Liga 1

Liga Indonesia 2023/2024 Dimulai 1 Juli, Pengamat: Semoga Jadwalnya Tak Lagi Semrawut

Eko menilai Liga 1 musim lalu dari segi jadwal bisa dibilang sangat semrawut.

Editor: taufik ismail
Twitter Persib
Laga Persib Bandung vs Bhayangkara FC, di pekan 18 Liga 1 ditunda. Contoh penundaan laga di Liga 1 2022/2023. 

TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Pengamat sepak bola, Eko Noer Kristiyanto, mengatakan percepatan pelaksanaan kompetisi Liga Indonesia 2023/2024, sejatinya tak hanya untuk mengantisipasi benturan jadwal antara Liga Indonesia dengan jadwal Timnas Indonesia.

Ini, kata Eko, juga menjadi semacam akselerasi, bagaimana operator kompetisi mempersiapkan pelaksanaan lebih matang.

"Jadi operator kompetisi harus bisa mempersiapkan jadwal pertandingan lebih baik lagi dari musim sebelumnya. Setiap klub juga mau tidak mau harus siap untuk diajak akselerasi karena mereka adalah klub profesional," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Kamis (27/4/2023).

Eko menilai, pelaksanaan jadwal kompetisi Liga 1 2022/2023 bisa dibilang sangat semrawut.

Bahkan, jika dibandingkan dengan beberapa musim sebelumnya, musim sebelumnya jauh lebih efektif dan efisien.

Menurutnya, selama ini klub justru banyak dimanjakan, juga mendapatkan toleransi dan pemakluman dari kondisi yang terjadi di musim lalu, di mana seharusnya beberapa jenis pelanggaran regulasi yang dilakukan oleh klub berujung sanksi tegas dari penerapan aturan.

"Kepastian jadwal Liga ini juga untuk mengatasi kelemahan operator kompetisi dalam hal mengatur jadwal pertandingan. Kita lihat makin ke sini tuh makin ngaco. Kalau dulu mah, biarpun Liga kita tidak pernah sempurna, zaman dulu, kita lihat lagi ke belakang, pelaksanaan jadwal kompetisi itu efektif dan efisien, dan tidak ada pengunduran jadwal pertandingan seperti kemarin," ucapnya.

Eko mencontohkan, penyusunan jadwal pertandingan di beberapa musim lalu, operator kompetisi telah membuat jadwal bagi setiap klub yang lebih terstruktur, serta  mengusung nilai keadilan yang sama.

Misalkan, sebuah klub harus bermain tandang dalam tiga kali berturut-turut, tapi ketiga pertandingan itu dilakukan di wilayah yang sama, seperti pekan pertama bermain di Balikpapan, lalu pekan berikutnya di Kutai Kartanegara, dan terakhir di Bontang. 

"Penjadwalan itu lebih terstruktur. Memang tetap butuh ongkos kan, tapi enggak bikin pemain dan tim terlalu capek karena melakukan pertandingan dengan menempuh jarak yang jauh setiap pekannya," ujar Eko

Kondisi tersebut berbeda dengan pada musim 2022/2023.

"Musim lalu, jika pekan ini main di Pulau Kalimantan, minggu depan di Pulau Jawa, lalu pekan yang sama harus pulang, karena  main di kandang, lalu pekan berikutnya harus terbang lagi ke wilayah lain. Intinya, kalau dilihat-lihat, bikin jadwal teh kok masih mending zaman dulu ya, makin ke sini malah makin enggak bagus," ujarnya.

Eko mengatakan, operator kompetisi juga harus bisa mengantisipasi potensi-potensi benturan agenda yang akan terjadi selama satu musim.

Bukan hanya agenda Timnas, tapi juga agenda politik, agenda besar pemerintah, termasuk agenda keagamaan nasional, yang seharusnya agenda-agenda tersebut mampu diprediksi sebelumnya.

"Jika saja kita mau belajar dari kompetisi Liga Jepang (J-League), mereka itu bahkan sudah membuat jadwal pertandingan hingga lima tahun ke depan, termasuk jadwal main siang, sore, dan malamnya itu sudah ada.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved