Khubah Jumat
NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 15 Agustus 2025: Mensyukuri Limpahan Karunia Allah yang Tak Terhitung
Untuk itu kali ini Tribuncirebon.com akan mengulas Tentang Merenungi Keberkahan Rahmat Allah yang Tak Ternilai.
Penulis: Sartika Harun | Editor: Dwi Yansetyo Nugroho
Di atas gunung yang sangat indah itu, abid hidup selama lima ratus tahun. Ia tidak punya kegiatan, selain beribadah, bermunajat, berdoa, dan tidak pernah terlintas di benaknya untuk berbuat dosa dan mendurhakai-Nya. Salah satu doa yang dikabulkan Allah adalah permohonannya setiap saat untuk mati dalam keadaan sujud. Demikianlah, akhirnya abid meninggal dunia dalam usia lima ratus tahun.
Setelah kematiannya Allah berfirman kepadanya: Wahai hamba, karena rahmat-Ku, kau akan segera Aku masukkan ke dalam surga. Mendengar pernyataan tersebut si abid berubah mukanya, terkesan tidak terima. Karena ia merasa bahwa amal dan ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa-lah yang menyebabkan layak masuk ke surga. Bukan semata karena rahmat-Nya.
Demikian protes abid kepada Allah SWT. Mengerti dengan yang dimaksud si abid, maka segeralah Allah menugaskan seorang malaikat untuk menghitung dan menimbang seluruh amal dan ibadahnya selama lima ratus tahun tanpa dosa yang diandalkannya sebagai modal meraih surga. Kemudian ditimbangnya amal tersebut dengan rahmat pemberian-Nya. Ternyata rahmat Allah yang diberikan kepada abid yang terdapat dalam mata (termasuk di dalamnya kemampuan melihat) saja jauh lebih berat nilainya dibandingkan dengan ibadahnya selama lima ratus tahun. Belum nikmat anggota badan yang lain, otak, kaki, tangan, dan seterusnya. Maka sesuai dengan protes yang diajukannya, Allah pun memerintahkan malaikat untuk menyeret si abid ke dalam neraka. Karena nilai amal dan ibadahnya jauh lebih ringan dari pada rahmat yang terdapat pada mata.
Hadirin rahimakumullah,
Ketika itulah si abid baru sadar ternyata kebergantungannya pada amal tidak dapat menyelamatkannya. Segera ia meminta ampunan dan mengakui akan segala kesalahan dan kesombongannya. Ia terlalu mengandalkan amal ibadahnya dan mengabaikan rahmat-Nya.
Untung saja Allah mengampuninya dan sekali lagi menanyakan kepada si abid: Apakah engkau masuk surga ini karena amalmu? Si abid menjawab: Tidak ya Allah Tuhanku, sungguh ini semua karena rahmat-Mu.
Jamaah jumat rahimakumullah,
Cerita di atas membuktikan betapa hidup manusia sangat tergantung pada rahmat Allah SWT sebagai pengatur alam jagad raya. Dia-lah yang menentukan semuanya. Ia berhak melakukan apapun kepada makhluk. Sebagai Sang Pencipta, sebagai Sang Maha Kuasa, Dia bebas menyiksa dan mengganjar siapa saja yang Ia mau. Tidak ada yang dapat membatasi gerak-Nya. Ketundukan atau kedurhakaan kita kepada-Nya tidaklah mampu menggeser kekuasaannya walau sedikit pun. Oleh karena itulah hidup semua makhluk ini sungguh-sungguh tergantung pada rahmat-Nya, bukan pada kesalihan amal ibadah kita.
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itulah, kita diajari sebuah doa yang sangat masyhur:
ارحمنا ياالله لان رحمتك أرجى لنا من جميع أعمالنا, واغفر لنا ياالله لان مغفرتك اوسع من ذنوبنا
Irhamna ya Allah, lianna rahmataka arja lana min jami’i a’malina. Waghfir lana ya Allah, lianna maghfirataka ausa’u lana min dzunubina.
Artinya: Ya Allah kasihanilah kami, karena rahmat-Mu lebih kami harapkan dari pada semua amal kami. Dan ampunilah kami, karena pengampunan-Mu lebih luas dari pada dosa-dosa kami.
Begitulah hendaknya, manusia sebagai hamba yang lemah tidak dibenarkan terlalu merasa aman dengan amal ibadah yang telah kita kerjakan. Karena hal itu tidak serta merta mampu menyelamatkan kita. Karena keselamatan dan pertolongan itu terkandung dalam rahmat-Nya. Dengan kata lain, sungguh merugi jika manusia merasa nyaman dengan tumpukan dan penjumlahan amal yang telah dilakukannya, dengan harapan amal dan ibadah itu akan menyelamatkannya dari api neraka.
Hadirin hafidzakumullah,
Sebuah kisah masyhur dari kitab Nashaihul Ibad karya Syaikh Nawawi al-Bantani tentang Imam al-Ghazali. Diceritakan bahwa hujjatul Islam tersebut tampak dalam mimpi, maka ia ditanya: Apa yang Allah lakukan kepadamu? Lalu ia menjawab: Allah membiarkanku di hadapan-Nya, kemudian Allah berfirman: Kenapa engkau dihadapkan kepada-Ku, apa yang engkau bawa? Maka aku (al-Ghazali) menyebutkan segala amal-ibadahku. Tapi Allah menjawab: Sesungguhnya Aku tidak menerima semua amal ibadahmu, kecuali satu amal pada suatu hari ketika kamu membiarkan seekor lalat hinggap di atas tintamu dan meminum tinta itu dari ujung penamu, serta engkau membiarkannya karena kasihan kepada lalat itu. Kemudian Allah berfirman: Wahai malaikat, bawalah hamba-Ku ini ke surga.
NASKAH Khutbah Jumat Hari Ini 8 Agustus 2025: 3 Amal yang Dapat Menyelamatkan dari Siksa Api Neraka |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat Singkat: Meraih Tiga Kunci Utama Pintu Surga |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat 20 Juni 2025: 3 Hal Penting di Awal Pergantian Tahun Baru 1447 Hijriah |
![]() |
---|
Materi Khutbah Jumat Jelang Bulan Muharram: Menjadi Muslim Beruntung di Tahun Baru |
![]() |
---|
Naskah Khutbah Jumat Besok 23 Mei 2025: Keutamaan Ibadah Idul Adha dan Hikmah Berkurban |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.