Film Dokumenter Before You Eat, Kisah Nyata Kekejaman yang Dialami ABK Saat Bekerja di Kapal Asing
Beberapa potongan gambar dalam film dokumenter Before You Eat bahkan direkam langsung oleh ABK melalui telepon genggang mereka kertika bekerja.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: dedy herdiana
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNCIREBON.COM, INDRAMAYU - Before You Eat merupakan sebuah film dokumenter yang mengungkap sisi kelam para Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari sektor Anak Buah Kapal (ABK) yang bekerja di kapal asing Tiongkok.
Film ini disutradarai oleh Kasan Kurdi, diproduksi oleh Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) dan didukung oleh Greenpeace Indonesia.
Dalam film tersebut penonton akan diperlihatkan sebuah kisah nyata bagaimana kekejaman yang dialami para ABK asal Indonesia saat bekerja di kapal asing.
Dalam menyuarakan kepedulian terhadap PMI sektor perikanan, SBMI pun sengaja menggelar nobar dan diskusi film dokumenter Before You Eat di Balai Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Sabtu (25/4/2022) malam.
Ketua SBMI Cabang Indramayu, Zaenuri mengatakan, nasib ABK asal Indonesia di kapal-kapal ikan asing pada kenyataannya tidak senikmat hasil tangkapan mereka yang tersaji di banyak restoran mewah.
"Film ini mengambil kisah nyata dari pemberitaan seorang ABK asal Indonesia yang meninggal dunia saat bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Tiongkok pada 2020 lalu," ujar dia kepada Tribuncirebon.com.
Baca juga: Ibu Kepsek Lawan Begal di Indramayu Hingga Terseret, Pelaku Terjatuh dan Ditembak Polisi
Zaenuri menyampaikan, film ini pun dibuat persis seperti aslinya berdasarkan keterangan langsung para saksi hidup.
Mulai dari kekerasan fisik, jam kerja yang panjang, makanan yang tidak layak, sakit tanpa pengobatan, hingga berujung kematian di atas kapal saat bekerja.
Ironisnya lagi, ABK asal Indonesia yang meninggal tersebut ada pula yang justru dilarung atau ditenggelamkan di tengah lautan hingga jasadnya tidak pernah diketahui keberadaannya.
Lanjut Zaenuri, saat hendak dilarung, rekan sesama ABK asal Indonesia yang meninggal itu bahkan dipaksa oleh kapten kapal untuk menjadi orang terakhir yang mendorong jenazah agar tercebur ke lautan.
Di sisi lain, walau bekerja sebagai ABK, mereka diketahui juga pernah mencicipi hasil ikan tangkapan mereka segigit pun, jikalau makan ikan, itu pun para ABK mesti mencuri terlebih dahulu secara sembunyi-sembunyi.
Termasuk untuk minum air bersih, para ABK harus menyelinap mencuri satu botol air mineral dari gudang untuk diminum oleh 5 orang.
Zaenuri menyampaikan, dalam film ini menggambarkan secara gamblang bagaimana eksploitasi atau perdagangan manusia yang para ABK itu alami.
Eksploitasi ini bahkan sudah mereka alami mulai dari pemberangkatan, saat berada di kapal, hingga saat kembali ke tanah air.