Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Situs Makam Selawe di Kabupaten Indramayu menjadi destinasi wisata sejarah yang kerap dikunjungi.
Cagar budaya yang sudah terdaftar dalam registrasi nasional tersebut berlokasi di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu.
Juru Kunci Makam Selawe, Tuti Herayati mengatakan, nama dari makam selawe sendiri diambil dari jumlah makam yang berjumlah selawe atau dua puluh lima makam.
Makam-makam itu adalah makam dari Pangeran Guru dari Palembang beserta para santrinya berjumlah 24 makam.
Serta satu makam lagi merupakan petilasan senjata dari Nyi Endang Darma Ayu.
Sejarah dari keberadaan Makam Selawe ini sangat berkaitan erat dengan sejarah awal terbentuknya Kabupaten Indramayu.
"Sebelum terbentuknya nama Indramayu seperti yang kita ketahui bersama, di wilayah ini dulu bernama Padukuhan Cimanuk," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Minggu (7/5/2023).
Tuti Herayati menceritakan, Padukuhan Cimanuk merupakan daerah yang sangat subur dan bagus untuk bercocok tanam, sehingga banyak masyarakat yang memutuskan untuk bermukim di sana.
Salah satunya adalah Nyi Endang Darma Ayu, seorang wanita cantik jelita yang sakti mandraguna.
Ia berasal dari Kerajaan Sumedang Larang.
Nyi Endang Darma Ayu yang sekaligus murid dari Sunan Gunung Jati tersebut diketahui datang ke Padukuhan Cimanuk untuk menyebarkan agama Islam.
Saking saktinya, Nyi Endang Darma Ayu ini banyak dikenal secara luas, kabar kesaktiannya itu bahkan sampai ke telinga Pangeran Guru, Wirya Nata Agama di Palembang.
Pangeran Guru pun memutuskan untuk datang ke Padukuhan Cimanuk sembari menyiarkan agama Islam.
Saat bertemu dengan Nyi Endang Darma Ayu, Pangeran Guru rupanya jatuh hati, ia pun berniat untuk mempersunting wanita berparas cantik tersebut.
"Cuma saat itu, Nyi Endang Darma Ayu menolak, dari pada dipersunting oleh Pangeran Guru, ia memilih untuk perang," ujar dia.
Perang antara Nyi Endang Darma Ayu dan Pangeran Guru beserta 23 santrinya akhirnya meletus.
Meski demikian, perang itu hanya berlangsung singkat. Dengan sekali kibasan selendang kuning, Pangeran Guru dan para santrinya gugur seketika.
Mereka pun dimakamkan di lokasi setempat, dibantu oleh Ki Tinggil paman dari Raden Bagus Aria Wiralodra dan abdi dalem Nyi Endang Darma Ayu.
Selain menewaskan Pangeran Guru, dampak dari peperangan itu juga memporak porandakan Padukuhan Cimanuk.
Setelah itu, Ki Tinggil pun berangkat ke Bagelen untuk menemui Raden Bagus Aria Wiralodra yang sedang berada di sana untuk melaporkan kejadian tersebut.
Mengetahui peperangan itu, pendiri dari Kabupaten Indramayu tersebut kembali ke Padukuhan Cimanuk, ia meminta Nyi Endang Darma Ayu untuk bertanggungjawab atas kerusakan yang ditimbulkan.
"Singkat cerita, Nyi Endang Darma Ayu dan Raden Bagus Aria Wiralodra terlibat perang mulut, namun dari situ ternyata Raden Bagus Aria Wiralodra juga seneng (jatuh hati) kepada Nyi Endang Darma Ayu," ujar dia.
Lanjut Tuti Herayati, hanya saja, Nyi Endang Darma Ayu tetap pada pendiriannya yang enggan dipersunting. Hingga akhirnya peperangan kembali meletus.
Perang antara Nyi Endang Darma Ayu dan Raden Bagus Aria Wiralodra tidak sesingkat perang sebelumnya.
Karena sama-sama memiliki kesaktian tingkat tinggi, pertarungan itu berlangsung lama hingga bertahun-tahun lamanya.
Kala itu, tidak ada yang menang antara keduanya. Namun, karena peperangan yang berlangsung panjang, Nyi Endang Darma Ayu kewalahan dengan kesaktian Raden Bagus Aria Wiralodra.
Ia pun berinisiatif menceburkan diri ke pusaran Sungai Cimanuk untuk menghilangkan jejak agar tidak terus dicari oleh Raden Bagus Aria Wiralodra.
"Setelah menceburkan diri, beliau menimbulkan suara tanpa rupa. Katanya, Raden Aria Wiralodra tolong abadikanlah nama saya," ujar dia.
Lanjut Tuti Herayati, berawal dari situ nama Padukuhan Cimanuk berubah menjadi Darma Ayu dan berubah lagi menjadi Kabupaten Indramayu.
Baca juga: Penampakan Bukti Sejarah Pabrik Kerupuk Ikan Pertama di Indramayu Masih Kokoh, Beroperasi Sejak 1878