Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Heru Subagia Dukung Celios Laporkan BPS ke PBB, Benarkah Data Ekonomi 5,12 Persen Direkayasa?

Ketua Kagama Cirebon Raya, Heru Subagia, memberikan dukungan terhadap langkah Center of Economic and Law Studies (Celios) yang

TribunCirebon.com/ Eki Yulianto
Heru Subagia Dukung Center of Economic and Law Studies Laporkan BPS ke PBB, Data Ekonomi 5,12% Direkayasa? 

TRIBUNCIREBON.COM- Ketua Kagama Cirebon Raya, Heru Subagia, memberikan dukungan terhadap langkah Center of Economic and Law Studies (Celios) yang melaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Ia menyoroti klaim pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen yang dinilai terlalu tinggi dan patut dipertanyakan.

Menurut Heru, persoalan ini bukan hanya menyangkut kinerja BPS, tetapi juga melibatkan pejabat tinggi di sektor ekonomi, seperti Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Keuangan.

Baca juga: DPR RI Soroti Bendera One Piece, Heru Subagia Balik Menuding: Kalian yang Justru Menindas Rakyat!

Keduanya, kata Heru, memahami sepenuhnya kondisi makro dan mikro negara sehingga layak dimintai pertanggungjawaban atas data yang dirilis.

Heru menuding adanya rekayasa sistematis dalam penyajian data yang semestinya bersifat netral dan transparan.

Ia menilai BPS kini berubah menjadi “panggung politik” yang sarat kepentingan. Sebagai pengusaha, Heru mengaku merasakan penurunan daya beli masyarakat, sementara langkah fiskal dan moneter pemerintah dinilai minim.

Baca juga: HEBOH Reuni Kehutanan UGM, Ketua Kagama Cirebon Pertanyakan Tak Ada Logo Kampus: Ini Reuni Apa?

Ia menambahkan, klaim pertumbuhan yang terlalu optimistis tersebut berisiko mempermalukan Indonesia di mata dunia, terutama jika dibandingkan dengan proyeksi lembaga internasional seperti IMF dan PBB yang memprediksi pertumbuhan di bawah 4 persen.

Bagi Heru, kondisi ini mencerminkan lemahnya tata kelola ekonomi nasional oleh kementerian terkait. Alih-alih meningkatkan kredibilitas, pemerintah justru memperlihatkan kelemahan melalui angka yang dianggap tidak realistis.

 
 
 
 
 

 
 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved