Keraton di Cirebon

Keunikan Keraton Kanoman: Mulai Sejarah hingga Ragam Bangunan yang Ada di Dalamnya

Editor: dedy herdiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keraton Kanoman

TRIBUNCIREBON.COM - Keraton Kanoman merupakan salah satu keraton di Cirebon yang sangat populer di masyarakat.

Sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Cirebon yang bercirikan Islam, Keraton Kanoman memiliki banyak keunikan.

Selain sejarah pendiriannya, bangunan-bangunan yang ada di kompleks Keraton Kanoman yang berada di Kelurahan Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, pun banyak menjadi daya tarik pengunjung.

Baca juga: KISAH Keris Sang Hyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati Terbang ke Banten, Hilang di Keraton Kasepuhan

Sejarah Keraton Kanoman

Keraton Kanoman dilansir Tribuncirebon.com dari Kemdikbud, didirikan oleh Pengeran Mohamad Badridin atau Pengeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I, pada sekitar tahun 1510 Saka atau 1588 M.

Titimangsa ini mengacu pada prasasti berupa gambar surya sangkala dan chandra sangkala yang terdapat pada pintu Pendopo Jinem menuju ruang Prabayaksa berupa "matahari" yang berarti 1, "wayang Darma Kusuma" yang berarti 5, "bumi" yang berarti 1 dan "binatang kemangmang"yang berarti 0.

Jadi, chandra sangkala atau pertanggalan itu menunjukkan angka tahun 1510 Saka atau 1588 M.

Sementara sumber lain menyebutkan bahwa angka pembangunan Keraton Kanoman adalah bersamaan dengan pelantikan Pangeran Mohamad Badridin menjadi Sultan Kanoman dan bergelar Sultan Anom I, yang terjadi pada tahun 1678-1679 M.

Baca juga: Menyingkap Kondisi Naskah Kuno di Keraton Cirebon, Butuh Perhatian Serius

Bangunan di Keraton Kanoman

Kompleks Keraton Kanoman dilasir dari Kemdikbud, dibangun dengan arah membujur dari Utara ke Selatan. Seperti kebanyakan keraton di Jawa dan keraton-keraton di Cirebon, sebelah utara Keraton Kanoman terdapat alun-alun.

Salah satu bangunan penting yang terdapat dalam komplek Keraton Kanoman adalah Witana. Witana berasal dari kata "awit ana" yang berarti bangunan tempat tinggal pertama yang didirikan ketika membentuk Dukuh Caruban.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Cirebon adalah salah satu kota tua di Pulau Jawa.

Menurut Babad Cerbon yang diIndonesiakan oleh P. Sulaeman Sulendraningrat (1984), Cirebon bermula dari pedukuhan kecil.

Pedukuhan ini telah terbentuk sejak abad ke-15, yaitu sekitar 1 Sura 1367 Hijriah atau 1445 M, dirintis oleh Ki Gede Alang-alang dan kawan-kawan.

Dukuh Cirebon ini dilengkapi pula dengan Keraton Pakungwati dan Tajug Pejlagrahan yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana (penerus/pengganti Ki Gede Alang-alang) pada tahun 1452 M.

Pada masa itu dukuh ini telah berkembang dengan penduduk dan mata pencaharian yang beragam.

Oleh karena itu, dukuh ini juga pernah disebut Caruban yang berarti campuran.

Pada umumnya, nama maupun fungsi bangunan yang ada di Keraton Kanoman sama dengan yang ada di Keraton Kasepuhan, namun jumlahnya tidak sebanyak yang di Keraton Kasepuhan.

Pada halaman depan Keraton Kanoman (Bangsal Jinem) berdiri pohon Beringin Kurung yang melambangkan pengayoman, persatuan dan kesatuan.

Di sekeliling Keraton ini dibangun sebuah benteng selain untuk berlindung juga untuk memisahkan tempat tinggal rakyat dengan sultan.

Selain Witana, dalam kompleks Keraton Kanoman terdapat beberapa bagunan dan taman, yakni:

Pancaratna dan Pancaniti

Katika kita berjalan memasuki keraton dari depan ke belakang, maka yang pertama dilewati adalah Pancaratna.

Pancaratna merupakan bangunan kayu tanpa dinding yang terletak di sebelah barat pintu masuk. Pada masa lalu bangunan ini berfungsi sebagai tempat jaga bintara kerajaan.

Sementara Pancaniti yang terletak di sebelah timur pintu masuk, juga merupakan bangunan tanpa dinding, yang pada masa lalu berfungsi sebagai tempat jaga prajurit kerajaan.

Berdekatan dengan bangunan Pancaniti terdapat Lumpang dan Alu Watu. Menurut cerita, artefak simbol kesuburan ini pernah digunakan oleh Pangeran Walangsungsang dan Ratu Rarasantang untuk menumbuk rebon, yang selanjutnya dijadikan terasi.

Siti Inggil

Sebelah selatan Pancaniti terdapat Siti Inggil, dimana berdiri Manguntur dan Bangsal Sekaten, keduanya dinaungi pohon beringin besar.

Manguntur adalah bangunan tempat Sultan atau wakilnya memeriksa Gamelan Sekaten, sedangkan Bangsal Sekaten adalah tempat gamelan tersebut dibunyikan.

Siti Inggil dibatasi pagar tembok dengan tiga pintu di sebelah utara dan barat yang berbentuk candi bentar, dan selatan.

Ada dua pintu untuk memasuki halaman depan keraton, yaitu Lawang Seblawong dan Lawang Kejaksan. Lawang Seblawong yang memiliki dua daun pintu kayu ini terletak di sebelah barat daya Siti Inggil. Pintu ini sangat unik karena orang yang akan memasukinya tidak dengan membuka pintu, tetapi lewat ke sebelahnya.

Pada masa kini pintu ini dibuka hanya sekali dalam setahun, yaitu ketika upacara Panjang Jimat pada tanggal 12 Rabiul Awal saja. Pintu Kejaksan terletak di sebelah selatan Siti Inggil, sama seperti Lawang Seblawong, pintu ini juga dibuka hanya ketika upacara Panjang Jimat.

Paseban

Sebelah tenggara Pintu Kejaksan terletak bangunan Paseban, yang lantainya ditinggikan sekitar 50 cm. Pada masa lalu Paseban berfungsi sebagai tempat menunggu para tamu sultan, namun sekarang berfungsi sebagai tempat Upacara Buang Takir, yaitu semacam kenduri yang dihadiri oleh Wakil Sultan, keluarga keraton dan alim ulama, sebagai tanda selesainya upacara Muludan.

Langgar Keraton

Di sebelah barat Paseban berdiri Langgar Keraton, yang merupakan tempat sholat keluarga dan pegawai keraton saja.

Berhimpitan dengan tempat ibadah ini berdiri Gedung Gajah Mungkur atau disebut juga Lawang Jam. Bangunan ini merupakan tempat istirahat petugas keraton yang membunyikan lonceng penanda waktu.

Semirang

Bangunan Semirang, yang terletak di sebelah barat Lawang Jam, adalah nama bangunan yang berasal dari kata semi (tumbuh) dan rang (buah pikiran), sehingga bangunan ini pada masa lalu merupakan tempat para seniman keraton untuk mencari inspirasi, dan sekarang bangunan menjadi "sekretariat" pemandu pengunjung.

Keraton Kanoman ini sudah terdaftar sebagai bangunan Cagar Budaya yang berupa bangunan dengan Nomor Regnas CB: CB.895 serta dengan SK Penetapan Nomor SK : 238/M/1999 tertanggal 4 Oktober 1999 yang setingkat dengan SK Menteri. (*)

 

 

 

 

 

 

Berita Terkini