Sapi Positif PMK di Kuningan
Antispasi Serangan PMK, Peternak Sapi di Kuningan Lakukan Begini
Ancaman sebaran penyakit mulut dan Kuku (PMK) belakangan ini membuat sejumlah peternak sapi di Kuningan memberikan perawatan ekstra
Penulis: Ahmad Ripai | Editor: Machmud Mubarok
Laporan Kontributor Kuningan, Ahmad Ripai
TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN - Ancaman sebaran penyakit mulut dan Kuku (PMK) belakangan ini membuat sejumlah peternak sapi di Kuningan memberikan perawatan ekstra. Perawatan terutama pada pemberian pakan disertai bermacam-macam vitamin serta herbal untuk menjaga kesehatan sapi.
Demikian hal itu dikatakan Diding, salah seorang Peternak Sapi di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kuningan, Rabu (18/5/2022).
Selain memberikan pakan, vitamin dan herbal untuk ternak Sapi, Diding tidak lupa untuk mencegah dari lingkungan kandang.
"Upaya pencegahan kandang itu dilakukan dengan cara bersih - bersih dan menempatkan sapi tidak terlalu banyak satu lapak. Jadi, untuk jumlah sapi biasanya 4 ekor per lapak, kita bikin satu lapak itu 2 ekor sapi saja. Intinya, untuk menghindari paparan PMK itu jangan membuat sapi selalu berkerumun," kata Diding seraya menambahkan jumlah sapi hingga sekarang itu ada sebanyak 70 ekor.
Terpisah, tindakan pencegahan terhadap paparan PMK juga di lakukan peternak sapi perah. "Sejak ramainya berita PMK. Justru membuat saya untuk lebih waspada dan selalu menjaga kesehatan sapi juga kebersihan lingkungan kandang," kata Udin peternak sapi perah di Kecamatan Cigugur.
Informasi sebelumnya, muncul kasus penyakit mulut dan Kuku pada hewan ternak sapi di Kuningan, ini tidak terdampak pada ketersediaan komoditas daging di sejumlah pasar di Kuningan.
"Untuk daging Sapi masih aman, stoknya masih banyak dan daging Sapi itu jelas bahan pokok pembuatan baso," ungkap Mas Hasan salah seroang pedagang baso keliling di Kuningan, Rabu (18/5/2022).
Ditanya soal perkembangan kasus PMK pada sapi, Hasan mengaku tidak mengetahui bagaimana terjadinya. Namun untuk ketersediaan daging Sapi mulai dari lebaran hingga sekarang masih bisa terpenuhi saat dibutuhkan.
"Saya gak tahu PMK itu apa? Yang jelas saya masih bisa membeli daging Sapi. Sebab daging Sapi itu bahan pokok untuk bikin basi. Kenapa harus daging baso, karena daging baso bagus dan bisa mengembang saat di masak. Jadi si baso itu mengambang kalau di masukan air masak sebagai kuah basonya," katanya.
Untuk harga beli daging sapi, Hasan mengaku untuk per kilogram daging sapi Rp 130 ribu. Harga kini mengalami penurunan dari beberapa waktu sebelumnya yang mencapai Rp 170 ribu per kilogram.
"Harga daging per hari ini Rp 130 ribu. Ini beda dengan harga beli sebelum dan sesudah lebaran itu tembus Rp 170 ribu per kilogramnya," katanya.
Kemunculan kasus sapi di Kuningan yang terkonfirmasi positif penyakit mulut dan kuku (PMK) ini membuat Bupati Kuningan H Acep Purnama gencar lakukan sosialisasi pelarangan jual beli sapi di daerah. Pelarangan peredaran sapi ternak di daerah ini mengacu pada aturan yang dikeluarkan pemerintah pusat melalui surat larangan yang di keluarkan oleh kementrian.
"Untuk surat larangan jual beli hewan ternak ini mulai dari kambing ke atas. Seperti kambing, sapi, kerbau dan kuda serta lainnya. Dan ini tidak termasuk dengan hewan ternak jenis unggas - unggasan. Keluarnya surat itu, tentu kami langsungkan pemberitahuan atau gencar sosialisasi," kata Acep lagi.
Mengenai tujuh ekor sapi terjangkit PMK, kata Acep mengklaim telah menugaskan petugas medis hewan untuk memberikan pelayanan maksimal. Sebab paparan penyakit ini berlangsung di sekitar kandang atau antar hewan itu sendiri.