Satu Keluarga di Cimahi Terpaksa Hidup di Tengah Kebun Warga, Kunpulkan Kayu Bekas Demi Bangun Gubuk

Editor: Mumu Mujahidin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asep Amin (42) dan istrinya, Dewi (41), terpaksa tinggal di gubuk reyot di tengah kebun milik salah seorang warga karena ketidakmampuan ekonomi.
Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Kemal S Permana
TRIBUNCIREBON.COM, CIMAHI - Di tengah hiruk-pikuk dan keramaian wilayah perkotaan Cimahi, ternyata masih ada warga miskin yang terpaksa harus bertahan hidup di tengah area perkebunan.
Lebih miris, area perkebunan yang ditempati adalah milik orang lain yang merasa iba dengan meminjamkan sebagian tanahnya dipergunakan untuk ditinggali oleh keluarga miskin tersebut.
Adalah Asep Amin (42) warga yang terpaksa tinggal di area perkebunan milik warga sekitar.
Di perkebunan itu, Asep bersama empat anggota keluarganya yang terdiri dari istri dan tiga anak, terpaksa tinggal dalam sebuah bangunan yang sangat tidak layak huni.
Bangunan yang dibuat oleh Asep Amin sendiri ini hanya terdiri dari tambal-tambalan kayu dan plastik seadanya. Kurang lebih tiga minggu Asep membangun gubuk ini sekitar satu tahun lalu.
Asep Amin (42) dan istrinya, Dewi (41), terpaksa tinggal di gubuk reyot di tengah kebun milik salah seorang warga karena ketidakmampuan ekonomi. (Tribuncirebon.com/Kemal S Permana)
"Dulu saya pernah ngontrak, tapi cuma kuat sebulan, karena itu saya terpaksa mencari tempat tinggal yang sebisa mungkin bisa ditinggali tanpa biaya bulanan yang memberatkan," ujar Asep ketika ditemui Tribun Jabar di gubuknya yang berada di wilayah Cicekek, Jalan Padat Karya, Kelurahan Cibeber, Kota Cimahi, Senin (28/6/2021).
Asep mengaku sempat bingung karena tidak mendapatkan tempat yang bisa ditingali.
Akhirnya atas bantuan seoran kenalannya, ia ditunjukkan sebuah tempat kosong yang bisa ditinggali namun letaknya di tengah perkebunan wilayah Cicekek yang berada tidak jauh dari perbatasan Kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat.
Karena tidak ada jalan lain, Asep pun tidak menolak ketika disuruh membereskan tempat yang akan ia tinggali dengan cara membabat rumput-rumput liar dengan pohon-pohon yang ada di sekitar wilayah itu.
Bahkan Asep pun membuat jalan setapak sendiri untuk keluar masuk area perkebunan dari arah jalan raya.

Baca juga: Gubuk Kumuh 2x3 Meter Berdiri Tepat di Sebelah Istana Bupati Bandung, Gubuk Dipenuhi Tumpukan Sampah

"Dulu tempatnya angker, tapi saya terpaksa harus tinggal. Saya membuat rumah sendiri dengan cara mencari kayu-kayu bekas dan plastik bekas dibantu rekan saya. Sekitar tiga minggu saya membangun gubuk ini," tutur Asep.
Luas gubuk yang dibangun asep kurang lebih 5 x 6 meter plus kandang domba yang ada di depan rumah.
Meski terkesan agak luas, namun kondisi gubuk sendiri sangat memprihatinkan karena hanya dibangun dari tempelan kayu-kayu bekas, dengan dinding plastik-plastik bekas pula yang akan merepotkan ketika datang angin besar atau hujan. 
"Kami beursaha menikmati kondisi ala kadarnya ini. Mau bagaimana lagi, saya tidak punya apa-apa, kerja pun serabutan. Apa yang bisa saya kerjakan, ya kerjakan, jika tida ada, saya berusaha nyari belut pada malam hari," kata Asep.
Di rumah itu, Asep tinggal bersama istrinya Dewi (41) dan tiga orang anaknya yaitu Irwan, Wandi dan Rizki.
Irwan dan Wandi saat ini sudah bisa mencari kerja sendiri sebagai kuli bangunan, sementara Rizki masih duduk di bangku SMP dan akan duduk di kelas 9 tahun ini. (*) 

Baca juga: Cerita Pilu Regina dan 2 Anaknya yang Lumpuh, Hidup Miskin Tinggal di Gubuk Reot Tak Layak Huni

Berita Terkini