Ramadhan 2025

Penampakan Miniatur Masjid di Surabaya Terbuat dari 25 kg Coklat

Bangunan miniatur setinggi 75 centimeter ini berdiri di atas meja berlapis papan selebar 1,4 meter dengan panjang 1,2 meter.

tribun
MASJID COKLAT - Bangunan miniatur setinggi 75 centimeter ini berdiri di atas meja berlapis papan selebar 1,4 meter dengan panjang 1,2 meter 

TRIBUNCIREBON.COM - Bulan Ramadan 2025, Chef Pastry Hotel Ciputra World Surabaya M Ferdiyanzah membuat miniatur Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dari bahan dasar cokelat.

Bangunan miniatur setinggi 75 centimeter ini berdiri di atas meja berlapis papan selebar 1,4 meter dengan panjang 1,2 meter.

Masjid cokelat itu kini menjadi ikon dan berada di lobby Hotel Ciputra World Surabaya.

“Tahun ini, kami membuat miniatur Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya karena bangunan masjid ini yang ikonik di Surabaya. Bahannya semua dari cokelat termasuk tower. Rangka bangunan stirofoam, dicover cokelat,” ujarnya ditemui di lobby hotel, Kamis (6/2/2025).

Miniatur yang dibangun selama lima hari ini, dilanjutkan Ferdi, menghabiskan 25 kilogram cokelat putih, dark cokelat sebanyak lima kilogram, dan 10 kilogram gula halus.

Semula Chef Ferdi dan tiga orang timnya menentukan luasan dasar dan sketsa bangunan.

Proses diawali dengan membuat bagian lantai dari cokelat maupun beberapa potongan tersusun berlapis yang dibentuk detail untuk tangga.

“Setelah semua lantai selesai, saya bangun pilar, dan paling akhir kubahnya. Setelah itu finishing dan detail-detailnya,” ungkapnya.

Bagian paling sulit diakuinya adalah detail jendela dan keramik. Lantaran tersebut dari cokelat, sehingga harus dibentuk presisi.

Untuk menghasilkan bentuk yang menyerupai aslinya, Chef Ferdi mengaku harus mengobservasi langsung ke lokasi masjid tersebut.

Tidak hanya terkait struktur bangunan miniatur, tetapi juga warna yang dipilih semirip mungkin dengan aslinya.

“Saya menyesuaikan warna dari Masjid Al-Akbar dari lantai keramiknya cream, tangganya abu-abu, kubahnya dalamnya biru luaran hijau saya coba buat seperti aslinya. Prosesnya saya juga observasi, jadi supaya bisa sama,” ujarnya.

Baca juga: Masjid Islamic Center Syekh Abdul Manan Indramayu Terus Pertahankan Salat Tarawih 1 Juz Semalam

Bagian kubah memiliki tingkat detail tersendiri. Selain karena bentuknya, diakui Chef Ferdi, mencari warna biru yang pas juga tantangan.

Pewarna yang digunakan juga khusus untuk cokelat, lebih buttery. Sebab, pewarna makanan pada umumnya cenderung cair yang tidak dapat dicampur dengan cokelat.

“Tingkat kesulitan kubahnya dari warnanya. Birunya beda dengan pewarna yang ada, tidak sama, jadi biru saya campur ungu untuk dapat warna yang mirip,” ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved