Prabowo Tunjuk Sufmi Dasco Gantikan Fadli Zon Sebagai Calon Wakil DPR, Lalu Ke Mana Fadli?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon saat ditemui wartawan di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/7/2017).

Selain itu, saat Reformasi 98, Fadli Zon juga telah menjalin keakraban dengan Fahri Hamzah.

Hal ini terlihat dalam foto yang diunggah Fahri Hamzah pada 2018.

Saat itu, mereka berdiskusi di Institute for Policy Studies (IPS) bersama para Ketua BEM pada akhir April 1998 tentang Agenda Reformasi Politik.

Setelah era reformasi, Fadli ikut mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan kini menjabat sebagai wakil ketua.

Ia terpilih sebagai anggota dewan dari Dapil Jawa Barat V.

Saat pemilihan pimpinan DPR, ia didukung oleh fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PPP, ditambah Fraksi Partai Demokrat.

Adapun empat parpol lainnya memilih walk out, yakni PDI Perjuangan, PKB, Partai Hanura, dan Partai Nasdem.

Sosok terakhir yang dibandingkan adalah Adian Napitupulu.

Adian Napitupulu dulu dan kini ((TWITTER/@dianakimaulana))

Adian juga merupakan eks aktivis 98 yang menyuarakan tuntutan agar Soeharto mundur.

Dikutip dari Kompas.com, Adian berkisah, ribuan mahasiswa mengepung Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada 18 Mei 1998.

Menurut Adian, setidaknya ada 7.000 orang dalam aksi itu.

Jumlah itu terus bertambah, yang kemudian menjadikan mahasiswa berhasil masuk dan menguasai Gedung DPR/MPR.

Adian yang kala itu menjaga gerbang masuk, turut menyeleksi siapa-siapa saja mahasiswa yang bisa masuk.

Beberapa saat setelah memasuki Kompleks Parlemen, ribuan mahasiswa tersebut menghambur menuju air mancur di halaman DPR.

Adian yang saat itu masih berusia 27 tahun dan ribuan mahasiswa lainnya kemudian berkumpul di depan jajaran tiang bendera Kompleks Parlemen.

Spanduk bertuliskan "Bubarkan DPR/MPR" dan "Adili "Soeharto" dinaikkan di tiang bendera itu.

Namun, aksi menaikkan spanduk itu mendapat penentangan dari aparat yang menjaga aksi demonstrasi.

"Wah, itu dikokang semua senjata. Kami tiarap semua di situ. Banyak sekali aparatnya," kata Adian saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/5/2016).

Ancaman senjata tersebut, kata dia, adalah untuk meminta para mahasiswa segera menurunkan spanduk.

Negosiasi pun dilakukan antara perwakilan mahasiswa dan aparat.

Hingga akhirnya senjata aparat ditarik kembali, spanduk itu pun ikut diturunkan.

Adian menambahkan, situasi saat itu memang mencekam.

Aparat militer tersebar tiap sudut Jakarta.

Mereka tak beridentitas namun berbekal senjata yang siap mengancam siapa saja yang dianggap berulah.

"Lapis baja, mulai water cannon hingga panser meraung di jalanan. Sniper menunggu kampus-kampus yang akan bergerak," tutur Adian.

Kini, nasib Adian sama seperti tiga aktivis di atas: jadi anggota DPR.

Ia menjadi anggota DPR dari PDIP dapil Jawa Barat V sejak tahun 2014 dan duduk di Komisi VII DPR yang memiliki ruang lingkup tugas di bidang energi, riset dan teknologi, serta lingkungan hidup.

Dalam Pemilu 2019, Adian mencoba peruntungan tapi hanya meraih 80.228 suara, sangat jauh di bawah Fadli Zon.

Sama seperti Budiman Sudjatmiko, Adian gagal merasakan empuknya kursi DPR RI. (*)

Berita Terkini