Angin Puting Beliung di Jatinangor

BPBD Sumedang Mulai Salurkan Terpal ke Rumah-rumah Tak Beratap Pasca Puting Beliung

Editor: dedy herdiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan kawasan industri Dwipa Puri, di Kecamatan Cimanggung, Sumedang, hancur akibat disapu angin puting beliung, Rabu (21/2/2024) sore.

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Sumedang, Kiki Andriana

TRIBUNCIREBON.COM, SUMEDANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang mulai menyalurkan terpal untuk warga terdampak angin puting beliung di Jatinangor-Cimanggung. 

Terpal disalurkan khusus untuk rumah-rumah yang atapnya hancur dilenyapkan angin pada Rabu (21/12/2024) itu. Banyak rumah tanpa atap dan menjadikan hujan masuk ke dalamnya. 

Baca juga: Pemkab Sumedang Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Alam Angin Puting Beliung

Kepala Pelaksana BPBD Sumedang, Atang Sutarno mengatakan terpal disalurkan sebagai bantuan darurat, sebab cuaca di Sumedang masih dalam kondisi ekstrem. 

"Cuaca ekstrem, siaga, tingkatkan kewaspadaan, meski ada TNI, Polri, BPBD, tetap harus bersama masyarakat," kata Atang.

Atang mengatakan, BPBD sudah menyelurkan terpal. Meski jumlahnya masih terbatas. BPBD terus mengupayakan dengan meminta ke BPBD Jawa Barat dan ke BNPB, 
 
"Itu barusan sudah dan masyarakat yang perlu, terutama daerah ini, kita utamakan,"

"Kita terbatas juga, kita minta ke provinsi, (kalau terpal) ada kita salurkan, ada kita salurkan," katanya. 

Bersebelahan dengan PT Dwipapuri, ada rumah-rumah penduduk yang juga terkena imbas angin. Atap rumah mereka hancur disapu angin puting belung. 

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumedang menyebutkan di dekat Dwipapuri, ada puluhan rumah rusak. 

"Di dekat sini ada 10 rumah yang rusak," kata Kepala Pelaksana BPBD Sumedang, Atang Sutarno, Kamis sore. 

Seluruhnya, ada sebanyak 467 rumah rusak di empat desa, yakni di Desa Cintamulya, Mangunarga, Cisempur, dan Sukadana.

Baca juga: Geger Penemuan Mayat Bayi di Cimanggung Sumedang, Ditemukan Pencari Kayu Bakar

 

Berita Terkini