Polemik Tambang Pasir di Cirebon

Galian C Argasunya Ditutup, Pemkot Cirebon Tawarkan Penambang Jadi Pemandu Wisata

Pemerintah Daerah Kota Cirebon melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) tengah menyiapkan solusi alih profesi bagi para penggali pasir

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Tribuncirebon.com/Eki Yulianto
GALIAN C ARGASUNYA - Potret galian c di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon saat dikerumuni tim SAR saat tengah menjadi dua pekerja yang tertimbun longsor 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto


TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON- Pemerintah Daerah Kota Cirebon melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) tengah menyiapkan solusi alih profesi bagi para penggali pasir di kawasan eks Galian C, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, menyusul penutupan aktivitas tambang pasir yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi warga.


Kepala Disbudpar Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya mengatakan, pihaknya sedang memetakan potensi wisata berbasis karakteristik wilayah di Argasunya.


Ia menyebut, kawasan tersebut memiliki kekuatan kultural dan geografis yang bisa dikembangkan menjadi destinasi unggulan.


"Argasunya punya potensi kuat di sektor religi."


"Bisa diarahkan menjadi Kampung Wisata Religi, misalnya untuk kegiatan manasik haji, disamping karakter pesantren tertua tetap dipertahankan," ujar Agus saat dikonfirmasi media, Selasa (24/6/2025).

Baca juga: Jeritan Pekerja Galian C Argasunya Cirebon: Sudah Menganggur, Anak Mau Sekolah, Solusinya Gimana?


Menurut Agus, jika konsep ini dikembangkan dengan optimal, kawasan tersebut bisa menjadi daya tarik wisata hingga tingkat provinsi. 


Ia juga menyebut, lanskap eks Galian C memungkinkan untuk dijadikan lokasi wisata petualangan seperti wisata jeep.


"Dengan pendekatan wisata adventure menggunakan mobil 4x4, kita bisa menghadirkan aktivitas wisata tanpa harus mengeksploitasi lahan."


"Ini akan jadi alternatif ekonomi baru bagi masyarakat," ucapnya.


Ia menambahkan, konsep wisata tersebut tengah dimatangkan untuk dimasukkan ke dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA).


"Detailnya memang belum, kami baru memetakan potensi secara makro dan perlu berkomunikasi dengan warga, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya."


"Namun, yang pasti, konsep ini menjadi bagian penting dari strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kota Cirebon," jelas dia. 


Sebelumnya, penutupan tambang galian C memicu reaksi ratusan pekerja yang mendatangi Kantor Kelurahan Argasunya, Senin (23/6/2025). 


Mereka menuntut kejelasan dan solusi konkret atas hilangnya sumber mata pencaharian mereka.


Pantauan di lapangan, para pekerja mulai berdatangan sejak pagi hari dan memadati halaman kantor kelurahan.

Baca juga: Breaking News: Datangi Kantor Lurah, Ratusan Pekerja Galian C Argasunya Cirebon Minta Solusi


Audiensi pun dilakukan di salah satu ruangan, dipimpin langsung oleh Lurah Argasunya, Mardiansyah, bersama Ketua LPM, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan perangkat kelurahan.


Salah satu perwakilan pekerja, Suhedi menyampaikan, keberatan atas penutupan tambang dan meminta pemerintah memikirkan nasib mereka.


"Kami datang ke kantor Kelurahan Argasunya ini merasa keberatan jika galian C ditutup."


"Saya mohon kepada pemerintah, khususnya kelurahan, untuk menyampaikan aspirasi kami agar aktivitas galian dibuka kembali," kata Suhedi.


Ia mengaku sudah 35 tahun menggantungkan hidup dari menggali pasir secara manual dan kini menganggur hampir sepekan tanpa penghasilan.


"Ekonomi sekarang susah. Anak-anak mau masuk sekolah, butuh biaya."


"Sekolah memang gratis, tapi uang jajan? Kalau anak gak dikasih uang jajan, mereka gak mau sekolah. Ini PR pemerintah juga," ujarnya.


Menanggapi wacana alih profesi, Suhedi berharap pemerintah bisa menghadirkan solusi yang realistis.


"Kami kebanyakan tamat SD saja jarang. Ini bukan soal kami saja, kami perjuangkan juga untuk masa depan anak-anak kami," ucap Suhedi.


Sementara itu, Lurah Argasunya, Mardiansyah menjelaskan bahwa pihaknya hanya bisa menampung dan meneruskan aspirasi warga kepada pemerintah kota.


"Perihal penutupan galian, memang sudah ada spanduk larangan sejak kejadian longsor yang menewaskan dua orang dan bahkan jauh sebelumnya," jelas Mardiansyah.


Ia membenarkan, bahwa aksi pada hari itu diikuti sekitar 150 pekerja sebagai perwakilan dari sekitar 500 warga yang menggantungkan hidup dari tambang.


"Mereka juga menanyakan, kalau alih profesi, ke mana arah profesinya."


"Karena pekerja galian ini beragam, dari tukang gali, tukang angkut, calo pasir, sampai yang punya mobil," katanya.


Seperti diketahui, Pemkot Cirebon resmi menutup aktivitas tambang pasir di Kelurahan Argasunya pasca insiden longsor di Blok Kedung Jumbleng, RT 2 RW 10, pada Rabu (18/6/2025) yang menewaskan dua pekerja bernama Riyan dan Dani.


Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, yang turun langsung ke lokasi menegaskan, bahwa aktivitas tambang tersebut sudah lama dilarang karena membahayakan keselamatan warga.


"Kita sudah berulang kali melarang karena berbahaya."


"Tapi warga masih curi-curi. Ke depan, kita sepakat ini aktivitas ilegal dan harus ada tindakan tegas. Akses masuk ke lokasi juga akan ditutup," ujar Edo.

 

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved