Keraton di Cirebon

Ada Tulisan yang Dipercaya Pesan Sunan Gunung Jati di Masjid Kuno yang Jauh di Luar Keraton Cirebon

Jika benar tulisan itu pesan dari Sunan Gunung Jati, maka ini jadi salah satu jejak sejarah Kerajaan Cirebon yang punya banyak keraton di Cirebon

Editor: dedy herdiana
Dit. PCBM/Foto: Sri Marjani
Masjid Jami Al-Alam Satu atau Masjid Al-Alam Cilincing di Jakarta Utara 

TRIBUNCIREBON.COM - Jika benar tulisan itu merupakan pesan dari Sunan Gunung Jati, maka ini menjadi salah satu jejak sejarah terkait Kerajaan Cirebon yang memiliki banyak keraton di Cirebon.

Sebelumnya disebutkan bahwa jejak sejarah Kesultanan Cirebon tidak hanya ada di dalam lingkungan keraton, tapi ada juga di luar keraton Cirebon. Seperti halnya Masjid Merah Panjunan dan Masjid Al-Karomah yang masih perlu penelitian lebih dalam.

Selain kedua masjid tersebut, nun jauh di luar keraton yakni di Jalan Cilincing Lama II, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, terdapat sebuah masjid kuno yang diduga ada kaitannya dengan Cirebon karena adanya tulisan yang diduga sebagai pesan Sunan Gunung Jati.

Baca juga: Masjid Merah Panjunan Cirebon, Jejak Syiar Syekh dari Bagdad yang Dipercaya Pangeran Cakrabuana

Tulisan itu ditulis dengan huruf Jawa kuno yang berbunyi “Ingsun Titip Tajug Lan Fakir Miskin”, yang artinya Aku Titipkan Masjid dan Fakir Miskin. 

Diyakini kata-kata itu, seperti dilansir Tribuncirebon.com dari Dit, PCBM https://kebudayaan.kemdikbud.go.id, merupakan bahasa Cirebon dan merupakan wasiat Sunan Gunung Jati.

Pesan itu diyakini sebagai pesan dari masa lalu agar masyarakat tetap memakmurkan masjid dan menyantuni fakir miskin.

Pesan yang ditulis di ukiran kayu itu terdapat di masjid kuno yang bernama Masjid Jami Al-Alam Satu atau Masjid Al-Alam Cilincing.

Nama masjid tersebut sering tertukar dengan Masjid Al-Alam Merunda, karena sama-sama menyandang nama Al-Alam.

Masjid Jami Al-Alam Satu atau Masjid Al-Alam Cilincing di Jakarta Utara
Masjid Jami Al-Alam Satu atau Masjid Al-Alam Cilincing di Jakarta Utara (Dit. PCBM/Foto: Sri Marjani)

Masjid yang dibangun oleh Fatahillah ini berada di tengah kampung nelayan Cilincing. Beralamat di Jalan Cilincing Lama II RT 005/RW 004, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

Letaknya tidak jauh dari tempat pelelangan ikan. Sebelum memasuki gerbang masjid, akan terlihat di depannya deretan perahu berwarna-warni yang sedang menepi dan kesibukan para nelayan di atasnya.

Ada beragam informasi mengenai waktu pendirian masjid tersebut. Ada pihak yang menyebut waktunya adalah abad ke-17. Namun, ada kisah yang terungkap dari keterangan yang disampaikan pengurus masjid. Pendirian masjid diperkirakan memiliki waktu yang sama dengan peristiwa sejarah lahirnya Kota Jakarta.

Baca juga: Sejarah dan Keunikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Keraton Kasepuhan, Dibangun Hanya Satu Malam

Sunda Kelapa dikuasai oleh Portugis pada 1511. Fatahillah kemudian diutus oleh Wali Songo untuk merebut kembali Sunda Kelapa.

Sebelum melakukan pengusiran terhadap Portugis, Fatahillah dan pasukannya membuat tempat peribadatan sekaligus tempat peristirahatan. Satu di antaranya adalah Masjid Al-Alam Cilincing.

Pada 22 Juni 1527, Portugis berhasil diusir dari Jakarta. Tanggal tersebut lalu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Jakarta. Walaupun demikian, perlu diadakan penelitian secara intensif dari sisi sejarah dan arkeologi untuk mengetahui jejak pendirian masjid ini.

Plafon dan dinding Masjid Al-Alam Cilincing terbuat dari bambu.
Plafon dan dinding Masjid Al-Alam Cilincing terbuat dari bambu. (Dit, PCBM /Foto: Sri Marjani)

Sudah jadi Cagar Budaya

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved