah berdiri sejak tahun 1917 silam. Adapun tradisi Nadran di Karangsong mulai dipusatkan kisaran tahun 1970-an.
“Ini sebenarnya menyimbolkan rasa syukur nelayan,” ujar dia.
Nang Sadewo menjelaskan, Nadran juga memiliki filosofi dan makna yang sangat mendalam.
Kepala kerbau yang dilarung diketahui melambangkan bahwa nelayan harus membuang keburukan sifat kerbau yaitu kebodohan.
Selain itu, kerbau juga menjadi simbol kekuatan, sehingga nelayan harus mengambil sifat baik kerbau yang pekerja keras dan dapat diandalkan.