Ternyata Populasi Ternak Babi Terbesar di Jabar Ada di Kuningan, Dinas Peternakan Jamin Bebas Virus

Penulis: Ahmad Ripai
Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI - Ilmuwan Klaim Virus G4, Flu Babi Jenis Baru yang Ditemukan di China, Bisa Jadi Pandemi

Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai

TRIBUNCIREBON.COM, KUNINGAN – Populasi ternak hewan tak berleher alias babi di Kabupaten Kuningan terbanyak se-Jawa Barat. Walau begitu, sampai saat ini Kuningan dijamin bebas dari virus flu babi.

“Jumlah populasi terakhir kami data, ada sebanyak lima ribu ekor babi,” kata Kasi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, drh Rofiq mewakili Kabid Peteranak di Dinas Perikanan dan Peteranak Kuningan, Lia Priliawati, saat ditemui di kegiatan pemeriksaan kesehatan hewan kurban di pasar hewan, Kelurahan Awirarangan, Kamis (9/7/2020).

Rofiq mengatakan, lokasi peternakan babi terbesar di daerah Kuningan berada di sekitar Kecamatan Cigugur, dan kondisinya itu cukup mendapat perhatian dan pemantauan pemerintah.

“Terutama dalam setiap waktu tertentunya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala,” katanya.

Dinas lanjut Rofiq, secara rutin melakukan pemeriksaan hewan dan pembinaan terhadap peternak babi di lingkungan setempat.

“Hingga kini aman dan tidak dari penyebaran virus G4 EA H1N1 atau virus flu babi,” ujarnya.

Rofiq menyebutkan bahwa belakangan ini, muncul dan terindikasi penyakit hewan yang disebut dengan African Swine Fever (ASF).  African Swine Fever itu merupakan penyakit pada babi menular dan menyebabkan kematian hingga 100 %.

“Namun untuk peternak babi di Kuningan terbilang aman,” katanya.

Belum lama ini, sejumlah warga Kecamatan Ciniru – Hantara yang tergabung dalam PPHCH (Paguyuban Pembasmi Hama Ciniru – Hantara, red) berhasil menangkap babi hutan yang di anggap merusak lahan pertanian warga sekitar.

Duh,Check Point Seperti Saat PSBB Bakal Diberlakukan Lagi di Jalan-jalan Protokol di Kota Bandung

Persib Bandung Terancam Tak Bisa Duetkan Lagi Geoffrey-Wander di Lanjutan Liga 1, Ini Sebabnya

BMKG Sebut Jakarta Harus Waspadai Gempa di Selatan Banten dan Jawa Barat, Ini Alasannya

“Kurang dari sebulan, kami berhasil menangkap hama babi sebanyak 10 ekor dengan bobot diatas 1 kuintal untuk per ekornya,” ungkap Coco yang kebetulan Aktivisi PPHCH sekaligus pamong Desa Cijemit Kecamatan Ciniru.

Keberhasilan tangkap hama babi, kata Coco, ini berkat keberanian warga dan biasa melakukan perburuan terhadap hewan perusak tanaman tersebut. “Penangkapan babi itu menggunakan porog atau alat penjebak babi yang di simpan di tempat yang di anggap babi sering melintasi jalur hutan tersebut,” katanya.

Dari setiap alat perangkap babi atau atau porog, kata dia, ini terbuat dengan berbahan kawat dan setiap satu unitnya itu menghabiskan dana sebesar Rp 80- 100 ribu. “Jadi saat babi masuk terperangkap, nanti si porognya itu akan mencengkram dan membuat babi tak berdaya,” katanya.

Selain porog, kata Coco, penangkapan babi bisa menggunakan jaring atau anyaman tali plastic yang dibentang dengan jarak panjang yang disesuaikan.

“Untuk jarring mungkin pemasangan dan penangkapan terhadap babi itu biasa dan ada lagi yang umum itu menggunakan anjing pemburu hama babi,” katanya. (*)

Berita Terkini