Gempa Bumi Cianjur
Beralaskan Tikar dan Tenda Bocor, 50 Korban Gempa Cianjur Terpaksa Tidur di Atas Kuburan
Puluhan korban gempa Cianjur, Jawa Barat, tidur di atas kuburan di Kampung Cikaretgirang
Penulis: Sartika Rizki Fadilah | Editor: dedy herdiana
TRIBUNCIREBON.COM - Sebanyak 50 korban gempa Cianjur terpaksa tinggal di atas kuburan.
Diketahui, 50 korban tersebut terpaksa mendirikan tenda di atas pemakaman di Kampung Cikaret Girang, Desa Limbangansari, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Salah satunya, Syamsudin, kakek berusia 60 tahun tersebut kini tinggal bersama 12 kepala keluarga atau sekitar 50 jiwa yang sama-sama tidur di atas kuburan.
"Sejak hari pertama warga memang langsung menyelamatkan diri ke kuburan, dan sampai sekarang warga tidur di sini," ucap Syamsudin.
Beralaskan tikar plastik yang mereka bawa dari rumahnya masing-masing untuk dijadikan alas puluhan pengungsi dan terdapat belasan anak-anak dan balita.
Puluhan korban gempa Cianjur, Jawa Barat, tidur di atas kuburan di Kampung Cikaretgirang, Desa Limbangansari.
Sebagian pengungsi menjadikan batu nisan sebagai alas tidur dan bantal.
Tenda yang didirikan seadanya tersebut bocor dan banjir karena hujan deras.
"Di sini banyak anak-anak sama balita, dan lansia juga sekarang kondisinya sudah ada mengeluhkan batuk dan demam," ungkapnya.
Bahkan tidak jarang mereka untuk memenuhi kebutuhan masukan protein, warga mengambil pucuk daun pepaya dan sayuran yang diambil tidak jauh dari lokasi tenda didirikan.
Mereka tampak kompak saling kerja sama, untuk meyiapkan bagi warga lainya dengan menggunakan kompor yang dibawa dari salah satu warga.
Memasuki hari kelima pasca gempa Cianjur, mereka masih membutuhkan bantuan berupa tenda, tempat tidur yang lebih layak, obat-obatan, tisu basah dan kering.
Hingga kini pun mereka belum menerima arahan dari petugas resmi untuk pindah ke lokasi yang lebih nyaman.
"Kalau dipindahkan mau, tapi jangan terlalu jauh biar tidak sulit ke rumah kami yang sudah roboh," harapanya.
Peristiwa gempa Cianjur magnitudo 5.6 telah memporak porandakan sejumlah wilayah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Tercatat ada 15 kecamatan yang terdampak dan puluhan ribu rumah rusak.
Gempa ini mengakibatkan puluhan ribu warga terdampak terpaksa harus mengungsi di tenda yang didirikan secara gotong royong oleh masyarakat.
Pasca gempa bumi tersebut sejumlah bantuan dari beberapa berbagai kalangan hingga intansi pemerintahan pun berdatangan.
Baca juga: Tim SAR Gabungan Kembali Lakukan Pencarian 14 Korban Gempa Cianjur yang Masih Hilang
Puluhan Pengungsi Gempa Cianjur Pilih Tinggal di Kandang Domba, Ini Alasannya
Sebuah kandang domba di pinggir Kampung Warungbatu, RT 01/10, Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur masih berdiri kokoh tak terdampak gempa.
Kandang domba tersebut semula berisi 40 ekor domba dan kini penghuninya bertambah.
Penghuninya adalah 55 warga kampung yang memilih tinggal bersama domba karena mereka merasa aman dan nyaman.
Alasan lain karena dekat dengan rumah sehingga bisa membersihkan sisa puing yang runtuh di saat siang dan situasi aman.
Semua rumah permanen yang terdekat dengan kandang domba mengalami kerusakan baik dinding maupun atapnya.
Puluhan warga yang tinggal di kandang domba mulai terbiasa hidup berdampingan dengan hewan domba.
Kandang ini terletak di ujung kampung, masuk gang sekitar 100 meter dari jalan nasional arah Cugenang dari simpang empat lampu Gentur.
Sebuah dapur darurat dibangun di ujung sebelah barat kandang domba.
Warga memilih tinggal di bagian tengah kandang dengan menggelar karpet dan kasur lipat.
Seorang pria terlihat tertidur pulas meski suara domba terus bersahutan di dekatnya.
Kandang domba ini merupakan posko kedua di kampung tersebut.
Ada posko utama yang didirikan di tengah perkampungan.
Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun sudah mulai terbiasa bermain bersama di depan kandang domba.
"Nyaman aja sih, sudah terbiasa, ini sudah mau masuk hari ketiga tinggal di kandang domba," ujar Kaisa (12) saat ditemui Tribun, Kamis (24/11/2022) sore.
Seorang warga lainnya Yoyoh (60) jadi juru masak.
Ia terlihat sibuk menggoreng tempe dan telur untuk keperluan makan malam pengungsi.
"Bantuan logistik ada tapi sudah menipis, beras juga ada tapi sudah menipis," ujar wanita paruh baya ini.
Yoyoh berharap situasi segera pulih hingga warga bisa kembali beraktivitas seperti semula.
Di hadapan Yoyoh ada beberapa pengungsi lainnya yang ikut membantu memasak.
Sebagian pengungsi lainnya duduk di pinggir kandang domba sambil memperhatikan goreng tempe yang sudah matang diangkat dari katel.
Kepulan uap nasi terlihat saat Yoyoh mengangkat penutup panci yang digunakan untuk menanak nasi.
Ketua RT 01, Adi Permana, mengatakan bahwa ia sudah membujuk warga untuk menempati tempat lain yang aman dan berupa lahan terbuka.
Namun bujukan Adi tak berhasil karena warga memilih kandang domba sebagai tempat pengungsian karena dinilai lebih dekat ke rumah mereka.
"Pemilik kandang mengizinkan saja asal warga betah, sebelumnya saya sudah membujuk mereka agar tidak tinggal di kandang domba," kata Adi.
Adi mengatakan bantuan distribusi logistik untuk keperluan pengungsi masih lancar dan dinilai cukup untuk warga.
"Alhamdulilah distribusi masih lancar, mudah-mudahan seterusnya seperti ini," katanya.
Suara domba bersahutan dan terdengar sudah biasa dan akrab di telinga pengungsi.
Selain domba di bagian timur terdapat juga seekor sapi.
Warga menyebut sejak gempa pertama hingga gempa susulan, kandang domba tak tergoyahkan oleh gempa.