"Kegiatan tersebut berdampak menghambat tersendatnya suplai air ke areal sawah," ujar dia.
Sutatang berharap, BBWS bisa penundaan pembangunan ini dengan harapan untuk menyelamatkan Indramayu sebagai daerah lumbung pangan nasional.
Sebagai solusi, Sutatang menyarankan untuk bisa dilakukannya adendum atau perpanjangan waktu kontrak.
Petani dalam hal ini menaruh harapan besar dari keberadaan bendungan-bendungan yang telah diresmikan Presiden Jokowi tersebut.
Apalagi kehadiran bendungan ini secara tidak langsung bentuk kepercayaan pemerintah pusat kepada petani di Indramayu.
Selama ini diketahui Indramayu menjadi andalan pemerintah provinsi dan pusat untuk program ketahanan pangan nasional.
Dari data yang dicatat Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, produksi padi dari Indramayu di tahun 2021 mencapai 1.319.624 ton. Kemudian di tahun 2022 meningkat menjadi 1.482.455 ton.
Terakhir di tahun 2023 mengalami penurunan menjadi 1.424.303 ton, kendati demikian produksi padi dari Indramayu tetap yang tertinggi.
Di tahun 2024, Indramayu ditargetkan bisa memproduksi padi hingga 1,8 juta ton. Hingga MT 1 kemarin, petani di Indramayu sudah memanen padi sekitar 900 ribu ton atau sudah separuh dari total target.
Ia meyakini, dengan fasilitas yang sudah ditunjang oleh pemerintah, target tersebut bukan tidak mungkin bisa dicapai petani di Indramayu.
Sutatang juga tidak memungkini adanya bendungan-bendungan tersebut menjadi penolong walau saat ini belum bisa difungsikan maksimal.
Pihaknya mencatat, walau masih ada musibah kekeringan, namun luasan sawah petani yang terdampak hanya sebagian kecil saja.
Sekitar tahun 2000 lalu, lanjut Sutatang Indramayu pernah dilanda kekeringan ekstrem atau saat belum adanya bendungan-bendungan itu.
Kekeringan di Indramayu kala itu mencapai sekitar 75 persen dan terjadi merata berbagai wilayah. Menurutnya, kejadian kala itu menjadi yang terparah pernah terjadi di Indramayu.
“Untuk musim ini memang belum begitu terasa dampaknya ke petani Indramayu, mungkin untuk MT berikutnya di tahun depan sudah terasa signifikan,” ujar dia.
Baca juga: Telan Dana Rp2,65 Triliun, Bendungan Sadawarna Jadi Harapan Baru Petani Indramayu