Gempa Bumi Cianjur
BMKG Temukan Patahan Baru di Cianjur, Jadi Penyebab Gempa Mematikan Tanggal 21 November Lalu
Karena berada di Cugenang, patahan ini diberi nama patahan Cugenang. Patahan ini memanjang 9 kilometer. Sekitar 1.800 rumah harus direlokasi.
Laporan Kontributor Kabupaten Cianjur, Fauzi Noviandi
TRIBUNCIREBON.COM, CIANJUR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa bumi 5.6 tanggal 21 November akibat Patahan Cugenang aktif yang baru terpetakan.
Hal tersebut dikatakan, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada wartawan saat mendampingi Presiden Joko Widodo di Batalyon 300/Raider, Cianjur,
Dwikorita mengungkapkan, pemicu gempa bumi Cianjur diakibatkan pergeseran sesar baru yang dinamakan patahan Cugenang.
"Ada patahan yang baru teridentifikasi, karena patahan ini melintasi Kecamatan Cugenang maka ditetapkan, sebagai Patahan Cugenang," katanya pada wartawan.
Patahan aktif Cugenang tersebut, kata dia, terbentang sepanjang 9 kilomter yang mengarah ke barat laut tenggara dan melintasi sembilan desa di dua kecamatan.
"Panjang patahan ini sekitar 9 kilometer, dengan radius berbahaya kiri-kanannya 300-500 meter. Kesembilan desa yang dilintasi garis patahan Cugenang, yaitu Desa Ciherang, Ciputri, Cibeureum, Nyalindung, Mangunkerta, Sarampad, Cibulakan, dan Desa Benjot di Kecamatan Cugenang. Selain itu ada satu desa lainnya di ujung patahan yakni Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur," jelasnya.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil survei lapangan, zona berbahaya yang direkomendasikan untuk direlokasi mencapai 8,09 kilometer persegi dengan total lebih kurang 1.800 rumah tinggal.
"Kawasan di zona berbahaya tersebut harus dikosongkan dari bangunan tempat tinggal, namun bisa dialihkan menjadi lahan pesawahan, resapan, hingga konservasi," ujarnya.
Dwikorita mengimbau, pemerintah untuk memperhatikan sesar aktif lain.
Diharapkan peta sesar yang sudah ada dijadikan acuan untuk tata ruang wilayah.
Baca juga: Update Gempa Sukabumi, Belasan Rumah dan Dua Sekolah Rusak di Kabupaten Sukabumi, Ini Rinciannya