Viral

Kisah Zadani, Anak Kuli Bangunan Rela Kerja di Kafe Demi Daftar Kepolisian Kini Lulus Bintara Polri

Anak kuli bangunan itu dinyatakan lulus Bintara Polri dengan perjuangan yang luar biasa.

tribun
Kisah Zadani, Anak Kuli Bangunan Rela Kerja di Kafe Demi Daftar Kepolisian Kini Lulus Bintara Polri 

TRIBUNCIREBON.COM - Kisah haru sekaligus membanggakan datang dari M Zadani Haykal Taufiq yang lulus Bintara Polri.

Anak kuli bangunan itu dinyatakan lulus Bintara Polri dengan perjuangan yang luar biasa.

Perjuangan Zadani untuk lolos seleksi bintara polisi dan kini sedang mengikuti pendidikan tidaklah mudah.

Bahkan, orang tua Zadani, Dedy Taufiq dan Fitriani Hasanah, sampai tak percaya anaknya bisa melangkah sampai tahap akhir seleksi.

"Yang pasti perasaannya bangga sekali dapat kabar anak saya lulus sebagai Polisi. Mengingat perjuangan dia selama ini, saya sangat menyaksikan sekali," ujar Dedy, dikutip dari TribunJabar.

Dedy mengatakan, awalnya tidak menyangka sama sekali anaknya lolos.

"Soalnya saya hanya sebatas kuli bangunan. Ngebayangin punya anak seorang polisi juga, saya seolah-olah sudah gak berani," ujar Dedi, didampingi Fitriani yang terlihat berkaca-kaca mengingat perjuangan anaknya.

Baca juga: Kisah Agung, Anak Tukang Parkir Tak Minder Kejar Cita-cita jadi Polisi, Kini Lolos Bintara Polri

Dedy dan Fitri mengaku sangat bangga, bahagia, dan terharu, kini anaknya bisa menggapai cita-citanya sejak kecil, yakni menjadi seorang polisi.

"Alhamdulillah dengan tekad dan perjuangan anak saya bisa menjadi anggota polisi," kata Dedy.

Pernah gagal tahun 2022

Dedi menceritakan, ini merupakan seleksi yang kedua bagi anak bungsunya itu, pertama ikut seleksi Polisi tahun 2022.

"Saat ikut seleksi pertama itu posisinya anak saya masih sekolah, sedang ujian akhir. Tapi karena ada perekrutan, dia ngikut, sekolah juga memberikan dispensasi," tuturnya.

Sebab saat seleksi, kata Dedy, berbarengan dengan ujian akhir di sekolahnya, namun saat itu ia tak lolos.

Tak diterimanya saat itu, kata Dedy, menjadi pemicu anaknya tambah giat berlatih mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi kembali.

Tak lulus seleksi polisi setelah lulus sekolah, Zadani pun memilih bekerja di sebuah kafe.

"Dia mengumpulkan uang dari hasil kerjanya untuk bekal mengikuti seleksi masuk Polisi kembali," ujar dia.

Saat ada perekrutan polisi kembali, Dedy mengatakan, Zadani langsung mengajukan pengunduran diri (resign) dari tempat kerjanya untuk mengikuti seleksi. Beruntung, Zadani mendapat izin dari bosnya.

"Bagi saya uang yang dikumpulkan anak dari hasil kerjanya cukup besar, Rp 2 sampai Rp 3 juta. Itu digunakannya untuk kebutuhan, membuat berkas bekal seleksi dan lainnya, jadi tak minta ke saya," kata Dedy.

Baca juga: Lagi Viral Rafael Malalangi, Gagal Bintara Polri Padahal Sudah Dinyatakan Lolos, Akhirnya Diterima

Jadi polisi adalah cita-cita sejak kecil

Memang, kata Dedy, tekad anaknya untuk menggapai cita-citanya sangat tinggi, jadi polisi sudah menjadi cita- citanya sejak kecil, bahkan saat ia TK sudah ingin menjadi polisi.

"Saya melihat persiapannya sangat gigih, mulai dari segi fisik dia selalu meluangkan waktunya untuk berolahraga, lari, ngegym, macam-macam," ujarnya.

Untuk mendukung dan membantu anaknya berlatih persiapan seleksi, Dedy mengaku hanya melakukan sesuai kemampuannya.

"Saya bisa ngelas, saya bikinkan buat pull up alakadarnya, saya bikinkan juga buat site up dan lain-lain. Kadang-kadang saya juga yang ngitung atau pegang stopwatch nya pas lagi latihan," ujar Dedi yang terlihat berkaca-kaca saat mengingat perjuangan anaknya.

Memang di depan rumah sederhana yang berukuran sekitar 4x6 meter ini, masih terdapat tiang untuk pull up yang digunakan Zadani berlatih.

Dedy mengatakan, memang banyak orang yang sempat bertanya kepadanya, punya uang berapa anaknya mau masuk polisi.

"Adanya pertanyaan orang tersebut, sempat membuat saya down, maklum pa, saya seorang kuli bangunan, tak banyak pengetahuan. Tapi anak saya bilang biar nanti Dede yang buktiin kalau masuk polisi itu tak pakai uang," kata Dedy.

Dedy mengaku, seorang kuli bangunan tak bisa berkata banyak jika ditanya soal uang, sebab upah sehari dari kerjanya hanya Rp 125 ribu, dan tak setiap hari mendapat pekerjaan.

Sedangkan Istrinya, Fitri, hanya menjadi ibu rumah tangga, dalam mengisi waktunya ia juga mengajar ngaji anak-anak di sekitar rumahnya. Sedangkan kakak Zadani hanya berjualan casing hanphone di pasar kaget.

Jadi, kata Dedy, jika ada yang menanyakan punya uang berapa untuk anaknya jadi polisi, membuatnya ragu dan down.

Namun kata Dedy, anaknya ini yang juga memberi motivasi kepadanya, supaya tetap tegar dan mendukung anaknya meski tak memiliki uang karena masuk polisi itu tak bayar.

Dedy mengaku, dirinya terus menerus mendoakan anaknya supaya bisa menggapai cita-citanya. Alhamdulillah kata Dedy, anaknya bisa membuktikannya dan kini masuk polisi.

"Kalau hal bayar membayar, saya tidak merasa membayar sepeser pun. Uang yang dikumpulkan anak saya itu hanya digunakan untuk bekal seleksi soalnya kan berangkat subuh pulang malam, jadi untuk ongkos dan makannya saja, paling mungkin untuk fotocopy berkas dan lainnya," tuturnya.

 

 

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved