Cara Mendapat Lailatul Qadar Dijelaskan Ulama Quraish Shihab dan Gus Baha, 2 Hal Ini Perlu Dijalani
Malam Lailatul Qadar sendiri biasanya terjadi di hari 10 terakhir bulan Ramadan, terutama di hari-hari ganjil.
Penulis: Sartika Rizki Fadilah | Editor: dedy herdiana
TRIBUNCIREBON.COM - Hari ini sudah memasuki momen 10 hari terakhir di bulan Ramadan 2022.
Di hari 10 terakhir bulan Ramadan, diyakini umat Islam sebagai waktu datangnya malam Lailatul Qadar, terutama di malam-malam hari ganjil.
Bagi umat Islam yang menjalani puasa sejak Minggu 3 April 2022, maka hari ini sudah memasuki hari ke-22, sehingga malam nanti merupakan salah satu malam ganjil, yakni malam ke-23 Ramadan.
Pada malam Lailatul Qadar juga disebut sebagai malam 1000 bulan, lantas bagaimana cara meraih malam Lailatul Qadar?

Baca juga: Ini Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar: Begini Cara Hitung Perkiraannya, Berikut Ciri-ciri Alamnya
Baca juga: Amalan Sunnah dan Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar, Ini yang Dianjurkan Rasulullah SAW
Cara meraih Lailatul Qadar menurut ulama
Dalam pencarian Lailatul Qadar, Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA, Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, mengutarakan pendapatnya.
Menurutnya, meskipun Lailatul Qadar disebut hanya turun sehari, kebaikan tak boleh terbatas akan hal itu.
Dengan demikian, ibadah tetaplah baik dilakukan kapan saja.
"Ibadah itu nggak ada ruginya, mau dapat lailatul Qadar maupun nggak," kata Gus Baha.
Hal itu ia sampaikan saat berbincang dengan ahli tafsir, Quraish Shihab dan Najwa Shihab dalam saluran YouTube Najwa Shihab pada Minggu (2/5/2021).
Baca juga: Tanda-tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar Lengkap dengan Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar
Perlu Persiapan dan Ikhtiar
Lebih lanjut, Gus Baha mengatakan untuk mencari Lailatul Qadar dibutuhkan persiapan.
“Di mana-mana yang namanya mencari itu ya ada persiapannya. Terkadang kita tidak persiapan, tapi merasa mencari. Kalau tidak ada persiapan, namanya penunggu. Bukan pencari,” kata Gus Baha.
Ia pun mengungkapkan sebuah kisah tentang Imam Syafi'i yang ditanyai kenapa tayamum di padang sahara harus mencari air dulu.
"Kan sudah karuan tidak ada air, kenapa harus mencari air dahulu baru sah tayamum sebagai pengganti air," kata Gus Baha.