Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Fenomena astronomi selalu ada yang terjadi dan menarik untuk diamati, khususnya fenomena-fenomena tertentu.
Peneliti pusat riset antariksa, organisasi riset penerbangan dan antariksa BRIN, Farahhati Mumtahana menyebut secara rinci fenomena astronomi yang terjadi selama 2024.
Menurutnya, pada 3 Januari lalu misalnya telah terjadi fenomena bumi mencapai perhelion, yaitu titik terdekat bumi dengan matahari.
Selanjutnya, bulan baru terjadi pada 11 Januari dan 12 Januari, fenomena merkurius pada elongasi barat maksimum di mana elongasi planet adalah sudut antara matahari dan planet dengan bumi sebagai titik acuan, sehingga itulah waktu terbaik melihat planet merkurius.
"Ada beberapa tanggal terjadinya peristiwa elongasi barat maksimum merkurius, seperti 9 Mei, 5 September, dan 25 Desember. Sedangkan elongasi timur maksimum merkurius, pada 24 Maret, 22 Juli, dan 16 November," katanya dari keterangannya, Minggu (14/11/2024).
Dia pun menambahkan, Februari 2024 hanya ada fenomena bulan baru dan bulan purnama pada 12 Februari.
Kemudian, Maret ada bulan baru pada 10 Maret serta bulan purnama pada 25 Maret, serta di 20 Maret ada fenomena ekuinoks di mana matahari akan bersinar tepat di garis khatulistiwa dan jumlah siang juga malam hampir sama di seluruh dunia, kemudian planet merkurius mencapai elongasi timur terbesar pada 24 Maret.
“Untuk mengamati fenomena-fenomena, perlu diperhatikan juga presentasi iluminasi bulan terkait fase bulan. Bulan baru lebih bagus untuk melakukan pengamatan, dibanding saat bulan purnama karena cahayanya terlalu terang, mengalahkan objek langit lainnya,” katanya.
Farah mengatakan, kalender fase bulan dapat diperoleh dari berbagai sumber dan aplikasi moon phase, software stellarium.
Sepanjang 2024, akan terjadi tiga kali fenomena supermoon, yakni 18 September, 17 Oktober, dan 15 November.
Kemudian, akan ada fenomena bluemoon, yaitu purnama keempat (fenomena ini ekstra karena biasanya dalam satu musim hanya ada 3 bulan purnama) yang terjadi 19 Agustus.
“Ada fenomena gerhana di 2024, tetapi sayangnya tidak melintas di wilayah Indonesia. Namun, dapat dijadikan pertimbangan jika ingin merencanakan wisata atau ekspedisi mengejar gerhana,” ujar Farah.
Bahkan, dia pun menjelaskan ada peristiwa menarik lainnya yang terjadi tahunan ialah hujan meteor.
Hujan meteor terjadi ketika objek langit meteoroid terbakar saat memasuki atmosfer bumi. Objek tersebut dapat berasal dari sisa komet atau asteroid yang juga mengorbit matahari.