PPDB Kota Bandung

Orangtua Calon Siswa Stres dengan PPDB Kota Bandung, Jarak Zonasi Bisa Berubah Anak Pun Terlempar

Editor: Machmud Mubarok
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PPDB ONLINE 2020

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman.

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Wian (45) warga Cijambe, Ujungberung, Kota Bandung mengaku stres dengan sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) jalur zonasi dan perpindahan orang tua tahun ini.

Wian sudah mendaftarkan anaknya sejak 22 Juni 2020, saban hari Ia memantau perkembangan PPDB, karena khawatir tidak masuk ke sekolah pilihan pertama.

"Anak saya dari SD Cijambe, mau daftar ke SMP 50, kan saya sewilayah sama SMPnya, masuk zonasi jaraknya 450 meter," ujar Wian, saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Senin (29/6/2020).

Menurut Wian, sejak daftar hingga Jumat 26 Juni 2020, nama anaknya masih ada di website PPDB. Namun, Sabtu 27 Juni, nama anaknya sudah tidak ada di daftar pilihan sekolah pertama dan kedua.

"Saya kan mantau terus, awalnya anak saya masuk, pas hari Sabtu jadi hilang namanya, orang lain yang dekat wilayah saya masuk, tapi anak saya tidak masuk," katanya.

Setelah dicek, Wian kaget karena tiba-tiba titik kordinat yang masuk dalam data pendaftaran berubah dari 500 meter menjadi 751 meter.

"Pilihan pertama SMP 50, jaraknya 450 meter, saya masukin titik kordinatnya 500 meter, dilebihin tapi bergeser ke 751 meter, pilihan kedua SMP 8 jaraknya satu kilo lebihan, tapi malah masuknya ke SMP PGRI Swasta yang jaraknya makin jauh," ucapnya.

Wian langsung mendatangi sekolah asal dan menanyakan masalah yang menimpanya. Sebab, Wian merasa tidak ada kesalahan menginput data saat pendaftaran.

"Kemudian saya koordinasi sama sekolah asal, saya tanya kenapa, ternyata titik kordinatnya berubah, asalnya 500 jadi 751 meter, padahal pas masukin datanya saya lihat langsung dan sudah benar," katanya.

Ia pun disarankan petugas di sekolah asal untuk melakukan pengaduan online. Usaha itu pun ditempuh Wian, namun hingga hari ini tidak ada jawaban. Kondisi ini pun sempat membuatnya stres.

"Bukan pusing lagi, stres ini (mengurus masalah) dari pagi. Hari ini saya sudah konfirmasi ke SMP 50, tapi disuruh ke Dinas (Diadik) saja, katanya mereka tidak berwenang soal masalah ini. Saya nunggu dari jam 13.00 WIB, ini baru beres, mudah-mudahan keluhan saya bisa ditangani," ucapnya.

Saat mengadukan masalah kepada pantia PPDB di kantor Disdik. Wian tidak mendapat jawaban pasti. Malahan, panitia yang menerima penganduannya balik bertanya, kenapa titik kordinatnya bisa berubah.

"Tidak tahu (petugasnya) malah balik nanya, kenapa bisa bergeser. Justru itu, saya juga menanyakan ini ke TU (sekolah asal) dan ke sini (Disdik) kok orang lain jaraknya 750 meter bisa masuk, saya 450 enggak," katanya.

Wian pun hanya diminta panitia PPDB untuk menunggu hingga beberapa hari ke depan. Sebab, kata dia, saat ini sistem masih bergulir dan belum ada kepastian.

"Tadi sudah disampai keluhannya, saya menyampaikan sesuai fakta, bukti-buktinya juga sudah diserahin semuanya, saya disuruh nunggu informasi beberapa ke depan, karena masih bergulir, belum ada kepastian. Mudah-mudahan, dengan data-data akurat yang saya berikan anak saya bisa masuk," ucapnya.

"Saya disuruh menghubungi petugasnya (panitia PPDB) nanti, soalnya lagi banyak keluhan, jadi masih menampung. Harusnya pengumumannya hari ini, tapi bisa berubah juga kalau banyak pengaduan seperti ini," tambahya.

Ketika dikonfirmasi, Sekertaris Disdik Kota Bandung, Cucu Saputra mengatakan, tidak ada penundaan pengumuman PPDB tahap dua jalur zonasi, seperti yang disampaikan pantia PPDB ke orang tua siswa.

"Artinya ya nanti yang final itu hari ini, yang sore.
Engga, sudah selesai (tidak ada revisi). Rencananya jam 18.00 WIB sore ini (pengumuman)," ujar Cucu.

Puluhan orang siswa mendatangi kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Jalan Ahmad Yani, Senin (29/6/2020). Mereka mengadukan sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang dinilai tidak adil.

Sejumlah Satpam dibantu anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengatur antrean para orang tua siswa yang ingin mengadukan ke pantia PPDB.

Linda (39), salah satu orang tua siswa asal Cibaduyut, Kota Bandung mengaku ingin mengadukan masalah zonasi yang menurutnya membingungkan.

Menurut Linda, jarak dari tempat tinggalnya ke SMPN 38 itu sekitar 900 meter. Namun, di website PPDB anaknya dikalahkan oleh pendaftar yang jaraknya juatru lebih jauh.

"Saya daftar jalur zonasi, anak saya asal sekolahnya dari SD 233 Cibaduyut, jaraknya dekat sekitar 900 meter ke SMP 38," ujar Lindah, saat ditemui di Kantor Disdik Kota Bandung, Senin (29/6/2020).

Sebelum ke Kantor Disdik Kota Bandung, ia sempat bertanya kepada operator sekolah tujuan. Namun, dirinya tidak menemukan jawaban yang memuaskan.

Hingga saat ini, sejumlah orang masih terlihat mengantre di Kantor Disdik Kota Bandung, untuk mengadukan masalah PPDB.

Puluhan orang siswa mendatangi kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, Jalan Ahmad Yani, Senin (29/6/2020). Mereka mengadukan sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang dinilai tidak adil.

Sejumlah Satpam dibantu anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mengatur antrean para orang tua siswa yang ingin mengadukan ke pantia PPDB.

Linda (39), salah satu orang tua siswa asal Cibaduyut, Kota Bandung mengaku ingin mengadukan masalah zonasi yang menurutnya membingungkan.

Menurut Linda, jarak dari tempat tinggalnya ke SMPN 38 itu sekitar 900 meter. Namun, di website PPDB anaknya dikalahkan oleh pendaftar yang jaraknya juatru lebih jauh.

"Saya daftar jalur zonasi, anak saya asal sekolahnya dari SD 233 Cibaduyut, jaraknya dekat sekitar 900 meter ke SMP 38," ujar Lindah, saat ditemui di Kantor Disdik Kota Bandung, Senin (29/6/2020).

Sebelum ke Kantor Disdik Kota Bandung, ia sempat bertanya kepada operator sekolah tujuan. Namun, dirinya tidak menemukan jawaban yang memuaskan.

Hingga saat ini, sejumlah orang masih terlihat mengantre di Kantor Disdik Kota Bandung, untuk mengadukan masalah PPDB.

Berita Terkini