Kisah Warga yang Rumahnya Rusak Akibat Pergerakan Tanah di Majalengka, Diberitahu Tetangga di Sawah

sejumlah rumah mengalami rusak berat dan lainnya retak-retak akibat Peristiwa bencana alam pergerakan tanah terjadi di Desa Padarek, Lemahsugih

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Machmud Mubarok
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Peristiwa bencana alam pergerakan tanah terjadi di Desa Padarek, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka. Peristiwa itu membuat sejumlah rumah mengalami rusak berat dan lainnya retak-retak. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, MAJALENGKA - Peristiwa bencana alam pergerakan tanah terjadi di Desa Padarek, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka.

Peristiwa itu membuat sejumlah rumah mengalami rusak berat dan lainnya retak-retak.

Peristiwa itu terjadi pada Kamis (31/3/2022) kemarin di mana sehari sebelumnya hujan intensitas tinggi terjadi di wilayah tersebut.

Salah satu warga yang rumahnya rusak berat, Ujang Darmawan (39) mengatakan, saat peristiwa itu terjadi ia sedang berada di sawah.

Baca juga: 6 Rumah Warga Majalengka Rusak Berat dan 19 Lainnya Retak-retak Akibat Pergerakan Tanah

Ia mendapat telepon dari tetangganya sekitar pukul 10.00 WIB yang memberitahukan rumahnya yang berada di Blok Cigobang Dayeuh Panjang rusak.

"Ini kemarin retak-retak sekitar jam berapa yah lupa lagi kayaknya jam 10-an lah ada, siang. Saya lagi di sawah di telpon 'itu katanya rumah ambruk' saya lari begitu saya liat genteng-genteng udah pada berantakan," ujar Ujang kepada Tribun, Jumat (1/4/2022).

Ujang mengaku kaget atas peristiwa yang menimpa rumahnya.

Pasalnya, saat dirinya menerima informasi, kondisi cuaca sedang cerah.

"Kayaknya dampak semalam, karena hujan mah waktu malamnya. Terus besoknya kejadian," ucapnya.

Masih kata dia, peristiwa itu membuat rumahnya yang berukuran 8x12 meter persegi itu hancur.

Terlebih tembok-tembok mengalami keretakan dan genting pada berjatuhan.

"Hari ini saya bongkar, saya pilih-pilih yang masih layak pakai. Yang retak-retak tembok, tapi ini bukan retak lagi ini udah hancur, sudah gak bisa dihuni," jelas dia.

Kondisi tersebut juga membuat Ujang bersama keluarganya harus mengungsi sementara waktu.

Selagi mengungsi, ia berharap rumah yang telah ditinggalinya selama 20 tahun itu segera diperbaiki.

"Di sini sama istri sama anak. Sementara saya ngungsi di rumah ibu di atas sambil diperbaiki lah."

"Kalau retak-retak pegerakan tanah dari dulu gak parah cuma pas sekarang ini saya ngalamin kayak gini. Sampe saya pun semalaman gak bisa tidur lihat," katanya.

Diberitakan sebelumnya, bencana alam pergerakan tanah di desa tersebut terakhir terjadi pada Kamis (31/3/2022).

Kepala Desa Padarek, Wahyu Susanto mengatakan, bencana pergerakan tanah sudah acap kali terjadi di blok tersebut.

Hal itu dipicu tanah di daerah tersebut terbilang labil yang mengakibatkan mudahnya tanah bergerak.

Apalagi, hujan deras mengguyur dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang cukup lama.

"Di Desa Padarek, memang di Blok Cigobang ini kondisi tanahnya paling labil. Sehingga, terjadi pergerakan tanah," ujar Wahyu kepada Tribun, Jumat (1/4/2022).

Dia menyebut, parahnya kondisi tanah di wilayah tersebut diperkuat dengan adanya alat pendeteksi dari BMKG yang menyatakan Blok Cigobang menjadi titik rawan pergerakan tanah.

Adapun, sudah sejak satu tahun terakhir, ada 21 rumah yang mengalami retak-retak dan 6 rumah yang kini kondisinya rusak parah.

"Jadi kejadian terakhir pada kamis kemarin ada 2 rumah yang rusak parah. Namun, secara keseluruhan satu tahun terakhir juga pergerakan tanah terjadi dengan terakhir ini ada enam rumah rusak parah dan 19 rumah retak-retak," ucapnya. 

Kejadian pada Kamis kemarin, sambung dia, membuat salah satu rumah milik warga bernama Ujang Darmawan (39) rusak berat.

Akibat pergerakan tanah tersebut, rumahnya tak lagi bisa ditempati.

"Ini rumah milik Ujang bisa dibilang paling parah akibat pergerakan tanah. Rumahnya gak bisa ditempati lagi dan mereka kini mengungsi," jelas dia.

Wahyu menambahkan, menanggulangi bencana alam tersebut, pihaknya akan memperbaiki drainase yang berada di area depan rumah penduduk yang dianggap memicu adanya pergerakan tanah.

"Upaya kami mau memperbaiki irigasinya. Saluran airnya drainasenya. Mungkin dari sini drainasenya jadi penyebab pergerakan tanah."

"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari apalagi kalau hujan malam mending ngungsi aja ke keluarga yang lain," katanya. (*)

Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved