Sosok
SOSOK Prof Dr Ir Enri Damanhuri, Ahli Sampah Indonesia Guru Besar ITB, Wafat Setelah Masuk ICU
Prof Dr Ir Enri Damanhuri, Guru Besar Teknik Sipil dan Lingkungan ITB meninggal
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
Di Jakarta pengelolaan sampah menghabiskan biaya Rp 110.000,00 per ton tanpa ongkos transportasi.
Biaya pengelolaan sampah di Singapura dengan insinerator sebesar Rp 600.000,00 per ton sampah. Sedangkan, Kota Bandung saja menghasilkan sekitar 1.750 ton sampah per hari. Maka untuk mengelola sampah di Kota Bandung sehari saja sudah memakan biaya yang sangat besar.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang sedang marak dibicarakan akhir-akhir ini, menurutnya bukanlah hal yang baru.
Sampah bisa menjadi sumber energi dari hasil proses pembakaran. Konsep ini dikenal dengan waste to energy.
"Teknologi pengolahan sampah itu sebenarnya banyak sekali, dari mulai paling murah sampai paling mahal. Yang sulit adalah mengubah perilaku manusianya," tukasnya. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku seenaknya dalam mengelola sampah atau bahkan membuang sampah sembarangan.
Saat ini, selain mengajar Enri juga membuat berbagai standar untuk TPA dan proses pengelolaan sampah. Beberapa di antaranya bahkan digunakan secara internasional.
"Cita-cita saya, di Bandung ada instalasi pengelolaan sampah yang benar-benar bagus," harapnya.
Enri beristrikan Tri Padmi, dosen ITB yang juga sama-sama menekuni masalah sampah. Mereka bertemu di kampus saat keduanya menjadi mahasiswa Teknik Penyehatan, ITB (kini berubah nama menjadi Teknik Lingkungan).
Awalnya dua orang ahli sampah milik Indonesia ini hanya teman kuliah. Buku catatan kuliah mengakrabkan mereka. Lalu mereka menikah dan menjadikan sampah sebagai bagian hidup keduanya.
PROF Dr Ir Enri Damanhuri dan Dr Ir Tri Padmi adalah pasangan suami-istri yang menggeluti sampah sejak akhir 1970-an. Sejumlah penelitian tentang desain tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, limbah, dan biogas telah mereka lakukan.
Kini Enri dikenal sebagai ahli desain TPA dan menjadi Koordinator Kelompok Keahlian Pengelola Sampah dan Bahan Beracun Berbahaya, serta dosen di Departemen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan Tri menjabat Kepala Laboratorium Buangan Padat dan Bahan Beracun Berbahaya dan dosen di institut yang sama.
Enri dan Tri bertemu di ITB pada tahun 1969 saat keduanya menjadi mahasiswa Teknik Penyehatan, ITB (kini berubah nama menjadi Teknik Lingkungan).
Selama kuliah, Enri yang mengaku malas mencatat sering mendekati Tri untuk meminjam buku catatan kuliah. Lama-lama hubungan berperantara buku catatan itu berubah menjadi hubungan percintaan.
Tri lulus tahun 1974. Enri baru lulus setahun kemudian. Mereka langsung bekerja sebagai asisten dosen di almamaternya.
Pada tahun 1977 keduanya memutuskan menikah. Pasangan ini dikaruniai dua anak, Arvinda Tri Pradopo (lahir tahun 1978) dan Ayudia Tri Wardhani (1988).
Prof Dr Ir Enri Damanhuri
sosok
Guru Besar ITB
ahli sampah Indonesia
meninggal dunia
wafat
RS Borromeus
TPU Cikutra
Sosok Yoyon Suryono, Petugas Satpol PP Kuningan yang Dikenal Sebagai Pawang ODGJ, Ini Kisahnya |
![]() |
---|
SOSOK Ustaz Hilmi Firdausi, Tokoh Agama Ngamuk ke Coki Pardede CS, Samakan Kisah Nabi dengan Prank |
![]() |
---|
Prajurit Kodim 0615/Kuningan Berpengasilan Rp 1 Miliar Berkat Usaha Ini, Ini Sosoknya |
![]() |
---|
SOSOK Mayjen TNI Erwin Djatniko, Peraih Adi Makayasa Akmil 1992, Kini Jadi Gubernur Akmil Magelang |
![]() |
---|
SOSOK Mamah Dedeh yang Usir Anak Kandungnya, Alya Theresia, Karena Murtad |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.