Padahal, menurut Quraish semestinya persiapan itu dilakukan jauh-jauh sebelumnya.
"Jadi ada ungkapan, bulan Rajab itu bulan menanam, bulan Syaban itu bulan menyiram, bulan Ramadhan itu bulan panen," tutur Quraish Shihab.
Ia mengatakan bahwa lebih suka membicarakan Lailatul Qadar saat sebelum tiba Ramadhan.
Perlu Persiapan Diri, Tak Sekadar Menunggu
Senada dengan hal itu, Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha menambahkan terkait pencarian Lailatul Qadar.
Menurutnya, untuk mencari Lailatul Qadar, dibutuhkan persiapan.
“Di mana-mana yang namanya mencari itu ya ada persiapannya. Terkadang kita tidak persiapan, tapi merasa mencari.
Kalau tidak ada persiapan, namanya penunggu. Bukan pencari,” kata Gus Baha.
Ia pun mengungkapkan sebuah kisah tentang Imam Syafi'i yang ditanyai kenapa tayamum di padang sahara harus mencari air dulu padahal.
Imam Syafi'i saat itu menjawab, seseorang yang tidak pernah mencari tidak bisa dikatakan tidak menemukan.
"Sama, di mana-mana mencari itu ada ikhtiar," tutur Gus Baha.
Gus Baha juga menyebutkan bahwa usaha mencari dengan cara ikhtiar itu juga harus dilakukan untuk mendapatkan kemuliaan malam Laiatul Qadar.
"Menambahkan dari yang dijelaskan Pak Quraish, biasanya kalau tradisi di pesantren sejak malam 17 (Ramadhan) sudah banyak yang mengadakan Nuzulul Quran. Lalu malam 21, 23, 25, 27. Dan Kiai-kiai itu pintar, meskipun mereka tahu bahwa Lailatul Qadar itu hanya sehari dari sekian hari itu, tapi kebaikan tidak boleh terbatas. . . . Ini tetap baik. Karena ibadah itu tidak ada ruginya," tutur Gus Baha.
Untuk selengkapya simak video berikut ini.