Ia bahkan masih ingat kecelakaan maut di Jembatan Sewoharjo yang menimpa bus pembawa rombongan transmigrasi dari Boyolali yang hendak berangkat ke Lampung, 1974 silam.
"Saya masih ingat, itu tanggal 11 Maret. Saat itu, sebuah bus tergelincir saat menyeberangi jembatan yang saat tu masih dalam kondisi darurat. Bus berpenumpang 70 orang itu pun terjun ke Kali Sewo. Korban yang meninggal 67 orang. Semua yang tewas dimakamkan di dekat permakaman umum yang berada tak jauh dari lokasi kejadian," ujarnya.
Sejak peristiwa itulah, kata Sutiah, banyak pengendara melemparkan uang receh setiap kali melintas di Jembatan Sewoharjo.
"Mitosnya sih, pengendara melempar uang receh saat melintas di atas Jembatan Sewoharjo, biar selamat selama dalam perjalanan, tidak diganggu oleh arwah para korban kecelakaan dan makhluk halus penghuni jembatan Sewoharjo," ujarnya.
Sutiah mengaku, tidak setiap hari ia memunguti uang recekan bersama warga lainnya di sekitar jembatan. Pada hari-hari biasa, bia bisa mendapat paling tidak Rp 30 ribuan per hari.
"Saat mudik seperti ini, bisa Rp 150 ribu hngga Rp 200 ribuan sehari. Lumayan buat nambah-nambah kebutuhan dapur," ujarnya.
Berbahaya
Kapolsek Pusakanagara, AKP Jusdi Jachlan, mengatakan sekalipun banyak warga menerima manfaat dari banyaknya pengendara yang melempar uang recehan di jembatan, aktivitas warga dalam mengumpulkan uang recehan, terlebih saat musim mudik Lebaran seperti saat ini, sangat berisiko.
Namun, karena sudah menjadi budaya, keberadaan para penyapu koin di sekitar jembatan sulit sekali dicegah.
"Banyak yang tetap nekat mengumpulkan koin sekalipun itu membahayakan keselamatan mereka sendiri dan para pengendara," ujar Kapolsek, Selasa (26/7).
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Kapolsek meminta para pemudik agar tak lagi melempar uang receh saat melintasi Jembatan Sewo.
Ia juga meminta warga untuk menghentikan sementara aktivitasnya mengumpulkan uang koin di sekitar jembatan.
"Kami paham, aktivitas warga penyapu koin di atas jembatan Sewoharjo tersebut sudah merupakan tradisi budaya masyarakat setempat. Tapi demi keselamatan bersama kami minta untuk libur dulu. Ini juga sekaligus untuk mengurangi kemacetan" ujar Kapolsek. (*)