Penyebab Banjir Garut Ternyata Bukan Hanya Karena Hujan, Ada Pembabatan Hutan & Pembangunan di Hulu
Uu Ruzhanul Ulum, mengatakan bahwa banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Garut pada Jumat (15/7) malam tidak hanya disebabkan curah hujan
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNCIREBON.COM, BANDUNG - Plh Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, mengatakan bahwa banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Garut pada Jumat (15/7/2022) malam tidak hanya disebabkan curah hujan yang tinggi.
Uu mengatakan banjir tersebut disebabkan adanya alih fungsi lahan dan hutan di kawasan hulu sungai.
"Seperti yang kita lihat hari ini juga di hulu, informasi yang kami terima, ada pembabatan hutan. Kemudian yang tadinya hutan, dipakai untuk urusan produktif, pembangunan, dan lainnya," kata Uu saat meninjau lokasi bencana di Kabupaten Garut, Minggu (17/7/2022).
Baca juga: GEGER Penemuan Ikan Raksasa Pasca Banjir di Garut, Langsung Dicincang, Warga: Sekarang Kurban Ikan
Ia mengatakan kalaupun alih fungsi lahan tersebut tidak melanggar aturan, seharusnya bisa memerhatikan konsep penataan lingkungan sehingga tidak menimbulkan bencana.
Uu mengatakan hal tersebut tidak bermakna menjadi larangan untuk melakukan kegiatan di kawasan hulu sungai. Namun masyarakat harus melakukan pemanfaatan lahan secara rasional agar aktivitasnya tidak menyebabkan bencana.
"Tidak melanggar, atau pemerintah tidak melarang untuk ekonomi. Tetapi ada rasionalisasi, sehingga di saat hujan turun tidak terdapat seperti ini," katanya.
Oleh karena itu, dijelaskan Uu, masyarakat juga harus paham bahwa bencana banjir tidak tiba-tiba datang begitu saja.
Baca juga: BMKG Prediksi Intensitas Hujan di Garut Masih Tinggi, Warga di Bantaran Sungai Waspada
“Penyebab bencana ini masyarakat harus paham, terutama yang di hulu. Jangan melakukan tindakan yang bisa menyebabkan terjadinya bencana. Yang menyebabkan bencana tidak merasakan apa yang diderita korban bencana,” katanya.
Pemerintah pun, katanya, meminta kepada masyarakat, khususnya yang tinggal di sempadan sungai untuk pindah. Sempadan sungai, katanya, dianggap sebagai daerah yang berbahaya.
"Saya bertanya ke berapa, ada yang mau dan ada yang tidak. Alasannya itu tanah sendiri, betul tanah sendiri, tapi kan pindah itu bukan berarti akan dimiliki tanahnya oleh pemerintah. Silakan, tetapi demi kebaikan, demi keselamatan keluarga dan pribadi, pemerintah ini sayang kepada masyarakat, disuruh pindah itu bukan berarti apa-apa, untuk kemaslahatan bersama," katanya.
Baca juga: BREAKING NEWS: Banjir Terjang Garut, Aliran Sungai Cimanuk Kembali Meluap, Pemukiman Warga Terendam
Apalagi, kata Uu, kawasan bantaran sungai itu sudah berapa kali mengalami banjir. Banjir, katanya, tetap berbahaya sekalipun kali ini tidak merenggut nyawa.
"Oleh karena itu saya berharap masyarakat yang ada di sini untuk sadar untuk pindah, tapi kami tidak memaksa, tidak bisa kayak dulu ya. Tetapi sekalipun tidak memaksa, ingin kesadaran, kemudian juga sebaiknya pemerintah juga sudah ada program, dengan adanya pembangunan TPT dan yang lainnya," katanya.
Ia pun meminta relawan dan masyarakat lainnya untuk ikut membantu evakuasi di kawasan terdampak bencana tersebut. Dalam kesempatan itu, Uu mengatakan setelah dari Garut, segera meninjau Bekasi dan Bogor yang juga mengalami bencana banjir.
