UMKM
Kisah Sukses Owner Pasakan Neng Hindun Buat Nugget Ayam Sehat, Saat Pandemi Produksi Tetap 'Menyala'
Pada tahun 2017, Tantri Elsa Hindunsari mulai merintis dan membuat UMKM nugget ayam tanpa MSG dan bahan pengawet
Penulis: Mutiara Suci Erlanti | Editor: Mutiara Suci Erlanti
TRIBUNCIREBON.COM- Pelaku UMKM berkontribusi dalam peningkatan gizi pada masyarakat melalui produk makanan berbahan protein hewani.
Saat ini, banyak pelaku UMKM sudah ‘melek’ untuk menggunakan bahan yang berkualitas, sehingga bisa membuat produk makanan yang lezat dan bergizi.
Hal itu yang dilakukan, Tantri Elsa Hindunsari (42), Owner UMKM Pasakan Neng Hindun.
Pada tahun 2017, Tantri Elsa Hindunsari mulai merintis dan membuat UMKM nugget ayam tanpa MSG dan bahan pengawet.
Awalnya, Wanita yang akrab disapa Hindun ini coba membuat nugget ayam karena anaknya suka makan frozen food seperti nugget.
Khawatir anaknya keseringan makan frozen food yang mengandung MSG dan bahan pengawet, akhirnya Hindun pun mulai tergugah untuk membuat nugget ayam sehat dengan menggunakan bahan kaya protein seperti daging ayam, keju, wortel dan telur.
“Saya coba buat nugget dari resep-resep yang ada di Youtube. Saya ganti MSG dengan keju untuk tambahan di nuggetnya. Pas bikin, anak suka sekali dan sering dibawa untuk makan siang di kelas,” kata Hindun di Antapani, Kota Bandung, Sabtu (7/9/2024).
Nugget ayam ala Pasakan Neng Hindun ini mengandung bahan daging ayam, keju, wortel dan telur. Dan pastinya tak menggunakan MSG dan bahan pengawet.
Ada dua varian yaitu nugget carrot cheese atau nugget ayam keju wortel original dan nugget ayam bubble crumbs.


Daging ayam yang padat, rasanya lezat dan ada rasa gurih dari keju menjadi ciri khas nugget ayam ala Pasakan Neng Hindun.
Berawal dari ingin membuat makanan lezat dan bergizi untuk anaknya, ternyata nugget ayam buatan Hindun juga ternyata disukai oleh rekan-rekan di kantornya.
Wanita yang juga merupakan karyawati di salah satu perusahaan swasta di Kota Bandung ini juga mengaku, mulai menjual nugget ayam tersebut setelah mendapat orderan dari rekan-rekan di kantornya.
“Aku bawa nuggetnya ke kantor. Ibu-ibu di kantor tanya ini apa dan apa dijual? Aku jawab bikin sendiri. Akhirnya aku coba jual untuk nambah penghasilan,” ungkapnya.

Hindun pun mulai membuka pre-order nugget ayam buatannya melaui Instagram pada Oktober 2017 dengan modal awal kurang dari Rp 500 ribu.
Dia mulai membuat nugget ayam sesuai dengan pre-order dan mengerjakannya di rumahnya sendiri di Jalan Indramayu No.21, Antapani, Kota Bandung, sampai akhirnya UMKM-nya berkembang pesat.
Saat ini, Hindun memiliki produk andalan yaitu nugget ayam keju wortel non MSG dan non pengawet isi 55 dijual dengan harga Rp 110.000, nugget bubble crumbs isi 40 dijual dengan harga Rp 110.000, nugget bubble crumbs isi 20 dijual dengan harga Rp 60.000.
Nugget buatan Hindun meski tanpa bahan pengawet, bisa tahan hingga sebulan di freezer.
Hindun juga membuat produk dari protein hewani berupa Egg Chicken Shrimp Roll 500 gram yang dijual dengan harga Rp 60.000.
Menu Egg Chicken Shrimp Roll ini menggunakan bahan daging ayam dan udang, tanpa menggunakan MSG serta bahan pengawet juga.

Selain itu, Pasakan Neng Hindun juga menyediakan menu-menu seperti sambal cumi petai, sambal teri medan, batagor ikan tenggiri, asinan mangga cengkir hingga kue-kue kering.
Dari merintis hingga saat ini, Hindun selalu membuat menu-menu tersebut sendirian. Bahkan, dirinya juga yang mengurus pengemasan dan pengiriman produk.
Dia menyediakan alat-alat seperti loyang, alat untuk mengkukus, chopper, blender, freezer hingga sealer untuk membuat semua masakan-masakan dan mengemas produk di rumahnya.
Hindun juga mengurus terkait marketing produk Pasakan Neng Hindun secara online melalui Instagram @pasakan_nenghindun dan pesan via whatsapp ke nomor 081905577756.
Sang suami, Yafi Alawy membantu dirinya untuk membeli bahan-bahan ke pasar tradisional setiap pagi.
“Saya dan suami pagi ke pasar. Saya pilih bahan-bahan berkualitas ke pedagang yang sudah langganan di pasar tradisional. Saya seleksi dulu daging ayamnya, sayurannya dan bumbu-bumbu yang paling bagus,” jelas Hindun.
Hingga saat ini, Hindun tidak dibantu oleh satu pegawai pun.
Karena masih aktif bekerja di salah satu perusahaan swasta, dirinya hanya bisa memasak sebelum dan sesudah pulang kerja serta saat akhir pekan.
“Saya hanya dibantu (Oleh pegawai) hanya pada saat lebaran saja karena pesanan sangat banyak. Semua menu keluar sampai kue-kue kering juga,” jelasnya.
Pelanggan Pasakan Neng Hindun ini bukan hanya di Kota Bandung saja, melainkan di kota-kota besar di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Surabaya hingga Bali.
Bahkan, kata Hindun, produknya ini juga sudah dicicipi oleh masyarakat di sejumlah negara.
“Banyak pelancong yang bawa (menu Pasakan Neng Hindun) sebagai oleh-oleh. Ada yang ke Jepang, Inggris, Dubai sampai Amerika,” jelasnya.
Selain itu, produk Pasakan Neng Hindun ini juga pernah dibawa ke Arab Saudi untuk bekal para Jemaah haji dan umrah.
Saat pandemi Covid-19 melanda, banyak UMKM yang mengalami kendala bahkan sampai ada yang gulung tikar.
Namun hebatnya, Pasakan Neng Hindun tetap bertahan dan produksinya justru semakin ‘menyala’.
“Saat pandemi malah sangat ramai. Setiap hari banyak yang PO nugget dan egg roll,” katanya.
Hindun mengaku bahwa pandemi Covid-19 justru membuatnya seakan ketiban rezeki nomplok karena saat itu banyak orang yang tertarik untuk memesan makanan via online.
“Itu sampai ramai banget. Setiap hari banyak driver ojol ngantre untuk mengambil pesanan. Kadang saya kasih satu pack nugget untuk para driver ojol,” ungkapnya.
Pada masa pandemi Covid-19, lanjut Hindun, malah menguntungkan untuk UMKM-nya.
“Makanan yang dipesan secara online menjadi pilihan saat pandemi dan tidak bisa keluar rumah. Apalagi saat diterapkan sosial distancing. Bahkan, saya ke pasar sampai pakai APD,” ungkap Hindun.
Hindun mengaku pernah mendapatkan omzet paling besar Rp 40 juta dari semua produk yang dia buat dan jual. Khusus produk protein hewaninya saja, dia mendapat omzet Rp 2-8 juta per minggunya.
Jika ada kesempatan, Hindun mengatakan, ingin mengikuti pelatihan agar bisa mengetahui strategi-strategi untuk mengembangkan UMKM miliknya.
Dirinya juga mengatakan, jika mendapat bantuan dari pemerintah, ingin memiliki tambahan alat-alat yang mendukung produksi masakan-masakannya.
“Saya pengen banget beli alat penggilingan. Karena produksi bisa lebih efektif dan efisien jika dibantu alat yang memadai. Ini akan sangat membantu jika pemerintah membantu pelaku UMKM dalam menyediakan atau memberikan alat-alat,”
“Jika kita dibantu alat, harga juga bisa lebih murah. Jika disediakan alat, higienisnya juga bisa kita jaga, produksi bisa lebih massal dan bisa ambil lebih banyak orderan,” ungkapnya.
Hindun juga ingin membuat konten-konten video mengenai tips-tips untuk membuat masakan yang lezat dan bergizi untuk masyarakat.
“Saya pengen banget memberi tips khususnya untuk ibu-ibu muda. Kalau untuk anak-anak itu ada alternatif lain yang bisa kita buat selain beli makanan instan yang kurang baik,”
“Saya juga ingin memberi tips membuat makanan enak, sehat dan anak pasti suka tapi dengan bahan yang aman dan juga ekonomis,” ungkap Hindun.
Selain pelaku UMKM, gaungan untuk menambah gizi dengan mengonsumi protein hewani seperti daging ayam juga sudah dilakukan pemerintah.
Bahkan, dengan mengonsumsi protein hewani dinilai juga bisa mencegah stunting.
Hal itu pun selaras dengan pernyataan Tito Arief Wibowo, Head R&D Feed Technology and Nutrition JAPFA.
Menurut Tito Arief Wibowo, ayam ini penyedia protein yang paling efisien dan efektif. Jadi, sangat cocok jika Masyarakat di Indonesia ini mengonsumsi daging ayam.
“Kemudian kita beralih ke nutrisinya. Dalam 100 gram dada ayam itu ada 30 gram protein. Kalau di paha ayam ada sekitar 24-26 gram protein. Tapi, negara kita ini mengonsumsi per kapitannya masih rendah dibanding negara lain. Jadi kita harapkan orang-orang bisa melihat potensi dari protein yang dihasilkan oleh ayam,” jelas Tito Arief Wibowo dalam sesi #JAPFATALK di Youtube Japfa Indonesia.
Pada daging ayam ini juga, lanjut Tito Arief, mengandung mineral dan vitamin yang sangat bagus untuk dikonsumsi Masyarakat.
Berbicara soal peningkatan gizi masyarakat, ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan.
Pemerintah dapat melakukan penyuluhan terkait sumber makanan bergizi serta menggelar pelatihan khusunya untuk pelaku UMKM agar bisa membuat produk-produk makanan yang bergizi.
Selain itu, pemerintah juga perlu senantiasa menggaungkan edukasi tentang gizi dan makanan sehat, sehingga kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi asupan yang bergizi bisa meningkat.
Sementara itu, masyarakat perlu menjalani pola hidup saat dan senantiasa mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, masyarakat juga perlu menambah wawasan mengenai gizi dan sumber makanan yang sehat.
Terakhir, pelaku UMKM juga memiliki peran penting untuk membuat produk-produk khususnya makanan yang bukan hanya lezat tapi juga bergizi. Mereka diimbau juga untuk mengikuti pelatihan untuk menambah ilmu dan keterampilan untuk membuat produk yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.
Dengan adanya kerjasama mulitipihak tersebut, peningkatan gizi masyarakat bisa terwujud. (Tribuncirebon.com/Mutiara Suci Erlanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.