Pemkab Indramayu Tak Bangun Jembatan, Akses Dua Desa di Indramayu Ini Hanya Andalkan Jembatan Bambu

Pemkab Indramayu Tak Bangun Jembatan, Akses Dua Desa di Indramayu Ini Hanya Andalkan Jembatan Bambu

Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Pengendara saat menyebrangi jembatan bambu yang menjadi akses antara Desa Beduyut Kecamatan Bangodua dan Desa/Kecamatan Kertasemaya, Senin (30/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Jembatan yang menghubungkan antara Desa Beduyut Kecamatan Bangodua dan Desa/Kecamatan Kertasemaya kondisinya sangat tidak layak dan membahayakan.

Hal tersebut karena kondisi jembatan itu hanya terbuat dari bahan bambu yang dianyam.

Terlebih pada anyaman bambu itu hanya terdapat sebanyak satu lapis dan tidak ada penghalang di sisi-sisinya.

Penjaga jembatan, Warma (48) mengatakan, jembatan bambu ini dibuat atas inisiatif warga untuk mempermudah akses dari kedua desa.

Bongkar Jejak PKI di Indramayu: 7 Polisi Hutan Dibantai Bertepatan G30SPKI

"Kalau jalan umum muternya jauh sekali mas dari Bangodua ke Widasari nanti keluarnya di Jatibarang baru ke Kertasemaya, itu bisa hampir 1 jam perjalanan, makanya warga bikin jembatan ini," ujar Warma saat ditemui Tribuncirebon.com, Senin (30/9/2019).

Warga menyebrangi jembatan bambu yang menjadi akses antara Desa Beduyut Kecamatan Bangodua dan Desa/Kecamatan Kertasemaya, Senin (30/9/2019).
Warga menyebrangi jembatan bambu yang menjadi akses antara Desa Beduyut Kecamatan Bangodua dan Desa/Kecamatan Kertasemaya, Senin (30/9/2019). (Tribuncirebon.com/Handhika Rahman)

Warma menjelaskan, akses penghubung di antara dua desa itu tidak pernah dibangun oleh pemerintah.

Padahal, aktivitas dari kedua desa itu terbilang padat. Disebutkan Warma, ada ratusan kendaraan dan ratusan pejalan kaki yang melintasi jembatan bambu itu setiap harinya.

Pantauan Tribuncirebon.com, baik pengendara sepeda motor atau pejalan kaki yang melintasi jembatan itu harus berhati-hati.

Hal itu karena kondisi jembata bambu yang selalu bergoyang saat dilintasi oleh kendaraan bermotor.

Jemput Anak di Sekolah, Wanita Ini Kaget Temukan Tempat Prostitusi Terselubung, Ada Kasur & Kondom

Apabila tidak hati-hati kendaraan bisa terjatuh ke Sungai Cimanuk karena tidak terdapatnya sebuah penyangga di sisi-sisinya.

Mereka juga tampak silih bergantian menyebrang apabila terdapat dua kendaraan yang hendak melintas.

Warma berharap, pemerintah bisa membangunkan jembatan permanen agar memudahkan masyarakat beraktivitas.

Tak Dapat Perlindungan, Siswi SMP Korban Pemerkosaan Ini Malah Dikeluarkan Dari Sekolahnya

Pasalnya, saat musim hujan tiba, akses penghubung antara kedua desa itu otomatis akan terputus akibat Sungai Cimanuk yang meluap.

"Kemarin-kemarin kalau musim hujan masih bisa nyebrang pakai perahu. Tapi tahun kemarin ada kejadian perahunya terbalik dan tidak dibolehkan lagi," ujar dia.

Adapun bagi masyarakat yang hendak menyebrang melintasi jembatan itu dipatok tarif sebesar Rp 2 ribu per kendaraan sepeda motor dan untuk pejalan kaki dikenakan tarif Rp 1 ribu.

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved