Pada Jumat (21/02/2020) sekitar 13.15 WIB, IYA menyiapkan para peserta susur sungai yang berjumlah 249 siswa.
Saat berangkat, menurutnya kondisi cuaca masih belum hujan.
"Saya mengikuti, Saya cek sungai di atasnya, di jembatan itu juga airnya tidak deras, landai," ungkapnya.
IYA lantas kembali ke titik awal susur sungai.
Di lokasi itu, dia mengatakan sudah ada pembina Pramuka lain yang biasa menyusuri Sungai Sempor.
"Sehingga Saya juga yakin aja tidak akan terjadi apa-apa," tegasnya.
Menurutnya, para peserta susur sungai berjalan di pinggir dan tidak di tengah.
Selain itu, para peserta tidak dibekali alat pengaman karena air sungai tidak dalam.
"Karena airnya cuman selutut, itu paling dalam," tandasnya.
Namun, prediksi pembina Pramuka ini meleset.
Pasalnya, ada arus kencang yang tiba-tiba menerjang saat siswa SMP itu sedang berjalan di pinggir Sungai Sempor.
Arus deras yang datang karena ada hujan di kawasan hulu sungai menyeret 249 siswa SMPN 1 Turi dan 10 siswi di antaranya tewas
Kegiatan Pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib di SMP Negeri 1 Turi.
Namun, ternyata di dalam kegiatan susur sungai tidak disertai dengan kesiapan yang matang, termasuk mempertimbangkan risiko yang terjadi.
Selain tidak berada di lokasi saat kejadian, IYA sempat diperingatkan warga agar tidak melakukan kegiatan di Sungai Sempor.
• Sebanyak 77 Siswa Dipaksa Makan Kotoran Manusia oleh Oknum Pembina Asrama, Ini Fakta Sebenarnya