Geger Teror Macan di Selajambe, Bupati Kuningan Siap Kerahkan Paguyuban Tukang Moro

Geger warga Desa Selajambe mendapat teror macan hingga para petani merasa ketakutan saat menggarap lahan pertaniannya.

Penulis: Ahmad Ripai | Editor: dedy herdiana
Kontributor Tribuncirebon.com/Ahmad Ripai
Paguyuban Tukang Moro (Pamor) Kuningan, di Lokasi Perburuan, Kecamatan Ciniru, Minggu (14/6/2020). 

Sebab, masih kata Didi mengungkap, saat melihat sosok kucing buas itu postur tubuh macan hampir sebesar domba tangkas ukuran dewasa. Jumlah macan besar dengan postur besar itu ada sebanyak 4 ekor dan lebih dari 5 anakan macan berada di sekitarnya.

"Kata petani yang cerita ke saya, saat dia melihat macan itu posturnya gede, ukirannya lebih besar dari domba tangkas. Tinggi badannya diatas satu meter dan panjang hampir dua meter, belum termasuk ekornya," ujarnya.

Menyinggung soal pekerja rumah bagi pemerintah, kata Didi mengungkap, hingga kini belum menyiapkan bentuk pekerjaan apa yang biasa dijadikan pengganti dari kebiasaannya sebagai petani kopi atau palawija.

"Soal pekerjaan rumah bagi kami. Dalam pemberdayaan masih disesuaikan dengan kegiatan sosial di lingkungan. Yang penting mereka bisa bertahan dan bisa menutupi kebutuhan hajat hidup keluarganya," katanya. 

Diberitakan sebelumnya, kemunculan hewan buas liar di kawasan lahan perhutani di Kabupaten Kuningan, sontak menjadi teror sekaligus ancaman bagi sejumlah petani di daerah. Terutama dengan penampakan kucing besar alias macan yang sempat diketahui sejumlah petani saat beraktivitas di lahan garapan.

"Teror macan atau hewan buas, itu dirasakan oleh sejumlah petani, termasuk warga kami saat beraktivitas di lahan garapan yang berada di kawasan lahan perhutani," kata Didi yang juga Kepala Desa Selajambe, Kecamatan Selajambe saat memberikan keterangan ancaman lingkungan tersebut, Kamis (12/1/2023).

Didi menyebut, ancaman macan yang pencahayaan tubuh cerah dan bermotif belang itu sering menampakkan, dan terjadi di beberapa titik di kawasan lahan perhutani di  wilayah Kuningan selatan.

"Cerita sering terjadi penampakan macan di titik tertentu. Begini, ketika warga kami (petani) biasa beraktivitas di lahan garapan di pasir (bukit) itu melihat lebih dari satu ekor macan itu seperti bermain," kata Didi.

Lokasi bermain macan itu biasanya, kata Didi mengemuka, bahwa macan punya kebiasaan berkumpul di lahan bebatuan dan lokasi itu menjadi titik kumpul kucing ganas dalam waktu tertentu.

"Lokasi bebatuan itu biasanya di jadikan tempat kenyamanan macan. Ciri bahwa lokasi bebatuan itu paulinan macan, ini bisa terlihat dengan mengkilapnya batu tersebut. Sebab batu itu media saat tubuh macan menggesekkan secara berulang," ujarnya.

Mendalami kasus ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat, Didi mengungkap bahwa teror terjadi itu memiliki banyak alasan sebagai penyebab.

Terlebih dengan tingkah orang tidak bertanggungjawab hingga menimbulkan kerusakan habibat hewan yang berada di lahan perhutani di wilayah Kuningan selatan.

"Memahami kejadian ancaman lingkungan terhadap sosial masyarakat. Ini jelas memiliki beberapa faktor penyebab dan harus mendapat perhatian dari semua lapisan masyarakat," katanya.

Beberapa faktor penyebab teror hewan buas, kata Didi menambahkan, pembuktian ini kuat dugaan akibat kerusakan pada ekosistem atau rantai makan di kawasan lahan perhutani tersebut.

"Salah satu contoh saja, rusa atau kancil yang biasa menjadi santapan macan atau binatang buas pada umumnya.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved