Nasib Bandara Kertajati Kini

Bandara Kertajati Mandek, Acuviarta Desak Pemerintah Audit hingga Ganti Manajemen BIJB

ada enam langkah mendesak yang harus dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan bandara Kertajati, yang utama mengaudit dan mengganti manajemen

Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Ahmad Imam Baehaqi
BANDARA SEPI - Kondisi Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, kini sepi. Hanya ada satu penerbangan rute Singapura. Foto diambil Kamis (13/12/2018) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG — Kondisi Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB Kertajati yang makin sepi membuat Pemerintah Kabupaten Majalengka urung menanamkan investasi. 

Bandara yang dibangun dengan dana triliunan itu kini hanya melayani satu penerbangan ke Singapura. 

Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan (Unpas), Acuviarta Kartabi, menyebut ada enam langkah mendesak yang harus dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan bandara yang dibangun dengan dana triliunan rupiah tersebut.

“Pertama harus audit BIJB Kertajati sehingga kita tahu ya ketidakefisienannya,” ujar Acuviarta, kepada Tribunjabar.id, Rabu (2/7/2025). 

Menurut dia, audit yang saat ini tengah dilakukan oleh BPKP merupakan titik awal untuk mengetahui penyebab utama stagnasi operasional bandara. 

Langkah berikutnya adalah melakukan pergantian manajemen BIJB. Ia menilai tim pengelola saat ini gagal menunjukkan kinerja optimal. 

“Manajemen BIJB Kertajati itu tidak perform. Sekian tahun mereka tidak bisa mengoptimalkan penerbangan komersial secara masif,” ucap Acuviarta.

Baca juga: Dana Investasi BIJB Kertajati Naik Jadi Rp 171 M, Pemkab Majalengka Siap Alihkan untuk Pembangunan

Baca juga: Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati Masih Belum Optimal, Komisi III DPRD Jabar Buka Suara

Tak cukup dengan audit dan pergantian manajemen, BIJB Kertajati juga dinilai membutuhkan investor baru untuk membawa napas segar dalam hal pendanaan dan strategi bisnis.

 “Pemerintah Majalengka saja sudah enggak mau. Pemerintah pusat sahamnya hanya 25 persen, melalui PT Angkasa Pura II. Jadi di sana tetap harus ada investor baru,” katanya.

Namun, lanjut Acuviarta, kehadiran investor disebut tidak akan berarti tanpa political will yang kuat dari pemerintah pusat dan daerah untuk menghidupkan kembali penerbangan komersial di bandara tersebut. 

“Ada political will dari pemerintah untuk menerbangkan pesawat komersil dari Kertajati. Baru hidup, karena bandara itu hidup dari penerbangan komersil. Kalau enggak ada penerbangan ya mati,” ujar Acuviarta.

Selain langkah struktural, ia juga menekankan pentingnya memperbaiki akses transportasi ke Kertajati agar konsumen tertarik menggunakan layanan bandara tersebut. 

Pemerintah, katanya, bisa memberikan insentif berupa shuttle bus gratis atau murah dari wilayah Bandung Raya.

 “Kalau tidak free juga murah, ya bagus. Penerbangannya banyak, saya kira orang akan terbang dari Kertajati, kok,” tuturnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved