Keraton di Cirebon
Tradisi Apeman di Keraton Kasepuhan Cirebon, Menolak Bala di Bulan Safar, Bagikan Kue untuk Warga
Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi Apem atau Apeman sebagai persiapan menuju Panjang Jimat agar terhindar dari bala dan bencana
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
TRIBUNCIREBON.COM, KOTA CIREBON - Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi Apem atau Apeman sebagai persiapan menuju Panjang Jimat pada bulan Maulid, Oktober 2022 mendatang.
Tradisi Apeman itu dilakukan secara sederhana di Langgar Alit, sebuah bangunan kecil di sayap kiri Keraton Kasepuhan Cirebon, Selasa (13/9/2022) siang.
Hadir dalam acara itu, Kepala Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Cirebon Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat, kerabat Keraton Kasepuhan, abdi dalem, sejumlah siswa yang tengah magang di keraton dan warga.
Elang Ayi, pemangku adat Keraton Kasepuhan Cirebon, memimpin tawasul dan doa sebelum pembagian Apem.
Baca juga: KISAH Keris Sang Hyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati Terbang ke Banten, Hilang di Keraton Kasepuhan

Elang Ayi yang didampingi Kepala BPKK Cirebon Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat, menjelaskan, tradisi Apem sudah dilakukan secara turun temurun sejak masa Sunan Gunung Jati.
Menurut Elang Ayi, kue Apem yang dibuat di keraton kemudian dibagikan kepada kerabat dan tetangga keraton.
"Apem itu mulanya dari Afwan, yang berarti memaafkan. Jadi pada acara ini kita saling memaafkan, agar bersih hati, persiapan untuk pencucian barang-barang pusaka pada Panjang Jimat di bulan Mulud," kata Elang Ayi.
Tradisi ini, kata Elang Ayi, selalu dilakukan pada tanggal 15 Safar. Mengapa bulan Safar, kata Elang Ayi, karena di bulan itu banyak terjadi musibah, penyakit dan hal-hal buruk lainnya.
"Karena itulah, kami mengadakan doa secara sederhana, saling memaafkan, agar terhindar dari bala dan bencana," kata Elang Ayi.

Sebenarnya, lanjut Elang Ayi, dulu ada tradisi Rebo Wekasan di Keraton Kasepuhan. Biasanya diisi dengan mandi membersihkan diri di sungai Kriyan.
"Tapi tradisi itu akhirnya ditinggalkan karena sudah tidak memungkinkan lagi membersihkan diri di sungai Kriyan yang kondisinya terbuka, sementara penduduk sudah banyak, sehingga tidak mungkin mandi menjadi tontonan." kata Elang Ayi.
Selanjutnya, kue apem itu akan dibagikan kepada warga dan kerabat dekat keraton, selain dinikmati langsung oleh hadirin yang berada di Langgar Alit.
TribunCirebon.com yang hadir dalam tradisi itu pun turut menikmati kue apem yang disajikan dalam boks plastik. Ada dua macam apem, yaitu apem bulat dan apem kotak. Ditambah dengan kinca, cairan gula, sebagai pemanis, di dalam boks tersebut.
Sementara Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat menambahkan, setelah tradisi Apem ini, selanjutnya pihak keraton akan mengadakan siraman panjang jimat pada 2 Oktober.
Rencananya, kata Ratu Alexandra, puncak prosesi Panjang Jimat akan diselenggarakan pada 8 Oktober.
"Semoga semuanya lancar dan mendapat keselamatan hingga Panjang Jimat yang akan datang," ujar Ratu. (*)