Warga Majalengka Diminta Waspada, Penyakit DBD Mengancam di Musim Penghujan
Biasanya memasuki musim penghujan seperti sekarang ini, ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat lah tinggi.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Mutiara Suci Erlanti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA- Musim hujan telah terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Biasanya memasuki musim penghujan seperti sekarang ini, ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat lah tinggi.
Pasalnya, penyakit yang timbul akibat dari gigitan nyamuk Aydes Aegepty tersebut berpotensi muncul akibat tingginya curah hujan yang mengakibatkan banyaknya genangan air yang biasa dijadikan sebagai sarang nyamuk.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Agus Susanto, ancaman DBD sejatinya muncul bukan di saat musim penghujan, melainkan saat sebelum dan pasca musim hujan.
Baca juga: Kasus DBD di Kabupaten Cirebon Meningkat 2 Kali Lipat Dibanding Tahun Lalu, Dinkes Imbau Hal Ini
Selain itu, dengan tingginya perubahan paradigma kesehatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat Majalengka tentang hidup sehat.
Ancaman DBD yang terjadi di Kabupaten Majalengka, justru datang dari luar.
“Sampai saat ini kami masih melakukan pendataan terkait banyaknya kasus akibat DBD disamping tetap harus mewaspadai dan antisipasi sedini mungkin. Mengingat sejumlah wilayah di Majalengka memang termasuk daerah endemis DBD,” ujar Agus, Rabu (14/12/2022).
Pihaknya mewaspadai ancaman penyakit tersebut.
Di antaranya, sejumlah puskesmas sudah diwajibkan lebih berkoordinasi dengan kader Jumantik guna mengintensifkan untuk melakukan upaya jumantik.
Selain Jumantik, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat pun harus mulai diaktifkan secara berkesinambungan.
Baca juga: Inilah 5 Kecamatan di Kabupaten Cirebon yang Catatkan Kasus DBD Tertinggi Menurut Dinas Kesehatan
Disebutkan, tempat yang berpotensi berkembangnya nyamuk aedes aegepty maupun jentiknya, di antaranya pada tempat-tempat yang menampung genangan air yang tidak mengalir dan di lingkungan yang kumuh dan kurang ditata kebersihannya.

Di samping itu, selain memantu jentik, kader Jumantik juga punya peran kordinasi dengan pihak desa maupun puskesmas setempat, ketika di lingkungannya ditemukan jentik yang berpotensi berendemis.
Serta melakukan permohonan ke Puskesmas terdekat untuk dilakukan foging (pengasapan) guna memutus mata rantai pertumbuhan nyamuk demam berdarah.
"Untuk mencegah penyakit demam berdarah itu, kami tidak bosan-bosannya mengimbau pola hidup sehat di lingkungan masyarakat serta gerakan 3M untuk mengantisipasi munculnya penyakit DBD," ucapnya.